DARMAWULAN

26 4 0
                                    

" Ibu apakah kita akan melihat bulan lagi malam ini, kemarin-kemarin kita melewatkannya karena bulan tidak juga muncul. Kata ibu bulan malu pada awan hitam yang membawa hujan, lalu apakah sekarang bulan sudah tidak malu lagi kah ibu?, aku sudah rindu pada bulan ibu ". Ucapku sendu pada ibu.

Hai. aku wulan permata, Usiaku lima tahun, kata ibu aku lahir di rumah bu Bidan, aku menangis kencang karena sudah tak sabar bertemu ibu Lalu ayah juga ikut menangis menemani aku agar tak malu menangis sendiri hehe.

Ibu selalu bilang padaku bahwa aku adalah anak yang riang dan cerewet, banyak tanya dan cengeng. Tapi bersyukur bahwa aku juga anak yang penyayang dan pintar, suka menolong orang bahkan orang yang tidak kukenal sedikitpun.

Ibu selalu mengajaku untuk melihat bulan di malam hari, kata ibu biar aku tidak merasa kesepian jikalau nanti ibu dan ayah harus pergi meninggalkan aku. Entah mereka hendak pergi kemana aku tidak tau, aku hanya menurut saja.

Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga dan ayahku adalah seorang petani, kami hidup di desa kecil yang damai dan aman. Aku tidak memiliki kakek dan nenek mereka sudah tiada sebelum aku lahir, aku juga tidak memiliki saudara aku anak tunggal.

Ayahku punya adik perempuan dia bibiku yang cantik, bibi sudah menikah tapi belum mempunyai anak. Aku kasihan pada bibi dan paman mereka sudah lama menginginkan seorang anak, aku juga kesepian ingin punya teman bermain tapi aku tidak memiliki adik dan sepupu seperti mereka.
Aku punya teman tapi tentu teman tidak sebaik saudara bahkan aku selalu menangis jika sedang bermain karena dijaili mereka. Ibuku anak tunggal sama sepertiku.

Sudah ya ceritanya, aku capek berbicara. Saatnya tidur setelah minum susu dan ke kamar mandi supaya tidak mengompol saat tertidur hihihihi..

DARMAWULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang