Cerita ini sepenuhnya fiksi. Jika ada kesamaan nama, tokoh dan latar belakang itu semua hanyalah ketidaksengajaan.
********
Seorang pria bersnelli berjalan dengan malas memasuki departemen bedah. Sungguh melelahkan harus datang ke ruangan di saat matahari tenggelam seperti ini. Setelah sampai di depan pintu, mau tak mau ia segera membukanya dan masuk ke ruangannya. Ia melihat salah satu temannya sudah berbenah benah di mejanya. Ia menghela napas tak bersemangat mengetahui bahwa temannya satu itu akan pulang untuk bermalam minggu sedangkan ia harus melewati malam minggu di Rumah Sakit. Temannya yang masih sibuk berbenah melirik pria yang baru saja masuk itu sekilas dan mengacuhkannya untuk kembali berbenah benah meja karena besok akhir pekan dan dirinya tidak ada jadwal praktek.
"Balik Jun?" ia menatap temannya yang tetap sibuk itu dan yang ditanya hanya mengangguk singkat. "Traktir kopi dong, ngga kasian lo sama temen lo satu ini?"
"Gue traktir besok, sibuk banget gue malem ini mau pindahan apartemen, Oke?" Ia melirik temannya yang kembali menghela napas. Ia hanya tersenyum, memang ia juga pernah merasakan sangat melelahkan harus terjaga di malam hari dalam beberapa hari berturut turut untuk menangani pasien. "Perasaan gue aja atau emang lo jaga malam udah 5 hari berturut turut Dik?"
"Sumpah Jun, jadi temen lo ga perhatian banget ya." Dika berjalan ke meja temannya itu dan berhenti tepat di depannya. "Lo ngga denger dari Akbar kalo gue ditegur trus dihukum dokter kepala buat jaga malam dua minggu penuh?" Arjuna menghentikan kegiatannya dan menatap temannya yang bermuka masam itu. Ia memang merasa aneh dengan perubahan jadwal jaganya yang berubah menjadi jadwal pagi hari selama 2 minggu kedepan, tapi tentang apalagi ini? batinnya bingung.
"Kok bisa?"
"Katanya gara gara gue ngobrol santai di koridor dan keliatan senggang banget. Lagian apa salahnya ngobrol sama salah satu junior gue pas gue masih kuliah di fakultas kedokteran dulu coba, namanya juga baru ketemu setelah sekian lama. Ngga ngerti gue sama dokter kepala dan peraturan aneh di Rumah Sakit ini." Arjuna membelalakan matanya dan memasang ekspresi terkejut membuat Dika bingung. "Lo kenapa Jun?"
"Hukuman lo beneran dua minggu penuh jaga malam?"
"Hiyaaa, dan sumpah gue iri sama lo Jun. Gue denger dari perawat ruang Tulip, lo dibelain sama Prof Nami pas ketahuan ngobrol di koridor. Gila beruntung banget lo." Dika mendengus dan berjalan kembali ke mejanya tetapi tiba tiba sebuah tangan mencengkeram lengannya sedikit kuat.
"Apa maksud lo?" Dika terkejut melihat temannya itu menatapnya dengan tajam. Ia merasa tidak ada yang salah dari kata kata yang barusan diucapkannya. Atau temannya itu tersinggung karena ia dikatakan beruntung, batinnya takut.
"Kok lo nanya gue, lo kan, yang ngobrol sama dokter obstetri kemarin. Kata si suster, dokter kepala udah jalan tu mau hampirin lo, eh Prof Nami dateng. Katanya si suster lo berdua pergi setelah ngobrol sama Prof Nami. Jadi deh Prof Nami yang bicara ke dokter kepala. Gimana sih lo kok bikin gue bingung?" Dika sedikit terheran, karena begitulah cerita versi suster rawat inap dan entah kenapa temannya satu ini terlihat tak tahu apa apa. Dika menyimpulkan secara random. "Jangan bilang lo gatau Prof Nami lindungin lo dari hukuman dokter kepala?"
"Sumpah gue uda gila." Setelah mengatakan itu, Arjuna segera memasukan berkas ke tas nya dan menyahut jas juga kunci mobilnya. Ia bergegas keluar dari ruangannya diikuti tatapan keheranan teman satu ruangannya itu.
Satu yang Arjuna ingin lakukan sekarang juga, yaitu bertemu dan meminta maaf pada Profesor tukang ikut campur satu itu, batinnya.
********
Namira berjalan riang menenteng makanan di tangannya. Akhirnya setelah ribuan purnama mamang sate ayam langganannya kembali berjualan. Beberapa minggu si mamang terpaksa menutup warungnya karena istrinya melahirkan dan sekarang Namira bisa kembali menikmati sate ayam kesukaannya itu. Warung sate hanya berjarak 5 menit dari apartemen dengan berjalan kaki dan dirinya memutuskan untuk menempuhnya dengan berjalan kaki juga. Ia ingin menikmati malam minggu nya dengan berjalan santai sekalian membeli sate ayam. Jalanan sekitar apartemennya terbilang ramai orang berjualan, banyak pemuda pemudi yang duduk duduk santai di warung warung pinggiran jalan situ. Namira sangat menikmati ini karena moment ini terbilang lumayan langka. Bagaimana tidak, setiap minggunya ia harus melakukan setidaknya 2 operasi darurat dan 6 operasi terjadwal yang membuatnya bahkan harus menginap di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet The Professor
RomanceMeet Namira Latif Seorang profesor jenius departemen bedah umum di RS Pusat Kesehatan Negeri dan baru berumur 25 tahun yang berwajah seperti anak SMA. Cantik dan kekanak kanakan. Meet Arjuna Jatiadi Dokter Spesialis Bedah umum di RS Pusat Kesehatan...