Seiring berjalannya waktu, tanpa disadari seminggu yang lalu sudah berlalu. Seminggu aku tidak melihat wajah lelaki itu.
Iya, Levin. Masih ingetkan?
Sini, aku ingetin lagi. Levin itu cowo datar yang aku liat tempo hari. Dan sifat manisnya keluar ketika melihat anak-anak kecil.
Huaaaa, diaa kok gak kesini lagi sih?
Aku positif galau kayaknya sejak seminggu yang lalu.
Diintipin di jendela gak nongol-nongol, padahal kan aku pengen liat senyumnya lagi. Ralat, pengen disenyumin lagi.
Huaaaa emakk!!! Jatuh cinta itu nyakitin coy, makan ati mulu!!! Terlalu cepat sih, cuma hati siapa yang bisa bohong?
Cie cie Jasmine bisa jatuh cinta juga. Cie cie bisa galau juga. Cie cie bisa sakit hati aja.
IH apaan sih aku gak jelas banget! Lupakan curhatan hati gak jelas itu.
Sekarang, aku sedang bermain petak umpet sama anak-anak Panti di taman belakang. Terserah kalian mau bilang aku keanakkan. Yang pentingkan hidupku enjoy.
Aku yang jaga, menutupkan mataku dengan lengan sambil menghitung mundur.
"5...4...3....2..." Teriakku, "1..."
Aku membuka mataku dan mataku mulai mengedar ke seluruh penjuru taman belakang Panti. Mencoba mencari anak-anak Panti yang sedang mengumpat.
"KELLY INGLO!" Teriak Kelly, aku yang kaget langsung melihat Kelly yang sudah menepok pohon sambil memamerkan deretan giginya. aku pura-pura cemberut.
"Ih kenapa gak bilang-bilang kalau ada dibelakang?!" Aku menggembungkan pipiku, pura-pura kesal.
Kelly menyengir, "Ah, Kak Jasmine gimana sih.. Kalo aku bilang nanti kalah dong,"
Aku menggaruk tengkukku, "Iya juga ya.. Hehe,"
Aku kembali mengedarkan pandanganku untuk memantau anak-anak panti dari jauh. Tak akan kulepaskan mereka, huh!
"FARID INGLO, HAYKAL INGLO, RINA INGLO, CICI INGLO,"
Aku melotot.
Eh eh eh
Kok mereka disini sih?! Aku kan baru mau nyari.
Ya inimah aku positif kalah lagi deh, mereka bener-bener gesit.
"YEYEYE KA JASMINE KALAH, KITA MENANG YEAY!!" Teriak mereka. Aku hanya bisa cemberut dan berkacak pinggang.
"Kalian curang ah," ujarku pura-pura kesal.
"Enak aja! Emang Kak Jasmine yang lemot keles," celetuk Haykal.
Aku melotot, "Eh, ngatain! Tapi emang bener sih kalau aku lemot."
Mereka tertawa, dan aku kembali pura-pura cemberut. Sebenernya aku cuma pengen bikin anak-anak ini seneng aja sih.
Asal mereka seneng mah aku juga.
Aku mengajak mereka untuk duduk dibawah pohon yang rindang ini. Sesekali kami bercengkrama dan tertawa bersama. Dan aku cuma bisa tersenyum mendengar mereka yang membicarakan mainan barunya.
"Eh coba aja Kak Levin dateng kesini lagi ya, terus bawa mainan banyak. Waaah, pasti asik ya.." Celetuk Kelly, membuatku penasaran apa yang diperbincangkan.
Farid mengangguk, "Iya mainannya bagus-bagus lagi, kemaren aja aku dapet pesawat-pesawatan, wussh." Ucapnya dengan memeragakan pesawat yang sedang terbang.
Rina celetuk, "Iyaa wah, Kangen Ka Levin deh jadinya."
Aku menelungkupkan tanganku, penasaran. "Kak Levin itu siapa sih?"
"Ih, Kak Jasmine gak gaul banget siiih, Kak Levin tuh yang kemaren bawain kita mainan. Padahal dia sering banget kesini loh Ka. Cakep banget-banget orangnya." Ujar Cici antusias, mata berbinarnya membuatku tertawa kecil.
Aku menjitak kepala Cici pelan, "Ih genit deh Cici, bilang Kak Levin ganteng."
"Cie kak Cici cie," goda anak-anak Panti kepada Cici yang berumur 8 tahun.
Well, aku emang sependapat sama Cici, kalau... Levin itu emang ganteng. Haha.
Kami kembali mengobrol, lebih tepatnya aku mendengar cerita mereka tentang levin. Dimana cowo itu selalu memberi sekardus mainan minggu-minggu ini, selalu mengajak mereka bermain, dan sesekali mencium atau memeluk mereka seakan-akan mereka itu anak atau adiknya.
Tanpa disadari, aku yang mendengar cerita mereka senyum-senyum sendiri. Membayangkan wajah tampan seorang Levin menjadi bapak-bapak. Haha pasti lucu.
"Cie, cie Kak Jasmine senyum-senyum sendiri, ciee," goda Cici. Lamunanku buyar sudah. Semua mata jahil mereka melirikku, membuatku gugup.
"Ciee mukanya merah ciee," goda Haykal.
Semuanya menggodaku, bahkan Kelly dan Farid yang belum mengerti ikut menggodaiku, membuatku jengah. Duh, mukaku pasti merah banget.
Aku yang sedang diserang langsung merasa terselamatkan ketika Bunda Meli– bundaku di Panti datang kearah kami dan mencariku. Oh terimakasih Ya Allah! Nyawaku selamat!
"Jasmine, bisa tolong temenin tamu bunda dulu? Bunda mau beli susu buat Rafi dulu," ujar Bunda Meli.
Rafi itu anak yang umurnya kira-kira 7 bulan disini. Lucu banget, sayangnya orang tuanya malah ngebuang dia didepan gerbang Panti Asuhan. Kasian kan?
Aku segera memberi hormat, "Siap bun!"
Bunda Meli hanya tertawa dan mengacak rambutku, "Tolong buatin dia minuman ya," jedanya dan menunjuk anak panti yang tadinya sedang bermain denganku, "Kalian Jangan jauh-jauh ya mainnya. Cici yang paling gede jagain adik-adiknya ya?"
Mereka semua hormat, "Siap bunda!"
Kamipun berdadah-dadah ria melihat bunda yang berjalan menuju luar panti. Setelah bunda menghilang, kamipun menjalankan tugas masing-masing.
Aku yang melayani tamu dan anak-anak itu bermain. Huft, susah jadi orang paling dewasa.
..::..
Saturday, 10/1/15 14:49
Sebenrnya chapter ini udah lama banget di draft, cuma diedit2 dikit. Maaf bgt ya kalo chapt ini ngecewain! Maaf kalo gak ada feelnya :(
Habisnya pengen diedit-edit tapi gak ngerasa feel dan pengen cepet update.
Soo... Enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Hidup Jasmine
ContoIni cerita hidup Jasmine, seorang gadis buta warna yang berharap seseorang datang memberikan warna-warni dalam hidupnya. short story by salsabilaayus Copyright © 2015 by Salsabilaayus