" Cinta yang bertahan paling lama adalah
Cinta yang tak terbalas."Nindia Icyvara
Nindi mengutak-atik laptopnya, sudah beberapa minggu ini Nindi sibuk menyelesaikan naskah novel nya yang akan segera diterbitkan minggu depan. Nindi sangat sibuk dia tak sempat makan bahkan tidur hanya 3 (tiga) jam dalam sehari, dia lebih sering mengonsumsi kopi dari pada nasi.
Jam sudah menunjukkan pukul 11:30 malam, tetapi Nindi belum juga memiliki niatan untuk segera tidur, dia malah menambaah kopinya yang sudah habis 3 cangkir itu.
Tak selang beberapa lama Nindi mendengar langkah kaki mendekati kamarnya dilanjutkan dengan ketukan pintu, Nindi sudah dapat menebak jika seseorang diluar sana adalah ibunya.
"Nin, kok belum tidur lagi? liat udah jam berapa ini?" celetuk Ibu Nindi yang sudah hampir setiap hari didengar Nindi dalam semingguan ini.
Aku pun hanya mendengus kesal, "Iya Ma, Nindi bentar lagi tidur kok nangung, emang jam berapa sih?" tanya Nindi pada Ibunya.
"Lah mata kamu udah gak normal ya, udah budek masak burem juga matanya, udah jelas-jelas jam menujukkan pukul 11:30 malam Nin, di laptop kamu kan juga ada," celoteh Ibu Nindi dengan polosnya, sepertinya dari sinilah Nindi mendapatkan kepolosan itu.
Nindi sudah pusing memikirkan jalan naskahnya ditambah celotehan Ibunya ini, Nindi memilih mengalah saja, Nindi memang memiliki sikap childish yang sangat kentara, tetapi Nindi terkadang juga bisa bersikap dewasa melebihi ibunya sendiri.
"Iya Ma, nih Nindi tidur, udah buruan Mama juga tidur," balas Nindi mengikuti permintaan ibunya.
"Ya udah Mama kembali kekamar, kamu beneran tidur ya?" ujar Ibu Nindi memastikan kembali.
"Iya Mama nih udah merem," sambut Nindi dilanjutkan dengan ritual malam nya.
***
Pukul enam pagi, jalanan masih terasa sepi, bahkan masih sedikit orang-orang berlalu lalang, mulai hari ini dan seterusnya Nindi akan berjalan kaki menuju kampusnya.
Nindi berjalan pelan di area trotoar jalan. tak dapat disangka secara tiba-tiba ada suara motor yang sangat mengusik gendang telinga Nindi.
Nindi benci dengan kebisingan, sehingga dia mencari darimana asal suara itu, Nindi ingin memarahi habis-habisan sang pemilik motor itu.
Tak selang beberapa lama Nindi menemukan asal suara itu, dan pemiliknya seorang pria jangkung sayangnya pria itu memakai helem fullface sehingga Nindi tak dapat melihat siapa pria itu.
"Hey kamu, dunia ini milik semua orang, bukan punya nenek moyang kamu, seenaknya sendiri membuat kebisingan, memangnya hanya kamu yang bisa dengerin kebisingan itu. Sini berantem sama aku," tutur Nindi secepat kilat sekali tarikan nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRIMU YANG BERBEDA
Teen Fiction"Mengapa kau menangis?" tanya pria itu panik, dia Nathan tapi mengapa dia bersikap seolah-olah tak mengenal ku, seolah-olah dia tak pernah melakukan sesuatu kepadaku. "Nathan?" panggil ku, aku tak menggubris pertanyaannya tadi. " Nathan? dari mana...