One.

3.8K 314 50
                                    

Felix tersenyum kecil, menyodorkan tabletnya ke arah Jeno untuk menunjukkan sesuatu.

Jeno menyeringai, "tujuh tahun. Kita lihat, dia bisa bertahan sampai kapan". 

Jeno berdiri di dekat jendela yang memperlihatkan para anak buahnya sedang menikmati makan siang dan bercengkrama di ruang makan umum yang sengaja dibangun diluar gedung utama, dengan tujuan bisa menikmati indahnya bentangan alam juga pepohonan rimbun dan bau rumput basah karena hujan.

Menu makan siang untuk anggota Farligt hari ini hanya ayam mentega pedas, kentang, wortel rebus. Juga pilihan jus buah dan sayur yang beragam.

Seperti kafetaria sekolah menengah, tapi nyatanya setiap hari, setiap jam makan, anggota Farligt selalu mendapatkan jatah makan sesuka mereka dengan menu berbeda setiap harinya, yang ditanggungjawabi oleh puluhan koki dan 5 ahli gizi. 

Jeno selalu memastikan anggotanya mendapat gizi yang baik dengan kualitas yang terbaik, karena mereka pantas mendapatkannya.

Karena mereka manusia, dan Jeno harus memperlakukan mereka sebagai manusia, bukan mesin pembunuh walau pekerjaan mereka tak jauh dari kejaran malaikat maut.

Jeno hanya memanusiakan manusia yang bersikap baik padanya. Sebagaimana yang dikatakan ibunya, dulu.

Karena mafia juga manusia, terlepas dari mereka yang membunuh ratusan nyawa.

Terlalu lama merenung, membuat Jeno tak sadar jika satu-satunya personal assistent yang dipercaya Jeno telah berdiri disampingnya.

Jeno menoleh, menatap bertanya.

"Jaemin udah nyariin lo. Gue bilang lo ada makan siang sama kolega" suara Hyunjin terdengar tenang, sudah terbiasa rupanya.

"lo udah makan siang?" Jeno bertanya tanpa memperhatikan lawan bicara.

Hari ini cuaca cerah, dan Jeno menyukainya.

"mau makan sama Felix, mau ikut?"

"di bawah?"

"terserah lo"

"di bawah aja, bareng anak-anak. Udah lama gak makan bareng"

Hyunjin mengangguk, dan segera menggenggam tangan kanan Felix yang masih asik memantau CCTV di tabletnya.

Belum lima langkah mereka keluar dari ruangan kerja Jeno, getar ponsel terasa dari saku dalam jas hitam yang dipakai Jeno.

Panggilan dari Jaemin, suaminya.

Mengusap layarnya perlahan, dan tone suara Jeno mulai berubah.

"Yes, love?"

"..."

"Aku pulang sebentar lagi, masih ada kolega"

"..."

"Okay, hati-hati pulangnya"

"..."

"I love you"

Panggilan ditutup bertepatan dengan kekehan dari Hyunjin, "dia dimana katanya?"

Mengedikkan bahunya acuh, Jeno menjawab "balik dari cafe katanya"

Ada senyum samar di wajah rupawan bak keturunan dewa Yunani itu, "padahal gue tau dia sebenarnya ada dimana"







Hai, setelah 4 tahun hiatus nulis d wattpad, akhirnya gue berani nulis lagi. 

Jujur banyak banget hal yang jadi pertimbangan, but here i go.

Semoga kalian tetap suka mafia au walau versi fanfict gini ya:)

Much love,

Tooclosetoomuch.

F A R L I G T [3]  n o m i n .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang