Levin menyesap sebuah coklat panasnya dengan nikmat. Menikmati sejuta rasa menggoda disetiap kali ia menyesapnya.
Suasana yang tercipta sungguh cocok ketika ia melihat butir-butir air melekat pada kaca jendelanya. Segelas coklat panas, air hujan, dan bau petrichor menemani hari sabtunya itu.
Terlihat sebuah laptop diatas meja, ia segera mengambil laptop itu dan mengetik sesuatu pada Microsoft word.
Lebih baik, di hari berhujan ini mengerjakan tugas ditemani segelas coklat panas. Ya 'kan?
..::..
"Abang Levin super datar! Bukaiin pintunyaaa bang! Sheena mau masuk bang.." Teriak Sheena–adik Levin– cempreng seperti biasa. Levin hanya bisa menjawab omongan Sheena dengan gumaman. Dirinya sangat didera rasa ngantuk.
"Abaaang," rajuk Sheena dibalik pintu. Mendengarnya, membuat Levin jengah.
Gubrak.
Levin menggeram dan segera mengusap rasa nyeri pada punggungnya karena terjatuh dari kursi. Ternyata ia tertidur ketika mengerjakan tugas. Ternyata pernyataan 'dihari berhujan lebih baik mengerjakan tugas' kalah dengan 'di hari berhujan lebih baik tidur'.
Setelah mengusap, ia berdiri dan membuka pintu dengan gusar. Dilihatnya Sheena menyengir dan berjalan tanpa izin kedalam kamarnya, membuat Levin berdecak.
"Lo ini ngapain sih ke kamar gue?" Decak Levin. Sheena yang sedang berjalan-jalan dikamar Levin, tersenyum dan menunjuk sesuatu dibalik jendela.
"Pelangi," jedanya. "Itu dilangit ada pelangi. Abang masih suka sama pelangi 'kan?"
Mendengar salah satu hal yang ia sukai, ekspresi datar Levin berubah menjadi senang. Ia sangat mencintai pelangi, sesuatu yang indah datang setelah hujan. Dengan cepat, ia berlari menuju jendela.
Levin tercengang menatap setengah lingkaran dengan 7 warna yang sangat cantik berada di langit. Kalau di ingat-ingat, terakhir ia melihat pelangi di saat ia duduk di bangku SMP.
Levin tersenyum dan mengusap jendelanya seakan ia bisa mengusap pelangi. Menggapai hal yadibenaknya. Menyentuh hal yang membuatnya bahagia.
Hidup tanpa warna terasa nelangsa. Warna dalam hidup adalah kebutuhan primerku.
Aku lelah menjadi gadis buta warna.
Aku hanya butuh seseorang untuk memberi warna dalam hidupku, walau aku hanya seorang buta warna.Seakan angin berlalu, puisi itu terlintas dibenaknya. Ekspresi pada wajahnya berubah masam, lagi-lagi ia teringat perasaannya dengan gadis buta warna itu. Perasaan yang seharusnya tidak timbul dihidupnya.
"Kamu jangan bohong, Levin. Bibi bisa liat dari mata kamu, kalau kamu jatuh cinta sama Jasmine."
"Kalau kamu jatuh cinta sama dia, tolong beri warna dalam hidupnya. Kasian, hidupnya terlalu abu-abu."
Perkataan bi Meli kembali bermunculan lagi setelah seminggu yang berlalu. Memori yang ia kubur dalam-dalam terbuka lagi. Mengingatnya, Levin mendesah pelan.
Senyumnya, rona merahnya, sikap polosnya bahkan foto dan puisi yang berisi bahwa gadis itu adalah buta warna kembali terlintas dibenaknya. Levin mengacak rambutnya frustasi, mencoba melupakan perasaan yang salah. Tidak seharusnya, hatinya jatuh kepada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Hidup Jasmine
Historia CortaIni cerita hidup Jasmine, seorang gadis buta warna yang berharap seseorang datang memberikan warna-warni dalam hidupnya. short story by salsabilaayus Copyright © 2015 by Salsabilaayus