❝Meskipun mereka tidak menganggapmu ada, bagiku kamu selalu nyata.❞
-
Tidak ada yang spesial dari seorang
Argian Gemantara. Hanya seorang remaja SMA pengantar bunga yang hidupnya menyedihkan. Orang-orang bilang, dia adalah aib karena terlahir sebag...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tanpa sadar, orang lebih senang menyalahkan daripada mengakui kesalahan."
🍂
Savara memasuki kantin, langsung saja semringah saat melihat Argi yang duduk sendiri di salah satu bangku. Baru saja ingin menghampiri, tiba-tiba saja tangannya dicegat seseorang.
"Lo makan bareng gue," titah Kazama yang entah sejak kapan ada di sebelahnya.
Savara baru saja ingin pergi, namun Kazama menariknya lagi. "Lo harus makan sama gue. Gue nggak terima penolakan."
Savara mendelik. "Gue juga nggak terima pemaksaan."
Savara menjauhkan tangan Kazama, menatap Kazama penuh peringatan.
"Eh Kazama, jangan mentang-mentang lo anak kepala sekolah, lo bisa berlaku seenaknya. Gue nggak suka dipaksa," ucap Savara dingin.
Setelah mengatakan itu, Savara melengos pergi begitu saja. Tidak memedulikan Kazama dan teman-temannya. Savara tidak peduli mau siapa Kazama di sekolah ini, bagi Savara Kazama sama saja seperti anak murid Satya Bangsa yang lain. Kazama tidak membuat nyalinya ciut.
"Nyebelin banget sih jadi cowok, ih, " dumel Savara seorang diri setelah duduk di hadapan Argi. Argi menoleh ke arahnya.
"Kamu kenapa?"
Savara menggeleng dan tersenyum. "Hai, Argi!" Argi hanya balik tersenyum meresponnya.
"Uwaw, lo makan mie ayam ya? Jadi pengen makan bakso," gumam Savara kemudian. Argi hanya manggut-manggut sebagai respon.
Savara baru saja ingin pergi memesan makanan ketika geng Kazama muncul. Kazama duduk di sebelah Savara, sedangkan ketiga temannya yang lain berdiri di sekitar Argi dan menahan kedua tangannya. Kazama menarik paksa mangkuk mie ayam tiba-tiba dari sang empunya.
"Mau ngapain sih lo?" gerutu Savara sebal.
Kazama hanya melihat datar ke arahnya. Mengambil saos dan menumpahkan sebanyak-banyaknya ke dalam mangkuk Argi. Lalu kemudian menuang satu mangkuk cabe ke dalam mangkuk mie ayam Argi. Savara dan Argi melotot, berusaha melepaskan pegangan Gava dan Romeo yang menahan kedua tangannya.
"Heh! Kazama!" tegur Savara.
Kazama menoleh ke arah Savara. "Makan bareng gue."
Savara mendelik. "Gak!"
"Gak mau?" Kazama manggut-manggut. Memutar kepalanya menghadap Argi, lalu kemudian menyiram mie ayam ke wajah Argi tiba-tiba.