Pagi ini tak setenang pagi biasanya, kecuali Seungmin yang masih merajut mimpinya beralas kasur empuk dan selimut tebal juga rasa hangat dari perapian yang menyala di sudut kamarnya. Terasa nyaman dan menyenangkan seolah tidak terusik oleh keributan yang disebabkan teman-temannya di bawah.
Sebagaimana jadwal, pagi ini harusnya Jeno berangkat ke Jerman untuk menghadiri undangan dari Presiden Negara Hitler tersebut. Namun yang nyatanya terjadi, Jeno sedang meeting online mendadak karena ada masalah mengenai pembagian saham ini itu di rumah sakit miliknya hingga membuat Jeno harus duduk tegak di ruang pribadinya dan memutar otak agar meeting mereka bisa segera berakhir. Jeno tidak menyukai sesuatu yang mendadak dan tidak sesuai dengan jadwal yang seharusnya, namun hal-hal seperti itu tentu saja tidak bisa selalu dihindari.
Ada pula Hyunjin yang sedang mengutak-ngatik tablet yang biasa ia pakai untuk menyesuaikan jadwal Jeno yang berantakan hari ini dan berpengaruh hingga agenda Jeno nanti malam dengan airpods yang menempel di telinga kanannya, sesekali menanggapi lawan bicaranya yang tak lain dan tak bukan adalah duta luar negeri negara mereka yang berada di Jerman, yang terus menerus mendesak kepastian jam berapa Jeno akan sampai, juga apa yang harus dibicarakan Jeno yang sekiranya mampu membuat negara terlihat lebih baik di mata keluarga presiden. Jujur saja, Hyunjin sudah muak hingga membuatnya memastikan kepada lawan bicaranya bahwa semua akan berjalan sebagaimana semestinya dan mereka akan sampai sebelum makan malam.
Juga Han yang hari ini bangun kesiangan hingga membuatnya mandi bebek dan menaiki lift secara terburu ke rooftop untuk menyiapkan Jet yang akan dipakai oleh Jeno, Han yang biasanya mementingkan penampilan kini bahkan tidak sadar jika ia hanya menggunakan kaos hitam polos dan celana jeans sobek-sobek yang amat tidak serasi denga petopel hitam yang dipakainya dengan rambut yang acak-acakan.
Sedangkan Jaemin mondar-mandir di ruang tamu menunggu kedatangan manajernya yang untuk pertama kalinya tidak tepat waktu, dengan tangan yang tak henti mengetik permintaan maaf pada teman-teman juga pelatihnya karena ia akan datang terlambat. Mau menyetir mobil sendiri pun tak bisa karena pintu garasi mereka sedang eror hingga tidak dapat di buka. Tapi Felix sudah berjanji, sore ini pintu itu sudah berjalan normal seperti biasanya.
Dan yang terakhir ada Felix yang sibuk dengan wall touch screennya karena ada yang nekat melewati portal pertama mereka, hingga mau tak mau Felix menyuruh anggota Farligt yang lain untuk bersiap berlari ke portal kedua jika Felix memberi aba-aba mereka untuk mengganti peledak yang ada di portal kedua dan menyingkirkan mayat dan rongsok mobil yang terbakar. Perihal pintu garasi, Felix hanya tersenyum tipis, karena yang sebenarnya pintu itu tidak rusak, tapi sengaja Felix tutup.
Pukul sembilan pagi, semua keributan itu selesai, akhirnya. Dengan Jaemin yang berpamitan pada suaminya dengan mengecup bibirnya cepat dan sedikit berlari menghampiri mobil Taeil, juga dengan wajah Jeno yang kusut namun tak lebih buruk dari Hyunjin yang memasang ekspresi akan menghajar siapapun yang berani mengganggunya. Keduanya duduk dengan tenang sembari memejamkan mata namun menolak tidur di kursi penumpang dalam Jet canggih milik Jeno dengan Han yang memegang kendali terbangnya Jet berwarna hitam itu.
Mereka tiba pada pukul setengah enam sore, dan janji makan malam dimulai jam tujuh malam, setidaknya mereka harus sampai di Istana Presiden pukul setengah tujuh malam.
Mereka hanya punya waktu satu jam, tidak ada waktu untuk meladeni jet lag, atau rasa kantuk juga lelah yang mereka rasakan.
Jeno dan Hyunjin sedikit berlari turun dari rooftop hotel milik Jeno setelah Han mendarat dengan aman, sedangkan Han memilih berjalan santai karena ia tidak ikut malam malam dan berniat menghabiskan waktu dengan tidur di kamarnya di penthouse Jeno yang berada di lantai tepat di bawah rooftop itu.
"30 menit!" Hyunjin berteriak ketika dirinya dan Jeno berpisah untuk memasuki kamar masing-masing untuk mandi dan mungkin minum obat pereda sakit kepala yang dibalas teriakan setuju oleh Jeno.
Hyunjin keluar terlebih dahulu dari kamarnya dengan kemeja hitam yang tertutupi oleh jas biru tua juga celana warna serupa dengan rambut hitamnya yang ditata comma, terlihat tampan, namun siapa yang tahu jika di balik jasnya ia menyimpan pistol dengan penuh peluru.
Hyunjin menemukan Han yang sedang memakan semangkuk ramen yang Hyunjin curigai memesan dari pihak hotel dengan sebotol air mineral yang tersisa setengah sembari menonton acara komedi di tv penthouse.
"Han"
Han menoleh sebentar lalu kembali memusatkan perhatiannya pada layar 55 inch tersebut, "supir udah di lobby katanya"
Hyunjin berjalan mendekat, duduk di sebelah Han dan merebut ramen yang aromanya menggugah selera itu, "bagi"
"jangan banyak-banyak, anjing"
"lo tinggal pesen lagi, bangke. Gue laper"
Han menjitak Hyunjin keras, mendelik "kan lo makan entar disana"
"harus jaga image ah males gue, gak bebas"
Bertepatan dengan kalimat Hyunjin, Jeno keluar dari kamarnya dengan setelan putih sederhana namun terlihat mahal dengan rambut pirangnya tersisir rapi hingga menampilkan jidatnya. Mempesona seperti biasa.
Well, kapan seorang Lee Jeno tidak terlihat mempesona?
Hyunjin memerika jam tangan Rolex Cosmograph Daytona Ice Blue yang seharga 1 milyar itu, lebih cepat 10 menit dari patokan waktunya.
"Jin, jam gue dimana dah?" Jeno melihat sekeliling penthouse, seingatnya ia melepaskan jam tangannya sebelum masuk kamar.
"noh" Han menunjukkan jam tangan Jeno yang hampir jatuh dari meja itu dengan dagunya.
Yang membuat Jeno langsung memakai di pergelangan tangan kirinya, sedikit mengelusnya karena jam tangan dengan merek Hublot tipe MP-11 Power Reserve 14 Days Sapphire dengan harga 400 juta lebih mahal dari jam tangan yang dipakai Hyunjin itu merupakan pemberian dari Jaemin saat ulang tahunnya tahun kemarin, memgingat bagaimana senyum lelaki yang dicintainya saat ulang tahun Jeno waktu itu membuat hatinya menghangat, betapa ia mencintai Jaemin dengan sepenuh hatinya.
"yuk berangkat, gue udah gak sabar ngacak-ngacak istana presiden" Hyunjin beranjak yang diikuti Jeno dibelakangnya juga teriakan Han yang meminta oleh-oleh dari mereka dan dibalas jari tengah oleh Hyunjin.
Dalam perjalanan yang memakan waktu sebentar, sedikit banyak Hyunjin menjelaskan di titik sebelah mana saja anak buah mereka berada, di CCTV mana saja yang sudah diretas tim IT Farligt, juga berapa banyak media yang hadir untuk menyorot mereka.
Hingga mereka sampai di depan pintu Istana Presiden denga Presiden Jerman yang langsung menyambut mereka juga jepretan flash kamera yang menghujani kedua belah pihak.
Jeno tersenyum tipis, berjabat tangan dengan Presiden dan berucap dengan bahasa dan pelafalan yang sempurna, "Guten Abend, Herr Präsident, es ist mir eine Freude, an Ihrer Einladung teilnehmen zu können"
Kali ini banyakan narasinya daripada percakapannya ;) btw, aku masih nyari gaya dialog yang enak buat dipake di narasi jenis aku tapi gak keliatan kaku pas diucapin Hyunjin atau Han.
Happy Ied Mubarak bagi yang merayakan, tahan-tahan makan dagingnya, nanti kaget pas liat timbangan.
Aku amat menerima kritik saran ya, mau corat-coret wall juga gapapa.
Maaf masih amatir.
Good night,
Tooclosetoomuch.

KAMU SEDANG MEMBACA
F A R L I G T [3] n o m i n .
FanfictionCinta bisa membuatmu menjadi manusia paling bodoh yang pernah ada, tapi itu tidak berlaku untuk Jeno. Lalu bagaimana jika Jaemin adalah dalang dibalik semua kejadian? Perihal mereka memang tidak semudah itu ditaklukan. This story is a continuation s...