Nafasnya tersengal-sengal ketika mereka membuka kain hitam yang menutup kepalanya.Yang bisa ia lihat hanya sorot lampu menyilaukan di atas meja dan sosok orang di depannya.
Satu orang lagi berada tepat di belakangnya, namun ia tak dapat melihatnya, karena gelap hampir memenuhi ruangan itu.Pergelangan kaki, paha, dada, dan tangannya terikat pada sebuah kursi dari besi. Kokoh, karena terpaut pada sebuah baut yang tertanam ke dalam lantai beton.
Ia tak bisa bergerak. Tak berdaya menerima setiap pukulan yang dilayangkan setiap kali ia memberikan sebuah jawaban yang salah di telinga mereka.
"Siapa namamu!"
"E.. Erik, Storm.."
"Di mana letak markas besar
pemberontak!""A.. aku tidak tahu.."
Bunyi tinju, terdengar menghantam kulit. Kali ini tepat kena wajahnya, menyebabkan hidungnya berdarah.
Erik tak dapat menghitung sudah berapa lama ia berada dalam ruangan itu. Ia masih mengingat ketika ia tak sadarkan diri, sewaktu berada di mobil bersama dengan seorang Jenderal.
Sekarang, ia baru menyadari bahwa ada obat bius tercampur di dalam wine yang telah diminumnya.
Ketika ia sadar, ia sudah berada dalam ruangan gelap itu. Terkurung dan disiksa.
"Percuma, ia takkan bicara," kata seseorang yang berada di depan Erik.
Orang yang berada di belakang Erik menjawab, "Kalau begitu akan ku pukul lagi sampai dia bicara."
Orang itu berancang-ancang untuk meninjunya lagi. Kali ini, ia memasang sebuah cincin-cincin besi di kepalannya.
"Oh, tamatlah riwayatku," batin Erik pasrah.
Sebuah pukulan kembali akan dilepaskan orang itu, namun diurungkannya ketika temannya menyuruhnya untuk berhenti.
"Tunggu, aku pikir sebaiknya kita menanti boss kembali," kata orang yang berada di balik lampu.
"Ya, betul, aku juga ingin istirahat, tangan-tangan ku pegal memukuli berandal ini," jawab teman orang itu.
"Ayo kita makan siang, aku tahu restoran yang dekat dari sini."
Mereka masih berbincang-bincang ketika keluar dari ruangan itu. Erik masih menangkap kalimat terakhir yang diucapkan orang yang memukulnya, "sial, bajingan tengik itu punya daya tahan tubuh yang bagus. Dia masih mampu menahan pukulan-pukulan ku," yang kemudian menutup pintu dan mengunci Erik, sendirian.
Kali ini, mereka tak menutup kepalanya dengan kain hitam yang biasanya mereka gunakan. Menjadi sebuah kesempatan baginya untuk mengamat-amati ruangan itu.
Ia membatin, "ah, jadi ini pemandangan terakhir yang bisa kulihat? Sebuah ruangan gelap dengan sorotan lampu serta meja yang kosong?"
Erik berpikir seandainya ia seorang programmer hebat, ia masih punya kesempatan untuk kabur dari tempat itu.
Benaknya sekilas mengingat kejadian beberapa hari lalu, sewaktu ia membuat sebuah tank meledak karena salah menggunakan Program Dunia.
Program Dunia adalah sebuah sistem. Sistem yang berfungsi sebagai perantara untuk mengeluarkan sebuah tenaga, yang dapat mengendalikan dan memodifikasi objek metalik, biologis, atau elemen. Namun, semakin tinggi tingkat kerumitan pengendalian atau modifikasi yang ingin dibuat, maka semakin rumit program yang harus digunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACT (PENDING)
Fiction généraleKeputusan seringkali membuat seseorang menghasilkan sesuatu yang salah, hingga mengingkari kemauan dan keinginan. Erik Storm adalah pemuda cerdas, namun, bagi seseorang yang dilabeli "R-Direct" seperti dia, sangat sulit untuk meningkatkan taraf hidu...