Jaemin menoleh cepat saat merasakan sesuatu merangkul pinggangnya tiba-tiba, dan tersenyum cerah saat tau jika itu tangan kanan milik Jeno, "Welcome home, ganteng."
Jeno tertawa pelan, dan mengecup cepat bibir Jaemin dan sedikit menjilat sudut bibirnya karena ada sisa lelehan eskrim disana. "Makan eskrim yang bener, love"
"loh? aku kan sengaja" suara tawa Jaemin mengalun di ruang tengah kamar mereka yang dibalas oleh Jeno yang memindahkan tubuh Jaemin ke pangkuannya.
Jaemin menyandarkan kepalanya ke pundak Jeno, dan sesekali menghirup dalam-dalam aroma dari leher Jeno yang masih memakai stelan kerja nya.
"how was your day?" Suara Jeno terdengar berbisik sembari mengusap punggung Jaemin berulang dari balik bajunya.
"baik, kayaknya aku mau buka cabang baru deh"
"hm? dimana?"
"enaknya dimana ya? atau deket kantor kamu?"
Jeno meraih tangan Jaemin, dan mencium jari-jarinya, memberikan afeksi yang tidak pernah tidak Jaemin sukai, "kurang cocok, kayaknya. Langganan macet, jauh juga dari tempat latihan kamu"
"iya juga"
"kamu fokus latihan aja, nanti aku bantu cariin lahan yang cocok"
Jaemin bergerak tiba-tiba, menegakkan badannya dan menatap Jeno senang, "janji?"
Jeno mengaitkan kelingkingnya ke kelingking milik Jaemin, dan tersenyum hingga tersemat lengkungan bulan di wajah rupawannya, "janji"
Terpekik senang, Jaemin mengalungkan tangannya di leher Jeno, dan mencium bibir Jeno. Niatnya hanya sekejap, namun Jeno diam-diam menyeringai, menahan tengkuk Jaemin dan memperdalam ciuman mereka sampai lenguhan Jaemin terdengar.
Jeno melepaskan ciumannya dan langsung menemukan wajah Jaemin yang memerah dengan nafas tak beraturan, "cute"
Alis Jaemin menekuk, mencubit lengan Jeno, "curang. Aku kan ambil nafasnya cuma dikit"
Yang dibalas tawa Jeno, "mau lanjut sekarang atau aku mandi dulu?"
"gak ada lanjut-lanjut"
"jatah aku, sayang"
Jaemin segera bangkit dan melemparkan bantal sofa ke arah Jeno dan langsung ditangkap, "kan udah kemarin, Jeno"
Baru Jeno akan kembali menggoda Jaemin, dering telepon kamar mereka terdengar, membuat Jaemin melangkahkan kakinya dan mengangkat telepon tersebut dengan kode kamar Han yang tertera, "apa?"
"buset, galak amat bos" suara tawa orang lain terdengar dari balik telepon
"lo lagi sama Seungmin?"
"yoi, mau ngabarin aja nih, udah waktunya dinner. Seungmin udah ngerengek laper sambil gedor-gedor kamar gue. Maklum abis kerja rodi di lab- aduh! sakit anjing, enak bener lo lempar buku seenak jidat" Suara Han terdengar sedang mengumpat sekaligus mengomeli Seungmin hingga lupa panggilan itu masih berlangsung.
Jaemin hanya tertawa kecil, terlalu sering menghadapi sesi baku hantam dari Seungmin dan Han. Diam-diam bersyukur karena kehadiran mereka berdua di hidupnya yang semula kelabu.
"Nah yaudah gitu, cepet turun, kita laper, gue juga capek abis latian sama pelatih baru"
"yang dulu kemana emang?"
"cuti, istrinya ngelahirin katanya, gak tau gue, tapi pelatihnya enakan yang ini, bisa nyantai dikit tapi bawel banget kayak ibu kos nagih iuran listrik"
Jaemin mendengus, masalah Han dengan pelatihnya memang tidak pernah selesai, "gue nunggu Jeno beres mandi dulu, terus turun"
Dan dibalas persetujuan dari Han yang langsung mematikan panggilan secara sepihak.
Sedangkan di kamar Han, tak hanya kehadiran Seungmin yang kini duduk di kursi tunggal dekat perapian, namun juga ada Hyunjin dan Felix yang sedang berdiskusi salah satu rencana Jeno.
Han yang asalnya sibuk dengan game di komputernya seketika terdiam saat melihat foto mereka berenam di pernikahan Jeno dan Jaemin dengan pigura pemberian salah satu penggemarnya yang ia letakkan sebagai hiasan meja komputernya, "Jin"
"Apaan?" Hyunjin memusatkan pandangannya pada benda yang mencuri perhatian Han dan diikuti oleh Seungmin dan Felix.
"mau sampe kapan kita gini?"
Seungmin terdengar menghela nafasnya gusar, "kita udah ngomongin ini berkali-kali, Han"
Suara Hyunjin terdengar serak, "gue gak tau, kita cuma bisa nyusun banyak rencana cadangan buat antisipasi, semua tergantung Jaemin"
"kalau mereka ikutin rencana awal, menurut perhitungan 2 bulan lagi" Felix menimpali
Han mendengus dan segera membalik pigura itu hingga fotonya menghadap di bawah, "gue gak bisa nahan lebih lama lagi atau gue bakal kalah sama rasa kasihan gue yang selama ini gak pernah ada"
"lo ditawarin pindah duluan sama Jeno tapi lo nolak"
"dia udah gue anggep sodara walaupun kelakuannya kaya setan kalau lagi nyebelin, gue gak bisa ninggalin dia gitu aja"
laki-laki berdarah Australia itu perlahan mendekati Han dan mengusak rambutnya, "bagi kita semua juga kayak gitu, Han. Kita sama-sama sulit, tapi lo pernah gak kepikiran gimana perasaan Jeno? Perasaan kita gak sebanding sama perasaan Jeno"
Hingga entah siapa yang memulai, mereka berempat membentuk lingkaran dan saling merangkul, berusaha menguatkan satu sama lain sebelum turun ke bawah dan kembali bersikap semua baik-baik saja.
"ayo makan" suara Seungmin terdengar dan mengundang gelak tawa, dan segera memasuki lift menuju ruang makan mereka.
Semua akan baik-baik saja, semoga.
Hai, maaf ya kemarin siang gue lepas kendali, tapi gue gak nyesel, orang kaya gitu emang harus digertak biar gak seenaknya.
Gimana part ini? terlalu pendek atau terlalu panjang? terlalu buru-buru gak?
Gue butuh kritik saran kalian, biar semoga gue bisa lebih baik lagi, karena jujur aja masih kaku buat nulis ff wkwkwk. Tapi kata SOLE di lagu nya buat "take it slow" .
Feel free buat kirim gue chat atau di percakapan atau bahkan mention gue di twitter.
btw, Have a nice wednesday!
xoxo,
Tooclosetoomuch.

KAMU SEDANG MEMBACA
F A R L I G T [3] n o m i n .
FanficCinta bisa membuatmu menjadi manusia paling bodoh yang pernah ada, tapi itu tidak berlaku untuk Jeno. Lalu bagaimana jika Jaemin adalah dalang dibalik semua kejadian? Perihal mereka memang tidak semudah itu ditaklukan. This story is a continuation s...