"Kakakkkk bangun sialan!" renjun mengguncang guncang tubuh kakaknya yang masih hanyut dalam mimpi mimpinya.
rose sengaja pura pura tidur seperti ini, pasalnya ini hari libur jadi dia bebas saja, karena adek sialan ini tipikal pria cerdas jadi setiap hari libur renjun selalu mengajak kakaknya pergi ke mall membeli buku.
"Kak, aku tau kakak udah bangun loh sumpah" ucap renjun yang tak habis pikir pada kakaknya diajak mencari bahan bahan ilmu saja tidak mau! padahal kan biar lebih pintar walau sudah pintar.
tak menyangka mawar pemalas ini adalah kakaknya dan si park roseanne pemalas ini meneruskan eommanya memegang Caffe.
"Eommaaaaaa kakaknyaaa!" Renjun berteriak seperti mengadu. apa apaan ini. umurnya sudah hampir 20 tahun tapi tetap saja seperti anak kecil. rose yang terkejut pun langsung membuka selimut yang menutupi tubuhnya lalu ia mengubah posisinya menjadi duduk. renjun hanya tertawa menggelitik.
"Ada apa jun? rose?" Wendy, eomma mereka datang tiba tiba tanpa mengetuk pintu kamar rose.
keduanya langsung menengok ke arah wendy, menyeramkan. Iya, pasalnya wendy membawa centong ditangannya seperti ibu tiri yang siap memukul anaknya. Mmf eomma tapi memang begitu nyatanya.
"hei eomma bertanya kenapa kalian diam?" Wendy menurunkan centong yang ia angkat. Lalu menghampiri anak anaknya yang seperti ketakutan.
"Aku kaget eomma, kau seperti orang yang bersiap memukul kami" ucap renjun yang masih menampakan wajah khawatirnya.
"Hei, apa eomma pernah memukul kalian? tidak kan? ini eomma terburu buru sampai lupa menaruh centong" kini wendy ikut duduk di tempat tidur rose.
"Eomma kenapa kakak tidak pernah bekerja pada hari libur? Padahal kan pada hari libur biasanya setiap caffe pasti ramai, tapi sebagai boss dia malah asik merebahkan dirinya dirumah" decak renjun dengan nada yang sinis, rose hanya terkekeh kecil melihat adiknya. padahal kan jika renjun mau dia tidak usah les privat atau membeli banyak buku dan merangkumnya pada hari libur begini, jadi sepenuhnya bukan salah rose.
"Njunnie, rose memang boss tapi eomma juga tetap bertanggung jawab perihal caffe, jadi eomma akan bekerja setiap hari libur saja. Ini semua akan terjadi sama seperti mu yang akan meneruskan perusahaan appa mu" ucap wendy panjang lebar sambil mengelus kepala renjun. rose yang merasa hanya di acuhkan kemudian ia mencebikkan bibirnya.
"tapi aku tidak akan membuat appa kelelahan tidak seperti kakak yang selalu merepotkan mu" renjun memang renjun. dia keras kepala dan pekerja keras. Tapi bukan rose yang bukan pekerja keras di rumah juga ia tetap mengerjakan perihal caffenya itu, belum lagi ia menjadi sekertaris sampingan ayahnya sekarang.
"kau tidak ingat aku juga sekertaris sampingan appa? kau saja tidak tahu rasa lelahku" rose sepertinya sudah muak. pagi pagi selalu disuguhi perdebatan kecilnya bersama si renjun kutu buku itu. iya menyayanginya, mereka saling menyayangi, hanya saja mereka jarang akur.
kini rose meninggalkan eomma dan adiknya keluar, ia menemui appanya dibawah, pasti sedang sarapan. ia duduk di sebelah appanya sambil memanyunkan bibirnya.
"kenapa aku harus mempunyai adik semenyebalkan renjun sih appa?!" Gerutunya membuat Chanyeol sebagai appanya yang tadinya terfokus membaca map map kini ia menjadi fokus pada anak gadisnya yang cantik itu.
"Kau bertengkar lagi?" tanya Chanyeol sambil menundukkan tubuhnya agar mudah melihat gadis itu yang tampak bersedih.
tentu saja rose sedih. adiknya sendiri bilang kalau ia selalu merepotkan eomma seperti tidak mengaca. jarang juga renjun berbicara setidak sopan tadi. membuat rose bersumpah tidak ingin mengajari materi apapun yang terlihat susah bagi renjun. rose masih mengabaikan pertanyaan Chanyeol. Appanya sangat konyol, sudah tau tiada hari tanpa pertengkaran kedua anaknya. Lelucon yang tidak lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
my park 。
Teen Fiction ku rangkai di sebuah diary kisah cerita bahagia harapanku namun semua, kandas harapan menjadi angin kenangan menjadi debu dan aku hanya menjadi sang lakon juga bumi menjadi saksi bisu. n; ini cer...