Teror Maryani

331 12 7
                                    


  Hujan rintik membasahi setiap permukaan di sepanjang Kute, Denpasar.
Mobil Alex terus melaju dengan kecepatan sedang, sesekali matanya berpaling dari melihat jalan. Wanita berjilbab hijau selalu mencuri perhatiannya, namanya Siska gadis yang kini selalu disampingnya.

Mobil hitam itu terus melaju, membelah pekat malam mengunjungi kota-kota di Denpasar, lalu Jawa Timur.
Sampai pagi menyambut, Alex masih terus diam tanpa bicara sedikitpun.
Sampai mereka singgah disebuah desa,
Alex berhenti tepat dipelataran rumah bergaya melayu, ia memarkirkan mobilnya lalu keluar tanpa berkata.

"Lho lho mas ini dimana? " kata Siska menyusul Alex keluar.

"Kamu disini dulu beberapa waktu nanti setelah mas pulang dari Wonosobo kita baru ke Lampung. "
Jawab Alex sembari melangkah santai menuju pintu rumah dengan ukiran jawa klasik.

"Assalamualaikum " Salam dari Siska terdengar kaku.

"Nggak akan ada yang jawab, gak ada siapa-siapa. " jawab Alex melirik.

"La iyo ndak ada siapa-siapa aku kon tinggal disini mas. " Siska merengek menghalangi pintu masuk.

"Alah tenang gak papa" Alex menepis tubuh Siska, lalu menggapai tangannya untuk masuk kedalam.

Rumah itu sama sekali tak berdebu, perabotannya pun tertata rapi.
Barang-barang di dalamnya terlihat sangat kuno, gaya arsitekturnya menakjubkan.
Kolaborasi Melayu dan Jawa sangat kental, piringan hitam dan lukisan di dinding mendukung kesan klasik rumah ini.

***

"Sayang" Alex menatap istrinya

"Mas, aku tak ikut mas saja" Siska merebahkan kepalanya pada dada bidang Alex.

"Nduk, mas cuma sebentar kok. Nanti biar ditemani teman kecilku. "

Siska menunjukkan wajah kesalnya, namun semua sia-sia keputusan Alex untuk meninggalkannya sudah terlanjur bulat.

Laki-laki berwajah hitam manis itu bangkit dari kasur dan segera melemparkan tubuhnya pada sebuah sofa di pojok kamarnya.
Siska memandangi Alex, entah amat berat rasanya ditinggal Alex sendiri di rumah tua itu.
Ia tatap setiap lekuk wajah Alex, senyum manisnya, lesung di pipinya, alis tebal hitam, dan mata coklat tua milik Alex yang akan dia rindukan sepekan kedepan.

"Kulo nuwooon... " Suara melengking dari balik pintu terdengar begitu nyaring.
"Monggo... " sahut Alex beranjak keluar kamar untuk membuka pintu.

"Ya Allah si Mbah, monggo Mbah." lanjutnya mempersiapkan wanita itu masuk.

Siska terperanjat melihat sosok yang datang adalah wanita muda yang sangat cantik, dengan busana panjang dan rambut sebahu.

"Loh mas siapa? " tanya Siska keheranan

"Mbah Ireng " jawab Alex dengan nada mengejek.

"Loh kok? " Siska mengerutkan dahinya.

"Halah biasa, itu nama kecilnya dulu kan dia hitam dan kriting berbeda kalau sekarang sudah kayak Julia Perez saja cantiknya." tutur Alex.

"Hus kamu Al, namaku Delisa?! " kata wanita itu memeperkenalkan dirinya.

Siska dan Delisa tak butuh waktu lama untuk akrab, mereka tampak begitu dekat.
Alex merasa lega dengan penampakan ini, setidaknya ia dapat pergi ke Wonosobo dengan tenang.

"Nduk, mas berangkat ya takut kesorean. " Alex pamit, sesaat setelah mendapat notifikasi di Handponenya.

"Ya sudah mas, hati-hati. " jawab Siska menjinjingkan tas kulit milik suaminya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MaryaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang