Chapter 4

1.8K 91 0
                                    

Lucas menatap Jaehyun dengan tangan berlipat di depan dada. "Kau harus mengenal kan nya pada kami, ya kan hyung?"

Johnny mengangguk setuju. "Ya Jeff. Kalau boleh jujur, yang kau lakukan sangat keterlaluan. Setidaknya beri dia kenyamanan supaya tidak kabur. Dan aku cukup penasaran dengan wajahnya"

"C'mon dude, kenalkan dia. Kau hanya bercerita tentang nya selama tiga tahun kita saling kenal. Aku sangat penasaran" pancing Lucas, terdengar memohon dan itu sangat menjijikan bagi Jaehyun.

"Tidak sekarang," Jaehyun meminum kopi nya, memejamkan mata karena permintaan kedua sahabatnya. "Aku harus mengurus banyak hal tentang nya. Aku akan membawa nya pada kalian. I swear"
.

.

"Lucas!" Lucas menoleh begitu namanya dipanggil, melihat lelaki manis yang ia sukai sejak awal mereka bertemu. "Hai wu, ingin ke kantin?"

Jungwoo mengangguk, mengiyakan ucapakan kekasihnya. "Aku dengar dari Ten, Jae-hyung memiliki kekasih. Benar begitu?"

Lucas tersenyum, menggenggam tangan kekasihnya dan menariknya lembut sambil berjalan ke kantin. "Bukan kekasih. Jaehyun hanya sedang mendekati seseorang yang selama lima tahun ia sukai. Ya dengan cara nya sendiri, kau tau bukan?"

Jungwoo meringis ngeri, membayangkan cara yang digunakan Jaehyun untuk mendekati orang tersebut, entah perempuan atau laki-laki. Terdengar menyeramkan.

"Agak mengerikan. Lima tahun dan Jae-hyung akan mendekati orang itu dengan caranya sendiri. Aku tak bisa membayangkan hal itu terjadi" 

"Kalau begitu jangan dibayangkan," Lucas mengecup tangan Jungwoo yang ada digenggaman nya. "Hanya bayang kan aku yang ada di sini"

Lucas dengan rangkaian kata gombal memang tidak bisa dijauhkan. Dan Jungwoo dengan rona merah akibat Lucas, sangat menggemaskan.

"Cepat. Nanti kita kehabisan" Lucas terkekeh melihat Jungwoo salah tingkah dengan pipi merona sambil menarik tangan nya.

Seharusnya Jungwoo sudah menyiapkan jantung nya sebelum berdekatan dengan Lucas. Kata-kata maut seperti itu membuatnya merasa terbang dengan perut tergelitik.

***

"Yo! Ten datang!!!" Jaehyun berdecak mendengar suara menggelegar yang memenuhi ruangan nya. Pastikan setelah ini ia memukul wajah Johnny karena membawa kekasihnya yang sangat berisik.

"Hai Jae-hyung. Dimana suami ku?" Jaehyun tersenyum tipis, pasangan yang cocok pikirnya. Sama-sama gila.

"Membeli makanan," Jaehyun dapat melihat Ten yang kini sudah bersiap menelpon, ia yakin lelaki Thailand itu akan menelpon Johnny. "Untuk diri mu"

Mata Ten berpindah ke arah nya. Menatap dengan penuh curiga. "Untuk ku? Bahkan Johnny tidak tau kedatangan ku"

"Kami punya CCTV kalau kau lupa" Ten berdecak kesal. Lucas pasti memberi tau kekasihnya kalau ia akan datang.

Lucas, komputer, dan mulut penuh sejuta kejutan. Ah seharusnya Ten menyuruh Jungwoo untuk mengancam Lucas tadi. Kemana perginya otak pintar itu disaat seperti ini. Cih.

"Pergilah. Tunggu di ruangan Johnny. Kau mengotori sofa ku" Ten semakin berdecak sebal. Kalau Jaehyun dengan mulut dan wajah yang kurang ajar. Kalau saja Jaehyun bukan bos kekasihnya, ia pasti sudah membuat Jaehyun sakit hati dengan semua kata-kata nya. Walau itu semua tidak berguna. 

"Kau tau hyung," Ten berdiri dari duduknya, membuka knop pintu dan menoleh ke arah Jaehyun. "Kau menyebalkan. Aku sangat kasihan dengan kekasih baru mu itu"

Dan berlari setelahnya karena Jaehyun menatapnya tajam dengan mata berkobar tanda peperangan mereka dimulai, untuk kesekian kalinya.

***

Taeyong terbangun dari tidur nya.

Saat ini ia masih berada di ruangan yang sama dengan tadi malam. Ruangan yang menjadi salah satu saksi bisu bahwa dirinya digagahi oleh sahabatnya sendiri.

Membayangkan hal itu membuat mata Taeyong memanas. Tak menyangka dengan semua tindakan nya selama ini. Tak menyangka bahwa ia benar-benar disetubuhi dengan cara kotor oleh sahabatnya sendiri.

"Hiks hiks" Taeyong menenggelamkan kepalanya diantara kedua kaki nya. Menangis pedih dengan kehidupan nya yang hancur di tangan Jaehyun.

Perlahan kepala itu mendongak, menatap  kamera yang telah merekam semua kejadian yang ia lakukan bersama Jaehyun sejak tadi malam, dan kejadian dimana Taeyong memasukan jarinya sendiri saat Jaehyun pergi bekerja.

Sudah berulang kali Taeyong berusaha mencari cara untuk mematikan kamera itu saat bihari nya kembali naik karena obat yang berikan Jaehyun—ia tidak akan meminum obat yang diberikan oleh Jaehyun lagi nantinya—. Namun hasilnya tetap sama, ia tidak dapat mematikan kamera canggih itu, yang ada ia semakin merasakan panas disekujur tubuh nya dan berakhir dengan jari Taeyong yang keluar masuk atas keinginan bihari nya.

"Hiks hiks" Taeyong kembali menunduk, membiarkan air mata kembali membasahi pipinya yang tirus.

"Aku benci kau Jaehyun hiks..." Taeyong mengangkat kembali kepalanya, menatap kamera tepat di lensa nya. "AKU MEMBENCI MU JUNG JAEHYUN!"

***

Jaehyun tersenyum penuh arti sambil menatap tablet yang menampilkan 'miliknya' yang sedang menangis sesenggukan.

Biarkan saja Taeyong seperti itu, ia pernah merasakan rasa sakit yang jauh lebih besar saat Taeyong menikah dan menunggu istri nya melahirkan. Dan ini balasan yang bahkan belum setimpal menurutnya.

Ia harus membuat Taeyong menerima semua rasa sakitnya. Bahkan Jaehyun dengan sengaja membawa lelaki itu ke rumah kosong di dalam hutan dengan pengawasan ketat dari para pengawal nya, belum lagi Jaehyun juga sengaja tidak memberikan Taeyong makanan yang banyak. Ia hanya memberikan lelaki itu nasi dan sayuran, tanpa lauk atau pun makanan pendamping lainnya.

"Kau akan bertekuk lutut pada ku Jung Taeyong"

Tok! Tok! Tok!

Jaehyun mematikan tablet nya dan menaruh di atas meja. "Masuk"

Pintu terbuka, menampilkan perempuan cantik yang membuatnya menghela napas secara kasar. "Apa yang kau inginkan?"

"Jaehyun, aku hamil"

.

.

.

.

.

T B C

Brak!

"Kau benar-benar Jaehyun. Mata mu tertutupi oleh obsesi pada sahabat mu. Kau sudah sangat keterlaluan"

"Jeff, cepat selesaikan masalah mu. Kau harus datang ke perjamuan Jessica"

'Ada yang perlu kita bicarakan'

"Sebenarnya apa dosa ku? Aku sudah menganggap nya sebagai sahabat ku, bahkan sudah seperti saudara ku sendiri. Tapi kenapa ia seperti itu? Aku tidak menyangka ia sejahat ini"

ObsessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang