"Main cara apa ini? kurang dikit kabur anjay.. pasti cewek nih awas lo!?" Gumam Vinno.
"Nah.. kena lo?! main petak umpet di semak-semak dia.. wahahaha..."
(First blood) suara dari handphone yang membuatnya tersenyum menunjukkan deretan aritmatika giginya.
"Gitu dong.. kan dapet kill gua.."
"E e anjir... Nge-lag woyy.... Eh.. kurang ajar sinyal!"
kamarnya tampak ramai dengan suara dan musik dari game mobile legends nya. Seketika disaat yang tidak terlalu lama sinyalnya error, dan dia terbunuh musuh yang pertama dibunuhnya.
"Gembel banget si, kalau ngelag jangan main atu bang.." Tertulis di chat pertandingan. Vinno menahan emosi
"Mana ni suaranya enchantress?!"
Nama Vinno dalam game disebut. Rupanya pembalasan dendam akan berlangsung lama. Benar iya, mereka saling membunuh dalam game. Nama lawan yang membuat Vinno merajuk adalah Fake Guardian. Sambil mata menyulut-nyulut Vinno kill semua musuh yang tampil di layar game nya, begitu pula sebaliknya, hero mereka sama kuat. Badan Vinno serasa mengeluarkan energi saat bertemu akun Fake Guardian. Sambil saling membalas olok-olokan chat lawan, Vinno merasa terdzolimi.
"Ini by one nya kalian berdua kah? Kita merasa tersingkir woy?! Bisa diem gak? Kasih kita kill juga woii!!" Akhirnya salah satu anggota berhasil membuat kedua orang terdiam. Game dimenangkan oleh kelompok Fake Guardian dengan dia sebagai pemain dengan kill terbanyak. Vinno juga, tapi dia kalah. Tapi Fake Guardian mem-follow akun Vinno. Vinno yang sebenarnya marah-marah karena ranknya turun akhirnya berbelas kasihan dan follback akun Fake Guardian.
"Lusa by one ya, buat channel YouTube. Biar terkenal wekaweka.." chat pribadi dari Fake Guardian lewat game nya.
"Oke.. tunggu Lo.." balas Vinno dengan senyum sinisnya
Sebagai gamers citranya terasa diinjak-injak oleh lawan mainnya tadi. Selama dia bermain, tidak ada lawan yang membuatnya membalas chat dengan ejekan. Ia merasa suntuk dan bosan di kamar seharian, keluar minum air, makan, dan buang air, mandi, sebatas itu saja selain bermain game tentunya, karena ini sedang hari libur masa covid-19.
"Vinno, bantu ayahmu di depan!" Suara wanita paruh baya yang tidak lain adalah mamanya.
"Iyaa..." Sambil memoncongkan bibirnya, mengeluarkan suara berat, diiringi langkah malas yang menyeret kakinya agar tetap berbakti kepada orang tua. Meskipun ia lebih senang bermain game dan menghabiskan waktu di kamar.
Dari pintu ia lihat ayahnya sedang membuat kolam ikan. Seketika Vinno ingin kabur. Tapi aksi heroik nya dihentikan mamanya yang berkacak pinggang di depan lehernya pas.
"Hei...hei... anakku yang tinggi dan tampan sejagad raya mau kemana?" Goda mama Vinno.
"Ndak ma.. mau ambil topi." Sengaja mencari alasan yang baik.
"Mau ambil topi apa handphone?" Tanya mama Vinno sambil menunjukkan handphone nya dalam genggaman erat mamanya.
(Buset nih orang apa vampir, baru ditinggal bentar udah dapet hp) batin Vinno sambil memasang raut muka memelas, dan memegang lengan kekar mamanya.
"Kembaliin dong ma.. Ini hidup dan mati ku.." pintanya manja
"Kakimu itu mati! Tuh bantu ayahmu biar bau keringat di kamarmu hilang! Bau bangkai tikus noh!" Bentak mama Vinno sambil meninggalkan Vinno berdiri di pintu.
"Ma.. buat kolam tu lama buanget loo.. kapan selesainya.. kan Vinno pengen main juga..." Pinta Vinno mengikuti langkah mamanya masuk ke dapur sambil bergaya ala anak kecil melompat-lompat sambil berlari kecil.
"Tak banting loh hp mu!? Dari pagi sampai sore main tok! Gak bantu orang tua! Tak suruh ambil makanan Lo lek masih ngeyel!" Bentak mama Vinno.
Vinno pun mengalah dan membantu ayahnya dengan berat hati.
"Wes pernah tak bilangi to.. kita bakal kalah sama wong wadon (orang perempuan) hahahaha..." Suara tawa ayahnya menggelegar di telinga Vinno.
Vinno teringat Fake Guardian. (Apa dia cewek ya? Kok mulutnya ga bisa dijaga kaya mama wkwkwkwk)
"Permisi.. om.." suara wanita rupanya.
Raut muka Vinno dibuat merona dengan kulit putih sehat alami, dan setelan abu abu putihnya dengan kerudung panjang. Ayah Vinno berdiri, tapi langsung disusul Vinno yang berdiri semangat menyahut rantang yang diberikan. Sambil modus, tangan Vinno bukannya mengambil rantang, tapi malah memegang jari-jari cewek berkerudung abu-abu itu.
Sontak wanita berkerudung memberikan bungkusan pada Vinno dan mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Maaf.." Ucapnya sepatah kata.
Vinno masih belum mengerti apa yang dimaksudkan. Tidak mungkin dia covid kan? Atau takut Vinno yang covid? Tapi meskipun tangannya ditolak Vinno bisa merasakan kelembutan tangan wanita itu. Membuat jantung Vinno berdegup melebihi kapasitas alaminya.
"Saya pulang dulu, permisi.." wanita itu tidak mengucap salam pada keluarga Vinno yang beragama lain.
"Hadeuh kamu Vinno, ketemu cewek cantik dikit kesengsem (jatuh hati) tau udah kerudungan, masih aja cari kesempatan pegang pegangan. Porno! Whahahaha..." Goda ayah Vinno.
"Gak porno tau yah.. paan si ayah ini.. emang kenapa dia kayak gitu pa?"
"Itu namanya dia gak mau disentuh wahahahahahaa..."
"Duh males ngomong sama ayah" Vinno masuk ke dalam memberikan rantang pada mamanya yang sedang mencuci piring.
"Eh, udah Dateng. Siapa yang nganterin?" Tanya mama Vinno asal.
"Tau tuh ma.. mama tau gak? Ceweknya tadi cuantik ma.. pake kerudung, tapi pas gak sengaja aku sentuh tangannya dia malah praktekkan salamya orang India haha..."
"O.. anak gadisnya bibi Marpiah mungkin. Gak sengaja apa sengaja.. orang emang kamu anaknya gitu, suka Nyamber."
"Ma, ingat aku anakmu.."
"Nggak i.. mama gak kayak gitu.. bapakmu yang kayak gitu" mama Vinno cekikikan.
"Gak mama gak ayah sama aja, ditanyain, kenapa Lo ma dia kayak gitu? dia gak covid kan? Kita kan zona hijau"
"Itu namanya bukan muhrim kalau di Islam.. gak boleh main main nyamber orang gitu. Kau gak pernah sekolah apa? Udah Segede ini gak tau begituan? Udah ayo makan dulu, nanti keburu dingin makannya." Ucap terakhir sebelum mama Vinno beranjak ke meja makan.
Sampai langit gelap membentang Vinno masih membayangkan paras wanita cantik tadi.
"Tadi belum kenalan pula.. aduh... Haaaah..." Vinno mencekik guling guling di sekitarnya. Vinno hanya tau bahwa dia besok pasti kembali mengantarkan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
love to be dissimilar person
Teen FictionCinta tidak berbalas? Cinta beda agama? Cinta mengenaskan? Cinta sejenis? Cinta Kepura puraan? Cinta abadi? Semua butuh perjuangan.