Jika menunggu itu menyenangkan
maka,
biarkan aku duduk dalam kesendirian.Berbeda dari hari aktif biasanya, empat serangkai yang tak lain Dhafin, Arion, Altha dan Dewa berangkat lebih pagi. Dewa yang hendak mandi dikejutkan dengan tiga sahabatnya yang sudah berada di Ruang tamu rumahnya. Karena teriakan Arion yang menjadi-jadi ditambah omelan ibunya yang sudah ia tetapkan menjadi salah satu phobianya, Dewa dengan sangat terpaksa hanya mencuci muka atau dengan kata lain tidak mandi. Berdoa saja agar ia tidak dibuli oleh musuh bebuyutan yang malah menjadi sahabatnya.
"Wah gila lo Ar, baru jam 06:00 loh ini dan kita udah sampai di sekolah jam segini. Gila lo." Ujar Dewa yang masih kesal pada Arion. Karena gara-gara makhluk satu itu, ia hanya bisa mencuci mukanya untuk datang ke sekolah. Aib seorang lambe turah.
"Lo-nya aja yang kebo. Setengah lima masih molor. Niat sekolah ngga lo?" Balas Arion yang lebih tepatnya menyindir Dewa, sembari merapikan rambutnya.
Lain lagi dengan Altha. Untung saja tadi pagi ia terbangun karena bermimpi jika ia dengan santai duduk di sofa kamarnya sambil menyeruput susu coklat. Jadi, karena mimpi itu ia bangun lebih pagi dan ingin sekali meminum susu coklat maka, segera ia berjalan menuju dapur yang berada di lantai dasar guna meminum susu coklat yang hampir memenuhi kulkas.
"Bukan Ester namanya kalau ngga telat. Esterkan raja dari semua orang malas," Sahut Altha.
"Rahman lo itu emang demen banget ya ngehujat gue. Punya masalah hidup apa sih lo!?" Seru Dewa yang tak terima dijuluki raja pemalas ditambah lagi nama pemberian Altha yang sangat mengganggu kesehatan kupingnya.
"Karena Ester songong." Tukas Altha sambil menjulurkan lidahnya ke arah Dewa. Kesal melihat Altha, Dewa langsung memukul helmnya. Karena jika ingin memukul Altha hadapi dulu Dhafin yang sudah Stay dengan raut wajah bengis dan tatapan tajamnya.
"Udah lah. Lo pada kek anak kecil tau nggak. Lagian ini latihan buat lo yang suka molor ngga tau waktu." Tutur Dhafin lalu melangkah pergi dari lapangan parkir ke arah kelas yang diikuti oleh Altha dan Arion. Melihat itu emosi Dewa semakin menjadi.
"Kayaknya gue bakal buka acara barter sahabat deh setelah ini." Gumam Dewa.
***
Setelah drama lapangan parkir yang cukup membuat otak pening, Arion dengan cepat berjalan ke arah taman belakang sekolah guna mencari tahu pemilik buku kecil yang ia temui kemarin. Ia duduk di sebuah bangku taman yang catnya sudah memudar. Arion mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Diliriknya jam tangan hitam yang bertengger di tangan kanannya.
"Orang itu bakalan datang nyariin bukunya nggak sih?"
Ia berdiri lalu kembali mengedarkan pandangan ke arah sekelilingnya. Tak ada tanda-tanda jika ada seseorang selain dirinya di sana.
"Oke. 10 menit lagi." Ujarnya.
Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana sekolahnya lalu mengotak-atik ponsel tersebut guna menghilangkan bosan demi menunggu si pemilik buku.
Lima menit berlalu tak ada tanda-tanda seseorang datang. Hingga genap sepuluh menit, Arion bangkit lalu menghela napasnya gusar sembari mengusap wajahnya."Terus gue harus nunggu lagi gitu?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Ok sepuluh men-" Belum sempat melanjutkan omongannya, suara teriakan seseorang menginterupsi.
"ION!!" Teriak seseorang yang tak lain adalah Altha. Arion menatap Altha datar. Sedangkan yang ditatap justru cengar-cengir tak jelas.
"Ngapain lo ke sini Tha?" Tanya Arion sambil berjalan mendekat ke arah sahabatnya itu.
"Ion ngapain di sini? Kek orang galau yang kelamaan jones aja." Balas Altha yang malah balik bertanya dengan nada mengejek karena ia tahu Arion tak pernah merasakan apa itu pacaran. Entahlah, selama Arion tidak belok Altha aman-aman saja.
"Nyari angin." Singkat Arion.
"Nyari itu duit Ion bukan angin. Nyari duit ada faedahnya, nyari angin yang ada nanti kembung. Ion mau kembung?" Tutur Altha yang membuat mood Arion turun. Arion hanya tersenyum walau terpaksa ke arah Altha. Ia mencoba sabar karena jika melibatkan emosi ia akan habis di tangan Dhafin.
Untuk informasi, Dhafin sangat menyayangi Altha. Sempat Arion mengira jika sahabatnya yang satu itu di luar jalur, mengingat muka Altha yang sebelas dua belas dengan perempuan. Tapi, ketika Dhafin meminta tips PDKT kepadanya ia bisa bernapas lega.
"Altha, sebego begonya gue, masih tau tuh mana yang berfaedah mana yang engga. Lo ngerti kata nyari ketenangan ngga sih." Ketus Arion.
"Ah udahlah. Ngomong sama lo yang ada gue stroke ringan tau nggak!" Kesal Arion lalu melangkah pergi dari sana.
"Ion lagi galau kayaknya."
***
Cheara menatap datar ke arah dua orang gadis yang tengah berdiri di depannya. Ia tak mengerti mengapa dua orang ini begitu ambisius untuk menjadikan ia sebagai teman mereka. Kalian pasti tahu mereka siapa, Tasya dan Sila.
"Cheara, lo butuh sesuatu nggak?" Tanya Sila kikuk.
"Lo laper? Santai, gue bawa banyak roti pisang dari rumah. Lo mau makan? Enak lo," Tawar Tasya dengan semangatnya.
Lagi-lagi, Cheara hanya diam tak merespon. Bahkan raut wajahnya masih seperti biasa tidak terlihat antusias tidak juga terlihat malas. Intinya sangat biasa.
"Lo lagi sariawan ya, aduh sayang banget gue ngga bawa ad*msari buat obatin sariawan lo." Tutur Tasya lagi dengan raut muka menyesalnya. Sila yang mendengar tuturan sahabatnya itu langsung meringis.
"Cheara, mungkin lo emang beneran lagi sariawan. Kalau udah sembuh jangan lupa beritahu ke kita berdua ya," Ujar Sila lalu menyengir lebar dan segera menarik Tasya ke bangku duduk mereka.
"Kasih tahu ke kita ya kalo udah sembuh." Ujar Tasya sedikit berteriak kala tangannya ditarik oleh Sila.
Cheara yang sedari tadi diam hanya mengedik bahu tak peduli.
"Mereka ambisius."Gumamnya dengan sangat pelan kemudian mengambil novel dari dalam tasnya, lalu dengan santai membaca novel tersebut.________________________________________
Voteandcomment🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Halcyon
Teen FictionAndrocles Arion Adhitama. Pria yang kerap kali dijuluki Traveller suka nyasar oleh para sahabatnya. Hal itu terjadi karena sebuah fakta di mana dirinya tersesat di sebuah hutan pinus, yang anehnya malah menjadi latar awal kisah cintanya. Pernah ber...