Hari ini gue lagi gak ada jadwal, tapi si Rilna minta ketemuan di depan gedung fakultasnya. Rilna itu temen gue dari orok, kebetulan kita satu universitas, cuman beda fakultas aja. Oh, iya, Rilna itu anak teknik. Lebih tepatnya Teknik Sipil.
Sebenarnya agak males keluar rumah hari ini, apalagi matahari lagi terik-teriknya. Tapi ya mau gimana? Si Rilna kalau gak diturutin bakal ngambek 7 hari 7 malem. Kan, berabe. Emang aneh tuh anak, masih untung gue orangnya sabar.
Setelah menempuh waktu kurang lebih 38 menit, akhirnya gue sampai. Gue memarkirkan motor di parkiran jurusan gue. Mana berani lah gue kalau harus parkir di kandang para abang-abang gondrong.
Hih! Ngeri cuy.
Gedung fakultas gue dan gedung fakultas si Rilna sebenarnya deket, cuman untuk sampai ke sana gue harus ngelewatin taman yang luar biasa indah. Kata orang-orang si, ini taman yang ngedesain anak-anak arsitektur. Ya, pantas si desainnya keren gitu. Terus enak dipandang dan bisa dijadiin spot foto.
Gak kayak taman di rumah gue, absurd banget pokoknya. Ya, siapa lagi yang nata tamannya kalau bukan bapak gue. Pak Sarman yang terhormat, bapak gue itu emang ajaib. Masa celana jeans dipake pot, katanya biar unik kayak yang ada di pinterest. Unik si unik, tapi yakali pake celana jeans gue yang baru dipake dua kali.
Udah tau anaknya pengangguran tingkat tinggi, buat beli bedak yang harganya gak lebih dari 50 ribu aja gue harus ngumpulin duit berminggu-minggu. Apalagi celana jeans yang harganya lebih dari 100 ribu.
Serius deh, kalau bukan karena si Rilna, gue ogah banget masuk kandang buaya. Sepanjang perjalanan gue cuman nunduk sambil bilang,"Permisi bang."
Kalau gak bersikap kayak gitu, pasti pada ngomongin. Terus mereka nyuruh senior jurusan gue buat ceramahin gue tentang tata krama dan tetek bengeknya.
Kedua bola mata gue menjelajah ke bagian dalam gedung, berharap saat itu gue menemukan si Rilna. Tapi, bukannya nemuin tuh anak. Mata yang udah gak suci ini malah bersipandang dengan sesosok cowok berambut acak-acakan. Dia kelihatan kayak baru bangun tidur, tapi dalam waktu bersamaan terlihat menggemaskan.
Jadi pengen nyulik. Kira-kira udah ada pawangnya atau belum ya? Hehe jiwa jomblo gue meronta-ronta.
Gue kira anak teknik pada nyeremin dan tampangnya sangar-sangar. Tapi cowok yang satu ini gak kelihatan nyeremin sama sekali. Dia malah terlihat tampan dengan celana jeans robek-robeknya. Tipe-tipe cowok di cerita wattpad gitu.
Seketika gue dapat pencerahan, kalau dia kayak cowok-cowok di wattpad. Gue akan jadi Y/N buat dia. Biar kita seimbang.
Saat gue larut dalam imajinasi, seseorang menepuk pundak dan membuat gue kelepasan mengumpat.
"Mulut lo Lian," ia memukul lenganku pelan.
Gue menatapnya sebal. "Lo, habis dari mana si? Katanya nunggu di depan."
Dia tertawa sebentar, "maaf, maaf, loh. Gue tadi habis di kantin beli minum." Katanya menjelaskan, kemudian ia menyodorkan botol minum itu. "Lo mau?"
Gue menggeleng, bukannya jijik karena bekas minum si Rilna. Melainkan ada urusan yang lebih penting dari itu.
"Eh, mana flashdisk gue? Lo bilang udah download episode terbaru Adit & Sopo Jarwo." Gue menengadahkan sebelah tangan, meminta flashdisk yang ia pinjam minggu lalu.
Rilna mendengus, "Yeh, buru-buru amat lo."
"Kan lo yang bilang katanya mau ngasihin flashdisk gue, ini guenya datang masak gak jadi dikasihin."
"Bakal gue kasih Lian, tapi sehabis lo temenin gue ke perpustakaan."
Gue melotot. Maksudnya?
"Bentar." Gue melepaskan tangannya yang sudah menarik lengan kemeja yang gue pake. "Maksud lo perpustakaan fakultas teknik?" Gue bertanya sambil berharap semoga bukan perpustakaan yang ada di dalam gedung dihadapan gue berdiri saat ini.