Jam menunjukkan pukul 14.40. Artinya kelas Vicha hari ini telah selesai. Tidak seperti orang lain pada umumnya yang akan merasakan senang saat jam kuliahnya telah usai, Vicha malah merasakan kegugupan dan ketakutan setiap kelasnya selesai. Bahkan perasaan ini telah mengikutinya selama kurang lebih dua tahun. Dan Vicha tidak berani untuk mengatakannya kepada keluarganya. Bukan karena keluarga Vicha tidak harmonis, namun Vicha tidak sanggup membanyangkan reaksi keluarganya saat mengetahui hal ini. Vicha tak ingin membuat keluarganya khawatir. Namun terkadang Vicha merasa tidak sanggup lagi untuk mengahadapi hal ini. Namun Vicha juga tidak bisa melepasnya begitu saja. Vicha merasa ia bertanggungjawab atas orang yang memberi perasaan ini.
Satu-satunya orang yang mengetahui masalah ini hanya teman dekatnya, Lina. Lina adalah saksi semua nya. Bahkan Lina ada saat kejadian itu di mulai. Lina sering kali menasehati temannya itu untuk mengatakan sesungguhnya kepada keluarganya. Namun lagi-lagi Vicha mengkhawatirkan reaksi keluarganya dan merasa masih sanggup untuk mengatasi hal ini , sehingga ia memilih bungkam sampai saat ini. Lina ingin sekali mengatakan kepada saudara kembar Vicha, Yucha yang juga menjadi temannya itu. Namun rasa tidak berhak lebih mendominasi, sehingga sampai saat ini pun Lina juga masih bungkam dengan situasi yang di hadapi temannya itu.
"Gue udah sering bilang kan Cha, gue juga sakit kalau lihat lo begini terus" kata Lina yang melihat raut wajah temannya sudah berubah ketika dosen mengucapkan salam penutup
"Bantuin gue ya kali ini, please. Ini beneran acara keluarga gak bohong" kata Vicha memohon
"Huffttt, iya gue bantuin. Atur ekspresi lo. Dia dateng" kata Lina saat melihat seorang laki laki yang menghampiri kursi mereka
"Sayang banget ya kita gak sekelas. Padahal aku udah berusaha buat jadwal sama kayak kamu tapi tetep gak bisa. Semester besok semoga kita sekelas lagi ya kayak kemarin" kata laki laki tadi sedih
"Iya, semester ini dosennya favorit semua jadi rebutan. Besok usaha lagi deh biar sekelas hehehe" kata Vicha sambil tersenyum manis
"Yuk, udah selesai kan?" Tanya sang laki laki
"Huem kamu belum lihat chat aku ya? Dari tadi aku udah chat kamu kalau hari ini aku gak bisa temenin kamu konsul. Adek aku ulang tahun hari ini. Jadi ..." Vicha bahkan belum selesai menjelaskan, tapi Lina yang jengah memotongnya
"Dia ada acara keluarga Handry, jadi dia mau pulang sama sodara kembarnya sekarang" kata Lina cepat sambil tersenyum manis
"Oh gitu. Aduh maaf tadi gak sempet lihat hp. Ya udah aku pulang dulu aja ya?. Hati hati di jalannya. Titip ucapan juga buat adek kamu, selamat ulang tahun. Nanti bilang dia mau apa aku beliin" kata laki laki tadi, Handry sambil mengusap kepala Vicha lembut
"Iya, InsyaAllah nanti aku sampain ke adek aku" kata Vicha sambil tersenyum kecil
"Okey kalau gitu aku duluan. Hati hati ya" kata Handry pamit sambil mengacak rambut Vicha
"Lain kali langsung to the poin. Jangan kebanyakan basa basi" kata Lina sudah malas menjadi saksi
"Dia gak bisa di gituin Lin. Harus di jelasin pelan-pelan biar dia ngerti. Biar konsultasinya selama ini juga gak sia-sia" kata
"Lo mau sampe kapan sih Cha nyembunyiin ini?" Tanya Lina lagi setelah Vicha selesai dengan barang-barangnya
"Kalau gue bener-bener udah gak kuat sam akelakuannya dia. Kalau dia udah main kasar lagi sama gue. Kalau dia ngelakuin di luar batas" kata Vicha sambil tersenyum
"Ya itu kapan? Gue aja yang lihat elu diintilin tiap hari aja udah cape. Apalagi elu yang ngerasain? Gue bener-bener gak habis pikir sama pikiran lo itu. Menurutlo keluarga lo makin sakit gak kalau ternyata lo udah diginiin selama dua tahun hah?" Tanya Lina yang benar-benar sudah muak
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
Ficção AdolescenteGue udah pasti pilih Lo, tapi Gue gak bisa ninggalin Dia gitu aja. Dia juga butuh Gue - Vicha Syarat utama jadi pacar gue itu bisa sabar. Karna keluarga Gue adalah prioritas Gue - Yucha Gue gak bisa lihat Lo selalu kayak gini, bukan Lo doang yang ng...