Part 2

71 8 0
                                    


Satu yang ditekankan dalam hidup. Jangan menyerah hanya karena lelah. Beristirahat boleh saja tapi jangan terlalu lama, karena kita tak tahu sampai kapan kita memijakkan kaki di dunia.

Empat serangkai yang telah resmi menyandang status sebagai siswa kelas dua belas, turun dari motor yang masing-masing mereka kendarai.

Vixion lighting hitam milik Altha, Yamaha R15 milik Dhafin, CBR 150 milik Dewa, serta Ninja 250 Fl milik Arion terparkir rapi di lapangan parkir sekolah.

Meskinpun begitu, mereka bukanlah anak berandalan yang merupakan bagian dari perkumpulan bad boy sekolah ataupun anak motor yang hobi tawuran, karena siapa sangka jika empat sekawan ini merupakan murid idaman para guru SMA Cakrawala.

Dhafin pria bermulut pedas serta memiliki wajah tampan namun datar, siapa sangka ia menyandang julukan 'si raja peringkat umum', yang sering membanggakan sekolah, melalu prestasi yang ia raih ketika mengikuti ajang olimpiade.

Altha yang memiliki wajah menggemaskan ditemani dengan kulit putih serta gingsulnya yang menawan merupakan seorang ahli bela diri karate dengan banyak medali yang telah ia raih sepanjang perjalanan penuh juangnya selama ini.

Dewa si makhluk songong berotak jenius, yang tak terima jika dirinya tergeser oleh Ayu Rahmadani, sang juara dua kelas, merupakan seorang vokalis utama dari band SMA Cakrawala. Jadi jangan ragu untuk berpacaran dengannya, auto dibaperi terus kalian dengan suaranya.

Arion si Traveller suka nyasar juga memiliki status yang pasti menjadi incaran banyak orang. Ketua basket tampan ini merupakan orang yang sederhana, ramah namun akan bersembunyi di balik para sahabatnya jika ada perempuan yang terang-terangan menyatakan perasaan kepadanya.

"Kok makin ke sini, gue ngerasa kalau aura ketampanan gue makin bertambah yah?" Ujar Dewa songong seperti biasanya. Jangan lupakan gaya sok cool nya saat menyisir rambut menggunakan tangan kanannya. Hal itu membuat sisi hujat Arion memberontak.

"Bukan aura ketampanan lo yang bertambah, tapi aura songong dan percaya diri lo yang terlalu di level akut." Ujar Arion sinis.

"Bener tuh kata Ion. Ester makin ke sini makin songong. Inget Ester, di atas langit masih ada langit. Di atas Ester masih tukang cukur rambut depan gerbang, yang lebih ganteng dari Ester." Sambung Altha yang berniat bijak malah semakin mempertambah hujatan. Perkataan Altha sontak membuat tawa Dhafin dan Arion pecah.

"Weeehhh, sembarangan aja lo Rahman. Kalau mau ngehujat liat sasarannya dulu dong. Jangan asal nyerocos aja." Protes Dewa yang tak terima jika ia di kalahkan oleh tukang cukur rambut berbadan kurus dan jangan lupakan gaya rambut jamet yang menutupi sebelah matanya. Membayangkannya saja membuat Dewa bergidik ngeri.

"Eh Dhaf lo giliran gue dihina aja lo ketawa keras banget, giliran gue minta didukung sama lo aja ketus banget. Mau lo apa sih Jamet?!" Tanya Dewa yang kesal melihat Dhafin yang kelihatan bahagia sekali melihat dia dihina.

"Karena gue lebih seneng ngeliat lo tersiksa, daripada didukung lo malah makin songong." Jelas Dhafin. Tawa Ketiganya makin menjadi melihat muka kesal Dewa, apalagi Arion.

"Sabar Ester, emang karma orang songong itu pahit banget." Ujar Altha sambil mengelus punggung Dewa.

"Muka lo semua, ngga ada bedanya dari tikus got." Ujar Dewa, lalu melangkah pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya yang terus tertawa.

"Kayaknya hobi Altha udah beralih jadi haters Dewa deh."

***

Bukan hal baru lagi jika di SMA Cakrawala selalu menerima murid baru setiap awal semester, seperti sekarang ini contohnya. Karena itu, mereka hanya menganggap itu biasa-biasa saja.

"Eh kelas sebelah kedatangan murid baru cewek tau nggak?" Heboh Dewa kepada ketiga sahabatnya.

"Kek baru ngeliat muka orang baru aja lo." Ketus Arion namun perhatiannya tidak teralih dari novel horor yang ia baca.

"Murid barunya dari mana Ester?" Tanya Altha sambil mengunyah permen karetnya.

"Mana gue tau. Lo pikir gue google map gitu?" Jawab Dewa, membuat Altha langsung memanyunkan bibirnya.

"Lo kalau bawa informasi yang akurat dong jangan setengah-setengah." Protes Dhafin.

"Yeee.. Orang murid barunya kek patung hidup, terus nih ya dia kalau ada yang ngedeketin, badannya langsung bergetar tau nggak." Jelas Dewa sang lambe turah.

"Lo kira dia hand phone, bergetar?" Tanya Arion sinis.

"Ya udah cek aja kalau nggak percaya," Ujar Dewa kesal. Susah-susah ia mengumpulkan informasi, tapi malah dibilang tidak akurat. Dasar!

"Sayangnya gue bukan manusia over kepo, kayak lo." Balas Arion.

"Diem lo berdua, nggak malu apa sama otak yang minim isi, tapi mulut bacot maximum," Ketus Dhafin yang geram dengan adu mulut antara Dewa dan Arion. Sejak TK pasti selalu saja seperti itu.

"Wehh. Apaan lo Dhaf? Lo ngatain gue bego?! Kalau mau ngehujat Rion, nggak usah bawa-bawa gue dong!" Protes Dewa yang tak terima dirinya dikatai bego oleh Dhafin. Berbeda dengan Dewa yang tak terima, Arion malah tersenyum miring. Kelemahan Dewa adalah jika ia disinggung mengenai kepintarannya.

"Lo kan emang beneran bego. Kalau lo emang pinter, masa dari dulu, lo nggak bisa ngalahin Ayu?" Ujar Arion.

"Weeh. Ayu tuh mainnya ya.... licik." Jawab Dewa walau ragu dengan jawabannya.

"Ayu. Ayu! Ester ngatain Ayu suka nyontek tau. Pukul Ayu!" Lapor Altha kepada seorang gadis cantik berjilbab putih yang duduk paling depan di deretan mereka.

"Wah, ngatain gue lo Ester?!" Ujar gadis bernama Ayu itu, sambil menggulung lengan seragamnya. Melihat itu Dewa langsung meringis.

"Udah Yu, cincang aja." Hasut Arion yang nampak bahagia.

"Lo percaya sama mereka Yu? Sejak kapan elo yang pinter percaya sama nih dua dedemit?" Dewa berusaha agar Ayu mempercayainya.

"Gue tau yah. Kalau lo itu benci banget sama gue! Makanya belajar noh kalau mau ngegeser, bukan malah nyebari yang nggak-nggak lo." Ceramah Ayu, sambil menoyor jidat Dewa. Catat, 'MENOYOR'.

Arion, Dhafin, Atlha serta seisi kelas, langsung melongo melihat kejadian tersebut. Ternodai sudah jidat mempesona dari sang lambe turah.

"Ayu emang Epic." Gumam Altha sambil menggelengkan kepalanya.

***

Berbeda dengan suasana kelas XII IPA 2(Kelas Arion serta pengikutnya) yang sedang heboh, kelas XII IPA 1 justru kebalikannya.

Hening, tak ada yang membuka suara. Masing-masing dari mereka menatap si murid baru yang diketahui bernama Cheara Calandre itu, secara diam-diam. Kali ini mereka benar-benar mengutuk guru mata pelajaran yang bisa-bisanya tidak masuk dalam saat seperti ini.

Gadis yang sedari tadi mereka tatap pun merasa aneh. Ia bertanya dalam hati, mengapa mereka semua hanya diam? Ataukah ini sudah menjadi kebiasaan dari kelas itu? Jika ia, hal itu membuatnya sedikit lega. Karena terlepas dari home schooling dan bersekolah di sekolah umum bukanlah hal yang Cheara sukai. Ia merasa tidak nyaman jika bertemu banyak orang. Cheara mengeluarkan sebuah novel fantasi dari dalam tasnya dan dalam keheningan kelas, ia merasa jika hanya dirinya sendirilah yang berada di ruangan itu.

Vottment🍇

The HalcyonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang