03. The Reason

1.5K 219 1
                                    


Haechan dan Mark pertama kali bertemu ketika masih mengenakan seragam JHS. Masih segar diingatan Haechan ketika melihat Mark kebingungan di depan halte, wajah yang biasa terlihat dingin itu mengernyit sambil melirik ke segala arah.

Saat itu, Haechan yang sudah siap masuk ke jemputannya, entah mengapa tergerak menghampiri, berdiri dua langkah disampingnya seakan ikut menunggu bus yang akan datang dengan mata melirik Mark yang masih tampak gelisah melihat bergantian antara handphone dan plang bus di atasnya.

Haechan tak terlalu berani untuk bertanya, ia diam sampai kemudian sebuah bus berhenti dihadapannya, baru ia menoleh kearah Mark yang terdiam memandangi bus itu, seakan meneliti dan mengingat setiap detail dari bus tersebut, sedangkan Haechan dengan sengaja menunggu Mark masih tetap berdiri di tempatnya untuk bergerak, membuat mereka diam hingga Mark yang menyadari bahwa sedari tadi diperhatikan akhirnya menoleh ke arah Haechan tepat sesaat setelah bus yang berhenti kembali melaju, Mark membalasnya dengan tatapan tajam yang asing, terlampau dingin untuk Haechan yang sempat tersentak kecil sebelum kemudian mengukir senyum, hangat sebagaimana cahaya matahari jingga yang tersisa di sore hari itu.

"Hai" sapanya pertama kali, melambaikan tangan dengan kehangatan, ia menawarkan bantuan, mengulurkan tangan untuk berkenalan hingga membantunya menghapal arah jalan pulang mengabaikan dinginnya sikap Mark yang semula menolaknya.

Sejak hari itu juga, Haechan tahu bahwa Mark baru saja pindah dari Kanada ke Korea tepat sebelum tahun ajaran baru dimulai, Haechan mulai sering menemuinya hanya untuk sekedar mengajaknya pulang bersama, mengabaikan kenyataan bahwa jemputannya telah menunggu sejak lama di parkiran sekolah dan kerap pulang tanpa membawa sang tuan muda, Haechan tetap dengan kemauannya membantu Mark mengenal kota yang semula lelaki itu tak sukai, membawanya ke beragam tempat hanya untuk sekedar membuat Mark menghapal arah jalan. Dan dinding beku diantara keduanya pun memudar, meleleh seiring senyum lebar beriring tawa renyah lelaki manis yang kerap membantunya itu, Mark pun mengakui keberadaannya, membawa status teman diantara keduanya

Mereka mulai sering bersama, kerap kali saling mengunjungi kelas mereka satu sama lain yang berbeda hingga akhirnya perasaan itu muncul, perasaan ingin lebih saling mengenal dan ingin terus bersama, perlahan seakan obsesi untuk saling memiliki berkembang seiring waktu yang dihabiskan mereka berdua. Dan status mereka pun berubah saat menginjak tingkat akhir JHS, Mark tiba-tiba mengutarakan perasaannya, memintanya untuk menjadi kekasih ketika mereka sedang mengerjakan tugas bersama di perpustakaan sekolah dengan tawaran akan mengajarinya rumus matematika di buku paket yang sedang dibacanya sampai nilai Haechan berhasil ada di atas rata-rata apabila Haechan bersedia. Celetukan asal disebabkan perasaan gugup yang sukses menghasilkan tawa geli Haechan, meski akhirnya mendapat teguran dari penjaga perpustakaan, Haechan tetap tak bisa menahan senyum geli di saat melihat wajah Mark yang memerah di hadapannya, kulit putih pucat itu memerah dari mulai wajah hingga telinga.

Hal langka yang bisa dilihat dari seorang Mark Lee yang biasa terlihat dingin.

Tak ada yang berbeda selain dari status mereka sendiri, masih tetap seperti biasa dengan pergi ke kantin bersama, saling mengunjungi kelas satu sama lain dan terkadang belajar bersama di perpustakaan sekolah ataupun kota berdua selayaknya mereka sebelum berstatus pacaran. Tak ada kencan romantis setelahnya, faktor berada di tingkat akhir membuat mereka harus fokus belajar, dengan tambahan jam belajar dan penghentian jam eskul membuat mereka berdua mulai jarang bisa bermain-main lagi. Oleh karenanya, jikapun bertemu di hari libur keduanya hanya akan belajar bersama, dengan tujuan supaya bisa masuk ke sekolah yang sama di SHS nanti, keduanya sepakat untuk saling mendapatkan nilai tinggi. Dan meski berarti mereka belum bisa berkencan selayaknya pasangan yang lain seperti nonton film bersama ataupun jalan-jalan, keduanya sama-sama tak keberatan akan itu. Bagi mereka dengan selalu bertemu dan belajar bersama saja sudah seperti kencan.

Ya, setidaknya itu yang Haechan yakini sampai akhirnya mereka lulus sekolah, menikmati waktu libur panjang sebelum persiapan masuk ke jenjang selanjutnya. Seperti halnya yang lain, Haechan antusias menjadwalkan waktunya untuk bersenang-senang baik dengan keluarga, teman dan terutama kekasihnya. Haechan tidak sabar untuk menebus waktu berkencan yang belum sempat mereka lakukan setelah resmi berpacaran, Haechan ingin menghabiskan banyak waktu bersama Mark.

Maka hari itu, tepat sehari setelah pengumuman jika mereka berdua lolos masuk di Neo Highschool -sekolah yang mereka inginkan-. Haechan dengan senang hati mengajak Mark bertemu guna merayakan hal tersebut.

Ia mempersiapkan diri sebaik mungkin, menunggu dengan sabar di taman yang biasa mereka kunjungi hanya untuk Mark yang berjanji menghabiskan waktu bersamanya hari ini. Dan Haechan yang saat itu sudah duduk di kursi taman, mendapat pesan kalau Mark membatalkan janji mereka, lelaki itu tiba-tiba harus pergi menjemput keluarganya di bandara.

Kecewa? Tentu saja, rasanya mau marah tetapi ia bisa apa selain berusaha mengerti dan sempat berbohong kalau dia pun masih di rumahnya, bahkan belum bersiap-siap. Entah, rasanya gengsi untuk mengakui kalau dia sebenarnya sudah sedari tadi berdiam diri di lokasi mereka untuk bertemu, malu mengakui kemungkinan dirinya yang excited seorang diri. Dan pada akhirnya hari itu di habiskan Haechan dengan berjalan-jalan di sepanjang taman meski tanpa ada yang menemani.

Di hari selanjutnya, Mark mengajaknya kembali bertemu. Dan mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama ketika itu dengan sepenuh hati. Haechan senang, amarah serta kecewa yang sempat dirasanya perlahan memudar seiring waktu kebersamaan mereka. Berkeliling kota, mengunjungi beragam tempat menarik hingga makan-makan jajanan pinggir jalan sampai larut.

Ah, itu adalah pengalaman kencan pertama mereka yang begitu berkesan. Hari yang indah dan begitu luar biasa menyenangkan. Haechan tidak akan pernah bisa melupakannya, karena itu adalah hari termanis mereka berdua sebelum seseorang yang kemudian di kenalkan Mark padanya sebagai seorang 'sahabat sedari kecil' nya itu mulai sering mengintili Mark, kemana pun lelaki itu pergi.

Kang Mina, nama perempuan yang acap kali Mark sebut sebagai sahabat baik nya itu lama-lama membuat Haechan muak, dia selalu memaksa ikut ketika mereka hendak jalan-jalan berdua, mengganggu kebersamaan mereka dengan terus berceloteh tentang Mark yang ini, Mark yang begitu, Mark yang tidak suka ini, Mark yang tidak suka itu, seakan akan ingin menunjukan kalau dia jauh lebih mengenal Mark dibandingkan Haechan yang berstatus sebagai kekasihnya.

Atau, kerap kali juga Mina bercerita tentang masa lalu Mark yang selalu melindunginya, ada di sisinya dan yang jauh lebih menyebalkan adalah ketika sepasang sahabat itu bernostalgia akan kenangan-kenangan mereka, melupakan keberadaan Haechan, hingga berpikir untuk pergi saja dari sana karena merasa Mina yang semakin berusaha membuatnya merasa seperti 'orang asing yang tidak diinginkan keberadaannya' disana. Haechan yang semula menyambut baik keberadaan perempuan itu akhirnya tersadar ketika di suatu hari ia dengan berani menolak Mina yang saat itu hendak mengikutinya dan Mark berkencan, perempuan itu memandangnya benci, jelas menunjukan kecemburuannya yang tentu tidak disadari Mark.

Saat itu juga Haechan mengerti, kalau ternyata Mina menaruh perasaan lebih dari kata sahabat kepada kekasihnya. Membuatnya tersadar jikalau perasaannya selama ini yang merasa Mina selalu berusaha menyisihkannya ketika mereka bertiga menghabiskan waktu bersama itu memang benar adanya.

Kang Mina, menjadikannya saingan atau mungkin pengganggu (?) Diantara hubungannya dengan Mark. Ah, Haechan tidak terlalu yakin, tapi yang jelas Haechan tahu hubungannya dengan Mark tidak akan semudah sebelum ada perempuan itu lagi, dan itu terbukti benar kembali karena di setiap kesempatan yang ada diam-diam perempuan itu selalu berusaha mengganggu pikiran Mark ketika sedang bersama dengannya, mengandalkan segala cara hanya untuk mencuri perhatian Mark darinya, hingga kerap berhasil membuat mereka bertengkar karenanya. Perempuan itu terlalu menyebalkan karena berhasil membuat Haechan akhirnya mengakui,

Jikalau hubungannya dengan Mark setahun ini.... Tidak sama lagi.

















~to be continued~

A/N: sorry

Three Sides - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang