#TUMBAL DARAH PERAWAN DAN DESA KANIBAL
BAGIAN DELAPAN
Pak Pepeng segera mengambil busur panah, dia memberi kode agar aku membuka pintu tersebut. Aku membuka pintu dengan tangan gemetar. "Kinara," aku terperanjat seketika. Pak Pepeng segera menurunkan busur panahnya.
"Juna," Kinara segera memelukku sambil menangis terisak.
"Masuk dulu nak," ucap Pak Pepeng.
Kinara masuk dengan langkah gontai, "Ki, Tias mana?" Aku tidak melihat Kinara bersama Tias.
"Tias...Tias...."
"Tias kenapa Ki?" Aku sangat panik saat itu.
"Dia di tangkap Juna, Tias di tangkap. Kakinya mengalami luka robek, dia terkena lemparan tombak mereka. Tias minta gue untuk berlari menyelamatkan diri. Maafin gue Juna, seharusnya gue gak ninggalin Tias di sana." Kinara menangis sesegukan.
Aku dan Pak Pepeng saling berpandangan satu sama lain. Tubuh ku seakan lemas tak berdaya, aku segera ke belakang gubuk tersebut. Memandang awan dalam kegelapan malam, hanya penyesalan sekarang berkecamuk di dalam dada. Andai saja, saat itu aku tidak nekat untuk membawa mereka ke sini. Mungkin situasinya berbeda.
Pak Pepeng menghampiri ku, beliau menepuk pundak ku "Jangan menyesali apa yang telah terjadi nak. Yang terpenting sekarang kita harus bisa membebaskan mereka semua. Saya yakin masih ada kesempatan."
"Semoga saja Pak, semoga saja." Aku hanya tertunduk lesu.
Dalam keheningan malam, samar-samar kami mendengar derap langkah kaki dan teriakan sekumpulan orang mengarah kegubuk tempat kami bersembunyi. Pak Pepeng segera mematikan penerangan. "Lihat di sana ada gubuk, pasti mereka bersembunyi di sana." ujar salah satu di antara mereka.
"Bagaimana ini Pak?" Bisikku kepada Pak Pepeng.
Kinara mendekat kepada kami, "Juna kamu di mana?"
Aku segera menghampirinya dan memegang tangannya. Aku mengeluarkan sebuah senter.
"Kalian berdua cepat pergi dari sini, kita akan bertemu kembali di hulu sungai.""Tapi bagaimana dengan Bapak? Kami tidak mungkin meninggalkan Bapak begitu saja." Aku memandang wajah Pak Pepeng dengan raut wajah khawatir.
"Kalian tidak perlu cemas, saya bisa menjaga diri saya sendiri. Mereka tidak akan berani menyakiti saya. Sekarang lebih baik kalian cepat pergi, sebelum terlambat." Pak Pepeng membuka pintu belakang gubuk tersebut. Dia memberi kode agar kami segera berlari dalam kegelapan malam.
Kami menuruni anak tangga, aku memegang tangan Kinara. Kami berlari dengan sisa tenaga yang kami miliki. Menembus luasnya hutan, tak jarang kaki kami terluka akibat goresan ranting pohon. Semakin lama ku rasakan tangan Kinara begitu dingin. Dia seperti membeku dan nafasnya memburu. Keadaan menjadi hening seketika. Perasaan ku mulai tidak enak, jantung ku berdetak kencang.
Tangan yang tadi aku sentuh berubah menjadi tekstur yang kasar. Aku merasakan jemarinya seolah di kelilingi dengan sisik dan kukunya memanjang dan tajam. "Auu," aku meringis tatkala kulit ku tergores oleh kukunya yang tajam.
Aku memberanikan diri membalikkan tubuh,
"Juna lariiii," teriakan Kinara menyadarkan ku.Ketika aku menoleh kebelakang, sesosok mahkluk dengan taring di sela bibirnya, mata merah menyala, bau busuk amis darah dan nanah menyeruak. Menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Lidah ku kelu, kaki ku bahkan tak bisa aku gerakkan. Aku benar-benar hanya berdiri mematung. Sosok tersebut menggeliat, memanjangkan lehernya. Lidahnya menjulur, dan terbelah menjadi dua. Aku hanya memejamkan mata, seraya berdo'a agar makhluk ini bisa pergi segera.
# jangan lupa beri bintang ya ka
#Dan jangan lupa baca Mak Acih (kisah pemandi jenazah)
![](https://img.wattpad.com/cover/218782063-288-k461803.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbal Darah Perawan dan Misteri Desa Kanibal
Детектив / ТриллерSebuah desa yang menganut ilmu hitam dengan menumbalkan gadis perawan dan memakan daging manusia