Bab 3

322 8 3
                                    


Arya Janardana

Hari ini kepulangan Arya ke kota asalnnya. Sesampainya di bandara, matanya dimanjakan dengan infrastruktur dan ornament-ornamen khas kota kelahirannya. kota pelajar dan kota istimewah. Perjalanan dari pesawat menuju lobby, tepat di depannya ada keluarga kecil yang sedang bersendang gurau. Anak kecil yang tertawa sangat hangat.

"huuft" dia menghembuskan nafas pelan. Dia juga ingin punya anak kecil.

"sudah lah Arya, jodoh akan datang pada waktunya" gumannya.

.

.

.

"assalammualaikum"

"eh le, kamu sdh pulang ?, gimana disana ?"

"alhamdulillah acaranya lancar bu, orang-orangnya juga baik. Kapan-kapan kita liburan kesana ya bu"

"alhamdulillah kalau begitu, ibu jadi seneng dengarnya."

"mbak mu ini gak di ajak juga nih ? iya kan Syifa ? paklek gak mau ajak syifa kesana nih ?"

Arya tersenyum dan mendekat kearah mbakyunya itu. Mengambil alih menggendong Syifa -putri mbaknya-.

"boleh dong, nanti kita lihat danau, menyebrangi pulau..oke.oke.."

"jangan hanya liburan le, ngunjungi martua juga"

"adek mu ini kan belum nikah Lastri, gimana mau punya martua"

Lastri tersenyum kecil, menatap adik lelakinya itu dalam.

"mbak tau, kalau kamu lagi naksir seseorang disana kan ?"

Arya yang sedang bermain dengan Syiffa di gendongannya terdiam. Sang ibu juga ikut mengamati dari meja makan. Ibu tau, anak perempuannya itu memiliki insting yang tajam mengenai perasaan adiknya. Ibu juga yakin, kalau anak lelakinya itu sedang jatuh cinta. Tapi mengapa hatinya diliputi rasa was-was.

"kelihatan banget ya mbak ?" arya terseyum sedikit sendu. Entah mengapa, dirinya jadi memikirkan gadis itu lagi.

"ibu, bapak dan mbakmu. Memang ingin kamu menikah secepatnya, tapi juga harus pikirkan calonnya. Apalagi kita beda pulau. Perbedaan culture pasti ada le" akhir si ibu menyuarakan kegelisahannya. Perbedaan itu yang membuat hatinya menjadi lebih was-was.

"kamu tau dia orang baik dik ?"

"dosen-dosen disana bilang kalau dia orang baik mbak. Sukunya dia juga sama seperti kita, hanya saja dia tinggal disana" Arya memindahkan Syiffa ke playground. "dan bu, menurut Arya, bukan dari mana asalnya tapi lebih pada individunya. " lanjutnya.

"tapi le , kenapa tidak dengan orang sini saja. Ibu sudah tau gimana mereka le"

"sudah-sudah. Bu, biarkan Arya berpikir dulu. Kita hanya bisa memberikan kamu pilihan gadis-gadis disini. Semua keputusan ada di kamu semua" Lastri menengahi.

Lastri tau, ibunya sedikit kuno untuk masalah ini. Menurut ibunya, kenapa tidak menikah dengan orang yang satu culture saja. Tapi lastri tau, adiknya bukan orang yang seperti itu. Pemikiran Arya sudah sangat terbuka, dan menurutnya perbedaan seperti itu bukan masalah yang besar. Semua kembali pada individunya.

Ketika ibu sudah kembali ke kamar, Lastri mendekati Arya dan menepuk bahunya pelan. "kita bicara saat ayah dan mas mu pulang".

Setelahnya Lastri membawa Syiffa untuk tidur siang. Meninggalkan Arya yang dengan beragam pikiran.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bukan Dosen kuWhere stories live. Discover now