Memories

3K 567 115
                                    

"Hyper apa?"

"Hyperthymesia. Kau tidak tau?"

Jihoon kecil mengangkat bahunya seraya memasang wajah penasaran. Soonyoung hobi sekali memiliki istilah-istilah aneh yang menarik untuk dijadikan cerita. Makanya ia menangkup kedua pipi begini. Dengan fokus mendengarkan sosok yang sedang membolak-balik kertas di depannya.

"Ingatan super, Ji.
Itulah kenapa aku ingat hari ulang tahun sendiri, padahal ibu panti saja lupa kapan ia menemukanku."

"..berarti Soonie ingat rumah?
Ingat orang tua? Ingat-"

"Aku juga ingat wajahmu saat kita pertama kali diletakkan di sisi masing-masing waktu bayi."

"Jinjja?!"

"Um.
Aku masih berusia lima bulan. Sudah bisa tengkurap. Mengangkat kepala. Makanya mampu mengagumi bayi merah yang kala itu kedinginan karena dikirim pada saat salju pertama turun."

Gelak tawa Jihoon mendominasi ruangan. Entah karena percaya atas cerita Soonyoung atau karena terlalu mustahil untuk dipercaya, yang pasti anak itu hampir saja menangis sekarang.

Baginya lucu.

Tapi bagi Soonyoung, semua kenangan tersebut memang melekat di benaknya.

Tak ada yang hilang satu pun semenjak ia lahir ke dunia. Segala pendengaran serta memori masa kecilnya bahkan lebih menguat dibanding kenangan hari ini.

Membuatnya terjebak dan tak tau bagaimana cara melupakannya.

Mereka hanya anak berusia 6 tahun. Penuh khayalan dan omong kosong karena terlalu sering melihat kartun. Itulah mengapa Jihoon tak pernah serius menanggapi bualan Soonyoung.

Padahal si dominan tak pernah sekali pun berbohong.
Terutama pada orang yang ia sukai.

--

"Masih mencoba?"

Kepala pria bermarga Kwon itu terangkat. Lalu menebar senyum kikuk kala mengetahui siapa yang memergokinya bermain handphone di jam pelajaran begini.

"Kau tau aku hanya bosan."

"Ck.
Bosan atau kau memang tidak mau memerhatikan dosen?"

"Kenapa harus kuperhatikan?
Dia hanya mengulang pelajaran SMA."

"Kita satu SMA Soon, dan tidak ada guru yang sudah menjelaskan statistik inferensial di sekolah."

"..tapi di perpustakaan sekolah ada bukunya. Aku pernah baca."

"Dan kau langsung menguasainya?!"

"Um. Mudah."

Joshua, namja yang duduk di samping pemuda Kwon itu seketika terperangah tidak percaya.

Padahal dirinya jauh lebih tua dibanding Soonyoung, tapi kenapa selalu tertinggal?

Mungkin kalau manusia biasa akan iri dengki terhadap makhluk satu ini. Namun Shua malah tak bosan mengagumi. Bahkan sampai rela belajar mati-matian dan melintasi negara bagian demi masuk ke univ yang sama dengan Soonyoung.

They're friends.

Entah kenapa Soonyoung sepertinya memiliki kemampuan untuk berteman dengan orang yang bernasib sama sepertinya sejak dahulu.

Jadi, bukan hanya Jihoon.

Sekarang ada Joshua. Yang sudah 5 tahun mendampingi. Berbagi sial dan menjadi korban bully antar ras juga selama sekolah menengah atas, menjadikan keduanya sangat dekat untuk bisa bangkit bersama.

California tidak separah New York.
Los Angeles lebih mudah menerima mereka ketimbang Brooklyn.
Padahal sama-sama Amerika, tapi banyak sekali perbedaan yang Soonyoung rasakan secara signifikan.

✓Befriend [SoonHoon/HoWoo BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang