Meet!

249 9 0
                                    

Nina POV

Aku menginjakkan kakiku di atas pasir, hembusan angin menerpa wajahku lembut, dan suara deburan ombak menggelitik pendengaranku. Akhirnya aku sampai juga di banyuwangi. Ayah sengaja mengirimku untuk liburan di sini setelah aku lulus kuliah.

"Kamu harus liburan! Sudah beberapa tahun terakhir ini kamu tidak pernah keluar surabaya." katanya.

Jadilah aku dikirim kesini ke kota yang tak ku kenal. Disini aku memilih pantai plengkung sebagai tempat liburanku. Banyak orang mengatakan bahwa pantai ini sangat indah. Dan benar, pantai ini berbentuk tanjung yang menjorok langsung ke laut lepas. Karna itulah disini ombaknya besar dan biasa dipakai untuk para peselancar profesional baik umtuk lomba ataupun untuk sekedar bersenang-senang.

"Pasir yang indah, hangatnya matahari, deburan ombak, yah ini cukup keren untuk liburanku kali ini." gumamku sambil mulai berjalan menyusuri pantai.

sekarang ini sudah pukul setengah enam sore dan aku sedang menunggu sunset turun kepermukaan air, sambil menunggu aku menuju ke hotelku untuk mandi dan berganti baju. Setelah selesai mandi dan berganti baju, aku menyambar gitar yang kubawa dan cepat-cepat keluar hotel. Kebutulan hotelku berada tepat di depan pantai jadi aku cukup berjalan kaki ke pantai.

"Haah suasana yang menyenangkan." gumamku sambil duduk di pasir dan mulai memetik gitarku.

Aku menyanyikan beberapa lagu kesukaan ku sambil menikmati sunset yang mulai turun kepermukaan air laut. Aku memang sangat suka dengan suasana sunset angin yang berhembus lembut, langit yang berubah warna menjadi jingga lalu merah darah, air laut yang berubah keperakan terkena cahaya mentari yang mulai padam, ya semua itu sangat indah apalagi di pantai plengkung ini, di tanah airku sendiri, Indonesia.

"Kuharus pergi meninggalkan kamu, yang telah hancurkan aku sakitnya, sakitnya oh sakitnya." aku menyanyikan lagu yang satu ini dengan tatapan kosong.

"cintaku lebih besar dari cintanya mestinya kau sadar itu bukan dia, bukan dia tapii aku" semakin lama tempo (ketukan) menyanyiku semakin melambat dan tanpa terasa sebutir air mata jatuh meleleh ke pipiku.

Ya lagu ini selalu mengingatkanku pada axel orang yang amat sangat ku sayangi tapi dia malah mencintai perempuan lain yang jelas-jelas perempuan itu sudah punya pacar. Air mataku yang tadinya hanya setetes menjadi deras, aku memeletakkan gitarku, mulai memeluk lututku, dan terisak ditengah pantai, saat sang mentari sedang tenggelam dengan indahnya.

"kamu menangis? di tengah sunset seindah ini? kamu rugi sekali." kata sebuah suara di sebelahku.

Aku berhenti menagis dan mulai melepaskan pelukanku dari lututku. Aku melihat seorang laki-laki di sebelahku, dia berdiri santai dengan tangan di dalam saku.

"Siapa kamu? Untuk apa kamu mengganggu aku?" tanyaku

"Kenalkan namaku Reihan." katanya sambil menyodorkan tangannya.

"Boleh aku duduk dulu? Nanti akan aku jelaskan kenapa aku mengganggu mu." sambungnya seraya mengembangkan senyumnya yang memaksaku untuk tersenyum juga.

"ya" jawabku singkat.

Dia mengambil gitarku dan duduk di sampingku.

"Aku menegurmu tadi agar kamu sadar bahwa kamu melewatkan hal paling indah di sini. Apa kamu tidak merasa rugi? Coba kamu lihat kedepan sana matahari nya sedang bagus-bagusnya."Jelasnya panjang lebar.

"Kenapa kamu begitu peduli padaku?" Tanyaku penasaran.

"Karena aku melihat kamu menangis dan kelihatannya kamu sendirian di sini." jawabnya ringan, lalu mulai memainkan gitarku dengan beat (ketukan) cepat.

Mungkin Reihan memang benar aku melewatkan sesuatu yang indah hanya untuk memikirkan axel yang belum tentu juga memikirkanku. Senyumku mulai mengembang di bibirku.

"Naah gitu dong senyum, baguslah kalau kamu sudah tidak sedih lagi, berarti benar kata ibuku." Katanya sambil tersenyum menatap langit.

"Memang ibumu mengatakan apa padamu?" Tanyaku tak bisa menahan rasa penasaranku.

"Ibuku bilang kalau menghibur orang yang sedang sedih atau sedang kalut tidak perlu di tanyai yang macam-macam cukup duduk di sebelahnya dan dia akan lebih tenang." Jelasnya panjang lebar.

"oo iya ibumu benar, ngmong-ngmong terimakasih mau menemaniku padahal kamu tak kenal aku." kataku padanya.

"ah bukan apa-apa, aku senang bisa membantu. Eh aku belum tau namamu." katanya

"Namaku Nina." jawabku.

Setelah perkenalan itu aku dan Reihan berbincang banyak ternyata dia menginap di hotel yang sama denganku bahkan kamar kami bersebelahan. karna malam sudah semakin larut aku memutuskan untuk kembali ke kamarku duluan. Setelah berpamitan aku bangkit menenteng gitarku dan berlalu.

Reihan POV

"aku kembali dulu ya, sudah malam sekali dan di sini dingin." kata gadis itu sambil membereskan gitarnya bangkit lalu berlalu dari hadapanku.

aku tersenyum menanggapinya, aku menatap langit dan teringat pada ibu.
"Ibu aku rindu sekali pada ibu, gadis tadi benar-benar mengingatkanku pada ibu. Dia manis, dan sangat menyenangkan. Huft seandainya ibu ada di sini, ibu pasti sudah menggodaku dengan gadis tadi.'

TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang