Happy Reading!
Tinggalkan jejakmu agar memotivasi author dalam berkarya!🌏🌏🌏🌏🌏🌏🌏🌏🌏🌏🌏🌏🌏
Aku menghembuskan nafas lega setelah cowok dingin itu pergi meninggalkan kami. Nathan menatapku sambil tersenyum. “Tenang, dia memang sedikit gila!”
Sebenarnya Aku paham maksud Nathan, cowok itu tidak gila namun ia mengatakan ini padaku agar Aku tidak khawatir dengan kejadian tadi.
“Dia siapa, Nat?” tanyaku sambil menyeruput minuman dingin yang telah tersaji beberapa menit yang lalu.
“Anak kesayangan Pak Wahyu,” jawabnya seperti sedang mengejek cowok tadi. “Namanya Davi, Davi Petrosa. Kalau kamu nanya kok Petrosa, kayak nama barat-berat gitu, jawabannya simpel. Petrick nama Almarhum Ayahnya dan Rosa nama Almarhumah Ibunya.”
“Kok kamu bisa tau? Akrab ya?”
Cowok itu malah tertawa dengan keras mendengar pertanyaanku. Nggak salah dong Aku bertanya seperti itu, kalau nggak dekat mana mungkin bisa tau se-detail itu kan!
Ia masih tertawa sambil mengacak-acak rambutku. Sebenarnya aku paling benci dengan orang yang mengacak-acak rambutku. “Tidak!” jawabnya dengan suara dingin. Mungkin lebih dingin dari cowok yang bernama Davi tadi.
Sebenarnya Aku ingin sekali mengumpat, sumpah ini hari pertama yang melelahkan dan paling Aku benci. Aku tidak akan melupakan kejadian aneh ini, bertemu dengan orang-orang yang bersikap benar-benar dingin. Apa mungkin karena tinggal di daerah dengan suhu dingin bakal membuat seseorang bersikap dingin pula?
“Ma...Maaf!” ucapku takut.
Nathan tersenyum. Mendorong rambut-rambutku untuk berlindung dibalik daun telinga agar ia bisa melihat dengan leluasa wajahku yang sudah mati ketakutan. Benar, Aku benar-benar sudah ketakutan. Sama seperti Aku berjalan mengekori Davi saat hendak menuju ruang kepala sekolah.
“Aku hanya bercanda!”
Ha? Bercanda dengan sikap yang mengerikan itu? Nathan kamu benar-benar membuat tubuh ini lepas dari jiwanya. Aku benar-benar mati ketakutan dibuatnya.
***
Jam sudah menunjukan pukul sebelas. Hampir setengah hari sekolah Aku hanya berkeliling dengan Nathan. Dia cukup dikagumi ternyata. Contohnya waktu dikantin, semua orang terus menyapanya dengan hormat sambil tersenyum manis, berlomba memperlihatkan kecantikan diri mereka saat tersenyum dan semuanya semata-mata hanya untuk dilirik Nathan yang tengah bercakap ria denganku.
“Ayo!” ajaknya untuk masuk ke dalam kelas yang tertulis X-IPA 3, Ya, dia membawaku ke dalam kelas yang diminta oleh Pak Wahyu, Kepala sekolah yang sudah tua dengan kepala botak yang menjadi ciri khasnya.
Nathan masuk terlebih dahulu dan Aku hanya mengekor. Benar-benar seperti kerbau yang dibawa pengembala, cuma bisa ngikut doang.
“Assalamualaikum, Bu Asmi!”
Wanita paruh baya itu menoleh, menghentikan aktifitasnya yang sedang mencatatkan rumus-rumus fisika dipapan tulis putih.
“Waalaikum salam.”
“Maaf Bu. Saya mengganggu sebentar. Dapat perintah dari Pak Wahyu untuk membawa Della ke kelas ini. Dia murid baru disekolah kita, Bu.”
Wanita paruh baya itu menatapku dengan senyuman manis. “Selamat bergabung!” ucapnya menyambutku dengan hangat. “Terima Kasih, Bu!” jawabku dengan malu.
“Saya izin kembali ke kelas ya, Bu!” Pamit Nathan. Laki-laki ini benar-benar sopan. Aku kagum dengannya.
Wanita dengan pakaian khas PNS itu mengangguk. Sebelum Nathan benar-benar pergi meninggalkan kelas, ia sempatkan waktu untuk meminta maaf pada siswa-siswi yang sedari tadi menatap kehadiranku dengan Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADELLIANA
Teen FictionGadis cantik minangkabau yang menuntut ilmu ke Bandung mendapat pengalaman yang unik dari dua cowok tampan di sekolahnya. Yang satu bersikap dingin dan yang satu sangat hangat padanya. namun siapakah yang bakal membuat gadis minangkabau ini jatuh c...