(Nindi pov)
"NIN, BURUAN MAKAN UDAH SIANG NIH," teriak Mama memperingatiku.
"Iya Ma, gak usah teriak-teriak ini bukan hutan," protes ku lemas, ini adalah hal yang sudah biasa dikehidupanku, dimana Mama selalu teriak-teriak meski aku berada di depannya.
"Ya Mama tau Nin, tapi telinga kamu kan sedikit bermasalah," terang Mama disertai kekehan halusnya.
"Iya Ma, untung anak Mama ini sabar paripurna" timpalku meladeni kekehan Mama yang garing itu. Aku dan Mama pun terlarut dalam suasanan itu, sambil makan Mama terus-terusan melontarkan candaannya yang garing, tapi dapat membuatku terkekeh meski sedikit pura-pura sih.
"Hari pertama Nindi kuliah ya, semangat ya, Mama bangga sama kamu, kamu bisa kepilih dapat beasiswa dengan nilai terbaik." Mamaku mengakhiri candaannya tadi, dan kemudian menyemangatiku dengan sungguh-sungguh.
"Iya Ma, Nindi berangkat ya, do'ain moga lancar", sanggah ku sambil berpamitan dan mencium punggung tangan Mama.
" Iya Mama do'ain kamu ya, hati-hati di jalan love you."
"LOVE YOU TOO MOM." Kujawab ucapan Mama sambil berteriak karena ak sudah berada didalam taksi yang sempat ku pesan tadi.
"Pak, ke Universitas Indonesia ya." Ujarku kepada driver taksi didepanku.
"Siap neng, hari pertama kuliah ya? semangat ya neng, moga lancar." Jawab driver taksi, sambil mencari topik pembicaraan.
"Iya Pak, Nindi semangat kok, Aamiin semoga lancar." Jawabku kepada driver taksi itu, sambil terus mengutak-atik ponselku.
Tak selang beberapa lama aku sampai di Universitas Indonesia, aku merasa sangat gugup, ternyata sudah banyak mahasiswa-mahasiswi yang sudah datang, dan secara tiba-tiba hampir semua pasang mata disana menatapku kagum, tapi entah aku merasa kepedean atau memang benar mereka mengagumiku, aku mencoba mengabaikan semua itu dan segera berbaur dengan mahasiswa-mahasiswi lain. Tapi aku merasa tak nyaman dengan tatapan mereka, apa yang terjadi kepadaku? apakah tampilanku aneh? kurasa tidak.Aku sama dengan mereka. Aku tetap menyemangati diri sendiri,
"Tak ada yang beda percayalah, semangat abaikan mereka," ucapku dalam hati, jiwaku berteriak meronta-ronta ingin segera menghajar mereka, tapi dewi batinku menyuruhku untuk bersabar.
Hingga tak kusadari ada seorang gadis seusiaku beberaoa kali melambaikan tangan di depan wajahku, ternyata aku ketahuan melamun.
"Hai, gue Mia," sapanya setelah mengetahui aku sudah terbangun dari lamunanku, awalnya aku merasa canggung, tapi aku mencoba mengimbangi sapaannya.
"Iya, salam kenal Mia. Aku Nindia Icyvara, biasa dipanggil Nindi, aku mahasiswi baru di sini, aku tinggal di jalan kenanga no. 3, putri dari mama Ita dan papa Givano, senang berkenalan denganmu," ujarku mengenalkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRIMU YANG BERBEDA
Teen Fiction"Mengapa kau menangis?" tanya pria itu panik, dia Nathan tapi mengapa dia bersikap seolah-olah tak mengenal ku, seolah-olah dia tak pernah melakukan sesuatu kepadaku. "Nathan?" panggil ku, aku tak menggubris pertanyaannya tadi. " Nathan? dari mana...