part 4

9 0 0
                                    

Perjalanan yang cukup memakan waktu, membuat amara tertidur di samping kemudi. Stefan yang sudah membiarkan ara tidurpun mulai merasa tenang, karna jika ara tidak terjaga dari tidurnya kemungkinan kuping stefan akan  budeg san kepalanya pusing mendengarkan celotehan sahabatnya itu. Hampir setengah jam perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah ara.
Belum sempat memarkirkan mobilnya stefan melihat pria tua yang tengah berdiri dengan mobil mustang dan koper di sebelahnya juga mba tini yang terlihat tengah sibuk menaik-naikan barang ke dalam bagasi.
Langsung saja stefan memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobil hendak menghampiri ayah ara
"Selamat malam om" sapanya
"Malam juga, mana ara?" tanyanya
"Ara ketiduran om di mobil stefan" terangnya pada ayah ara
"Dia baik-baik aja kan?"tambahnya
"Baik koh om, dia tambah cerewet" jelasnya sambil sedikit tersenyum
"Kalo gitu om titip dia ya, jaga dia baik-baik, om sayang banget sama dia, om ga mau lagi liat dia nangis"pesan ayah ara pada stefan, sembari menepuk nepuk bahu stefan berharap dia bisa diandalkan.
"Oh kalo itu pasti om"jawab stefan penuh dengan keyakinan.
"Kali ini om mau pergi kemana?"kini giliran stefan yang bertanya"om ada kerjaaan di singapura"jawabnya sambil berajalan ke arah bagasi.
"Kalo gitu cepat kamu pindahkan ara ke kamarnya"perintahnya pada stefan yang terus berdiri sedari tadi.
"Baik om" tanpa berpikir lagi dia langsung pergi beranjak ke mobilnya, dengan gesit dia menggendong ara ala bridal style. Malam yang penuh bintang dan langit yang cerah sangat cocok dengan mereka berdua malam ini, stefan berjalan dengan hati" dengan sesekali melihat ke arah ara, dia memeprhatikan raut wajah ara dengan teliti, mulai dari rambutnya yang terurai hingga menutupi sebagian wajahnya sampai bibirnya yabg merah ranum dan kulitnya yang tampak putih berseri karna pantulan cahaya. Sejenak dia berpikir betapa kasiannya sahabatnya itu, selalu kesepian, dan stefan merasa bersyukur dengan apa yang dimilikinya saat ini.
Sesampainya didepan pintu kamar ara, dia berhenti, pasalnya ini kali pertama stefan masuk di kamar sahabatnya itu. Di depan pintunya terdapat hiasan yang lucu dan terpampang jelas namanya terukir disana. Dia tersenyum sambil membuka gagang pintu dan mendorong pintu supaya terbuka lebar, matanya terbelalak melihat kamar ara yang sangat berantakan mulai dari buku-buku yang berserakan di lantai, samapai bra dan celana dalam milik ara yang berserakan di atas kasur, juga pakaian-pakaiannya yang berhamburan bagaikan kapas yang berterbangan. Melihatnya membuat kepala stefan sedikit berdenyut. Langsung saja dia meletakkan ara di kasur tanpa berlama", ara sedikit bergeliat dan perlahan membuka matanya, seketika dia kaget dan tersadar. Sontak ia langsung berterik ke arah stefan"stefan!! Lo ngapain disini!!! Ini kan kamar gue"teriaknya pada stefan.
Stefan sontak menutup kedua telinganya dengan tangannya sekuat tenaga,berharap dia tidak akan mendengar teriakan ara lagi
"Heeehhh... Lo tadi tidur di mobil gue, dan bokap lo nyuruh gue bawa lo ke kamar, dasar ga tau terima kasih loh yee" jelasnya sambil berlalu menuju pintu.
Ara masih berusaha untuk mengumpulkan nyawanya, berusa untuk 100% tersadar, dia langsung beringsut dari kasurnya dan menarik tangan stefan cukup kuat, sontak sang pemilik tangan itu terkejut dan membalikkan badannya ke belakang. "Plis jangan pergi" pintanya pada stefan
"Keambet apaan lo ra?" jawabnya"gue mohon, lo malem ini tidur di rumah gue aja ya, di sebelah ada kamar tamu kok, lo bisa tidur disitu" pintanya pada stefan.
"Mmmm... Gue pikir" dulu ya, soalnya gue takut keluarga gue hawatir" jawabnya dengan tampang songong
Ara langsung menarik tangannya jauh-jauh sari stefan
"Idihhhh.... Songong amat lo"
Dia memutar kedua bola matanya malas
"Lah biarin, gue ini anak baik-baik yah jadi wajar dong"
"Izyaa..izyaa.." kini ara berjalan mendahului stefan dan menuruni tangga menuju ke dapur rumahnya untuk mencari makanan. Sesampainya di dapur ara mengambil segelas air dan meneguknya rakus, lalu dia berjalan ke lemari es hendak mengambil lays miliknya. Stefan menatap temannya itu dengan tatapan menyelidiki,
"Papah gue udah berangkat yah?" tanyanya pada stefan, dengan raut wajah yang sedikit ditekuk dan bibir manyun, dia juga mengamati sekeliling rumahnya berharap ayahnya masih ada diasana
"Udah, bokap lu baru aja pergi"jawabnya yang kini juga sudah memegang segelas air ditangannya.
"Yahh"nada kecewa terdengar jelas di ucapannya
"Kenapa?"tanya stefan, yang kini duduk persis di sebelah ara
"Gpp, gue cuman pengen ketemu dan ngobrol sebentar sama dia"kini dia beranjak berjalan menuju ruang keluarga, yang disusul oleh stefan.
"Oh ya soal tadi, kayanya gue harus pulang deh ra, soalnya besok pagi gue harus anter nyokap gue ke rumah eyang"terangnya pada ara, kini mereka berdua duduk berdua di depan layar tv yg besar dan beberapa cemilan yang ara bawa dari kulkasny tadi
"Yahhh... Lo ga bisa apa bikin alasan gituh, gue takut tau sendirian di rumah, mba tini juga belum balik dari kampungnya, mana ni rumah gede bgt, serem tau"jelasnya pada stefan, ia memohon supaya sahabatnya itu bisa menemaninya semalam saja.
"Emang serem kenapa?"stefan yang pura" bego itu berusaha untuk mengetahui apa yang terjadi, dan tidak ada niatan untuk menakut nakuti sahabatnya
"Beberapa hari lalu setelah bi tini pulkam gue tidur sendiri di atas, terus lo tau ga, gue denger kaya ada orang gituu di lantai bawah, anjiiirr serem bgt tauuu"terangnya pada stefan, dia menerangkan dengan kedua tangan yang mencengkram erat ke tangan kanan stefan.
"Idihhhh.. Gitu aja lo takut" katanya
"Ishhh coba lo jadi gue, gimana rasanya, gue inikan cewe jadi wajar dong kalo gue takut. Makannya plisss bgt, lo kan stefan sahabat gue yang palingg kerenn seantero jagat raya"godanya, dia berkata sambil tersenyum manis ke arah stefan. Akhirnya stefanpun mengalah ia tidur di rumah araa tepatnya di kamar tamu.

Keesokan harinya~

"Araaaaaaa......."teriak Stefan dari bawah tangga rumah sahabatnya ituu
Karna merasa tidak ada jawaban dari araa stefanpun melangkahkan kakinya berjalan ke kamar araa yang berada di atas
"Tok...tok...tok..., raaaa bangun udah siang!!" serunya
"Amara galuh sanjayaaa!!!"

"Ishhhh apaaan sih Efan mbangunin gueee se pagi ini" keluhnyaa, sambil menutup mukanya dengan bantal

"Araaaa ayoo bangunn"

Stefanpun akhirnya membuka pintu araaa tanpa meminta izin, dia langsung masuk ke dalam kamar gadis ituu

"Ra cepetan bangunnn"
Sambil menarik selimut yg menutupi tubuh ara

"Hoaam apaan sih fan, gue masih ngantuk nihh"jawabnya tanpa bergeming dari kasur nya

"Ayoo buruan, gue ada matkul pagi nihh"keluhnya itu, yg masih terus berusaha membangunkan sahabatnya

"Yaa udah sana lo pergi ke kampus"usirnya pada Stefan

"Temenin lah, gue kan udah nemenin lo semalem"

"Yaelahh, y udah gue mau siap" dulu" kini ara bangun dari tempat tidurnya dan mendorong Stefan supaya pergi dari kamarnya

"Okeee, gitu dongg"katanya sembari tersenyum ke arah araa yg dibalas senyuman oleh araa

Araa menarik nafas dalam dan menghembuskannya kasar

Kini dia sedang memilih baju yang akan di kenakan untuk ke kampus, dilihatnya baju"nya yang ada di lemari lalu di ambilnya rok jeans pendek, tangtop putih dan cardigan senada dengan warna tangtop, digelungnya rambutnya ke atas hingga menampakan lehernya itu.

Sementara Stefan yang sudah bersiap dati tadi, menunggu sahabatnya itu di dapur, dia sedang menyantap roti selai srikaya kesukaannya.

Tak berapa lama stefanpun terkesima oleh Amara, dia tertegun gugup di tempatnya, dia tidak mengira sahabatnya itu sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantikk, pantas saja dia mendapat julukan "putri sejuta umat"ara yang merasa diperhatikanpun merasa risih

"Apaa loo liat" gitu, kaya ga pernah liat gue aja deh"ketusnya sambil berjalan mengambil roti yang ada di dekat stefan

"Hehehee... Gue cuma baru sadar aja, sekarang lo udah besar raa, ga kaya dulu, cengeng klo lo di tinggal bokap lo selalu nangis"candanyaaa pada araa

Amara[They Called Araa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang