Chapter Empat

283 38 8
                                    

Happy Reading.

Hujan turun membasahi bumi pagi ini. Seorang gadis remaja berambut coklat tergerai duduk di atas tempat tidur sambil melilit kan selimut tebal ke tubuh nya. Ia melihat air hujan yang jatuh menghempas batu-batu yang teronggok di jalan. Melihat dunia dari jendela kamar nya adalah kebiasaan remaja ini saat menunggu kakak nya pulang.

Tapi, sudah seharian ia menanti kepulangan kakak nya itu. Namun penantian nya berujung sia-sia. Yuna menghentak-hentak kan kaki nya yang tidak dapat berfungsi lagi. "Hiks..andai saja aku tidak lumpuh pasti sekarang aku bisa membantu Jeongyeon unnie."

Sementara di tempat lain.

"Ughh.." Suara lenguhan terdengar dari bibir pucat wanita yang terbaring lemah di atas tempat tidur.

Tangan nya terulur memegang kepalanya yang terasa sangat pusing. Pandangan nya buram dan tenggorokan nya terasa kering sekali.

Jeongyeon menoleh ke kanan dan ke kekiri, tidak ada siapapun disini. Jeongyeon berusaha berteriak. Tapi ia terlalu lemah, bahkan untuk mengeluarkan suara saja ia tak mampu.

Clek

Jeongyeon menoleh ke arah pintu saat benda persegi panjang itu terbuka. Ia melihat wanita paruh baya masuk kedalam sambil men jinjing tas.

"Kau sudah sadar?" Tanya nya antusias dan sedikit berlari menuju  tempat tidur Jeongyeon.

Jeongyeon mengangguk lemah. "Bibiiihh.. H-hauusshhh.." Dengan sekuat tenaga akhirnya ia bisa mengucapkan kalimat itu.

"Kau haus? Baiklah aku akan memberimu minum." Wanita paruh baya itu meletakkan tas nya di atas kursi. Ia dengan sigap mengambil air yang sudah tersedia di ruang rawat Jeongyeon.

Wanita paruh baya itu memberikan gelas berisi air pada Jeongyeon, ia juga membantu Jeongyeon minum. Jeongyeon minum dengan sangat rakus. Ia seperti orang yang tidak pernah minum 1 tahun saja.

"Ahh.." Air putih itu seketika tandas.

"Sudah lebih baik?"
Jeongyeon menganggukkan kepalanya.

"Bibi..."

"Panggil saja aku Nyonya Park."

"Ah Nyonya Park, aku dimana?"

"Tenanglah nak. Kau berada di rumah sakit. Kau ingat kejadian kemarin bukan? Dengan berani nya kau melawan para perampok itu demi menyelamatkan ku?"

"Ya aku ingat, seharusnya tidak perlu begini. Antarkan saja aku pulang dan aku bisa mengobati diriku sendiri." Ucap nya lemah sambil tersenyum.

"Bagaimana bisa kau mengobati dirimu sendiri sementara kau kemarin sudah tak sadarkan diri." Nyonya Park menggelengkan kepalanya.

"Ada adik ku yang bisa menjaga ku Nyonya." Jeongyeon langsung tertegun saat menyebut adik nya. Ia baru ingat jika Yuna tidak bisa sendirian dan sekarang sedang apa adiknya itu.

"Mm Nyonya sudah berapa hari aku disini?" Jeongyeon memaksakan dirinya untuk bangun.

"Kau kenapa? Berbaring lah nak, kau masih lemah." Nyonya Park memegang bahu Jeongyeon dan membawanya kembali berbaring. Tapi usaha nya itu mendapat perlawanan dari Jeongyeon.

I am With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang