-GaJeJo-

3.9K 357 144
                                    

"A, alesannya apa tadi berantem disekolah?"

Pemuda bernama Arga Avean Navaga itu bertanya pada salah satu adiknya yang kini sedang menyantap makan malamnya. Sedangkan ia sendiri, kini tengah memasukkan tumpukkan pakaian kotor kedalam mesin cuci. Tak ikut bergabung, karena pekerjaan rumahnya saat ini begitu menumpuk.

Yang ditanya tetap asik pada kegiatannya, tak mengindahkan pertanyaan yang lebih tua. Bukan tak mendengar, hanya saja ia malas untuk menyahuti.

"A Jeje, itu ditanya kak Gaga." Yang paling muda menginterupsi kakak keduanya yang tak kunjung membuka mulut.

"Bisa diem gak?!" Jeremy Oryxda Navaga atau yang kerap disapa Jeje itu berkata tegas dengan tatapan tajam yang ia arahkan pada adiknya.

Yang lebih muda menelan salivanya, tak berani jika sudah berurusan dengan Jeje. Anak kedua dikeluarganya itu memang terkenal memiliki sifat yang dingin, kasar, dan pembuat onar disekolah.

Gaga menangkap raut ketakutan Jojo -adik terakhirnya- Pasalnya, anak itu tak bisa dibentak sama sekali, dibentak sedikit saja pasti akan menangis.

Sifat Jojo memang berbanding terbalik dengan Jeje. Jojo itu lebih manja. Maklum saja, usianya masih 13 tahun dan sekarang menempati kelas satu SMP. Sedangkan Jeje, ia lebih tua dua tahun dari adiknya.

"A, Adeknya jangan dibentak dong." Gaga berusaha berucap selembut mungkin supaya anak tengah itu tak merasa tersinggung.

Jeje menggebrak meja, kemudian berdiri. "Apaan sih, belain aja Jojo. Aku nya dimarahin terus." Gaga tersentak, kemudian mendekati adiknya yang kini tengah dihujani emosi. "Mentang-mentang Mama diluar negeri, sekarang Kak Gaga berani marahin Aa, gitu?!"

"A, kakak gak marah. Dengerin dulu."

"Berisik!" Langkah tegas itu mulai menaiki tangga, meninggalkan dua insan disana dengan kesunyiannya.

Gaga menunduk, kecewa karena masih belum bisa menjadi si sulung yang baik untuk kedua adik kecilnya.

"Kak, gak usah dipikirin. A Jeje 'kan emang kayak gitu."

Sepersekian detik, Gaga mengangkat kepalanya. Baru menyadari jika satu adiknya masih belum beranjak dari tempat. Raut sedih itu kini terganti dengan seulas senyum hangat. "Dek, ayo tidur. Udah malem, besok 'kan sekolah."

"Boleh tidur dikamar Kak Gaga?"

"Masa tidur dikamar Kakak. Kasian nanti si Aa tidurnya sendiri."

"Biarin aja, A Jeje gak asik. Kalo aku ngomong gak pernah disahutin. Padahal pas aku cek, mulutnya masih nempel tuh." Bocah itu mengerucutkan bibirnya.

Gaga terkikik mendengar ocehan adik kecilnya. "Dek, gak boleh gitu ah gak sopan."

"Biarin, A jeje aja gak pernah sopan sama Kak Gaga."

"Jovin Ervan Navaga, mulutnya!"

Jojo hanya nyengir, menunjukkan deretan gigi rapihnya. "Maafin."

Gaga mengusak surai bocah itu sembari tersenyum. "Udah ya, sana tidur."

"Pengen dikamar Kak Gaga pokoknya, titik!" Anak itu menyilangkan lengannya didepan dada.

"Dikamar Kakak gak ada Ac, sumpek lagi. Nanti kalau asma kamu kambuh gimana?"

"Gak bakal. Boleh ya, Kak?" Jojo memelas, berharap kakaknya akan luluh.

Gaga menghela nafas, kemudian mengangguk. "Ya udah, malem ini aja tapi."

Yang lebih muda bersorak senang, kemudian memeluk pinggang sang Kakak. "Makasih kak Gaga ganteng."

"Gih tidur. Nanti kakak nyusul kalau udah selesai nyuci."

"Oke, siap Bos."

___________________________________
TEBECE

Lanjutin jangan?

Spam Next buat lanjut:'(

Kalau sepi, gue Unpublish deh. Soalnya gak pede cuy:/

Tangguh; On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang