Dalam satu BAB akan terdiri dari dua sisi. Sisi untuk Alarice dan sisi untuk Arya.
..
..
..
Tahun ajaran baru telah tiba. Semua kembali ke kampus dengan suasana hati yang baik. Termasuk Alarice yang sudah memasuki semester 8. Syukurlah dia sudah seminar proposal, sekarang sedang menjalankan penelitiannya. Penelitian yang cukup sulit yaitu mengembangkan sebuah LKPD*. Cukup banyak langkah-langkah yang harus diselesaikan dengan cepat dan baik tanpa menimbulkan masalah. Ia harus sudah selesai penelitian pada bulan juni sehingga bisa mengikuti sidang skripsi pada bulan juli.
Saat ini Alarice sedang berdiskusi dengan dosen untuk kelanjutan LKPD yang sedang dikembangkannya.
"Sepertinya ini sudah bagus ris – Alarice- , kamu hanya perlu menambah gambar animasi untuk menarik minat siswa mengerjakannya. Langkah-langkah KPS* nya juga sudah bagus" ujar Pak Dani seraya menyerahkan lembar pengesahan dan surat pernyataan bahwa LKPD tersebut sudah layak untuk di gunakan dalam penelitian.
"terimakasih banyak pak-" ujar Alarice. Pembicaraan terhenti ketika seoang gadis yang memiliki tinggi tak jauh bedah dengan Alarice.
"Pagi pak. Saya Tania ingin berdiskusi dengan bapak ? apakah bapak sibuk ?" dengan nada yang cukup menyebalkan ia bertanya tanpa memperdulikan banyak mahasiswa yang berada di sana.
"sepertinya kamu tidak melihat tau jadwal saya. Ini sudah pukul 9.40 dan saya ada kelas sampai jam makan siang. Selepas dzuhur kamu bisa temuai saya di kantor jurusan lama" pak Dani bangkit dari duduknya dan menyampirkan tas punggunya dan bergegas keluar.
Alarice dan tiana hanya tersenyum dan mempersilahkan pak Dani keluar dari ruangan itu.
"hebat kamu ya ris, main tunggal!" ujar tiana dengan sura yang meninggi. Alarice yang tak mengerti maksudnya apa hanya mengedikkan bahu.
"Kamu tuh kalau kemana-mana suka sendirian sih ris, makanya dibilang main tunggal. Ups.. aku lupa , siapa juga yang mau berteman sama kamu ?" alarice hanya tersenyum mendengar ujaran tiana.
"yah kamu benar. Apa kamu senang ? Tapi... saya tidak melihat kamu dengan seseorang kesini ? kemana semua dayang-dayangmu itu?" pertanyaan alarice sunggu tak terduga bagi Tiana. Tiana adalah wanita perawakan kasar dan begitu tidak menyukai Alarice entah apa alasannya.
Tiana tertawa dengan suara cemprengnya dan menjadi pusat perhatian di ruangan itu –fakultas-.
"Dengarkan aku baik-baik. Dari awal kau itu bukan apa-apa. Kau dan sifat sok baikmu itu membuatku muak! Adik-adik itu lebih memilih menegurmu dibanding diriku yang jelas-jelas asprak*nya. Kau ? kau siapa hah ? semua dosen begitu mengenalmu ? kau itu bodoh ! bodoh ! IP saja tidak sampai 3,5 dan itu membuktikan dirimu itu bodoh!" ucapannya semakin menarik perhatian mahasiswa lain.
"kau harusnya sadar dirimu itu siapa. Sewaktu PPL* kau ditempatkan disekolah yang tidak bagus, itu artinya kau itu juga tidak bagus sama seperti tempatmu PPL dulu. Kau tau ? semua dosen mengenalmu karena kau seorang penjilat. Bagaimana mungkin seorang Mam Juli mengenalmu yang bukan siapa-siapa. Aku ini bendahara kelas, aku pintar, cantik dan kaya. Kau ? kau itu miskin !!!" kalimat terakhir ditutup dengan suara teriakan yang menyakiti telinga. Alarice hanya diam dan menatap Tiana jengah.
"apa itu saja yang menjadi motivasimu untuk membenciku ? sekarang aku yang berbicara" Gadis Jepang-Jawa ini diam daan menarik nafas pelan.
"Bagaimana denganmu ? Kau dengan teganya merusak persahabatanku dengan teman-temanku ? Tiwi, Yolan, Lia ? kau datang disaat Riri dan Dila meninggalkanmu ? kau datang pada kami dengan mangatakan ingin menjadi lebih baik, ikut makan dan beribadah bersama. Tapi nyatanya apa ? kau menfitnahku di depan mereka , mengatakan hal buruk tentangku. Memberikan cerita palsu pada teman kelas ? membuat mam Ati begitu tidak menyukaiku sekarang? Dan masih banyak lagi hal buruk yang kau lakukan padaku. ?" selanjutnya hanya keheningan yang melanda. Alarice hanya diam dan mencoba meredam amarahnya dengan senyum. Senyum miris.
YOU ARE READING
Bukan Dosen ku
Fiksi RemajaCerita tentang gadis yang mau ngejar toga dengan pria yang mengejar akad. Arya dengan segenap keyakinan ingin menikah tapi tidak tau dengan siapa, dan Alrice yang masih berusaha mengejar gelar sarja dan lanjut ke magister. bagaimana jika keduanya...