8 - Him

910 114 19
                                    

Sudah satu tahun sejak hubungan mereka resmi berjalan. Meski begitu, Jisoo kerap kali merasa bahwa Seokjin tak sepantasnya memilih dirinya. Bagaimanapun, dirinya terikat oleh benang tak kasat mata dengan Jimin. Kehadiran Areum adalah bukti nyata bahwa sampai kapanpun, Jisoo tidak akan pernah bisa lepas dari Jimin.

"Jisoo-ya, apa kau mencintaiku?"

Suara berat milik Seokjin mengalun di telinganya. Jisoo menoleh, hanya untuk mendapati presensi Seokjin yang tengah menumpu kedua tangannya di pantry.

"Kenapa tanya begitu?"

Seokjin mengusap belakang telinganya. "Yah, aku hanya ingin memastikan. Di satu waktu, kau terlihat ragu, tapi di satu waktu yang lain, kau terlihat begitu mencintaiku."

Jisoo membawa kakinya mendekat, mengabaikan aroma masakan yang sudah pasti melekat di tubuhnya, hanya untuk berhadap-hadapan dengan Seokjin.

"Aku mencintaimu, Kim Seokjin."

Dan dengan kalimat yang keluar dari bibir Jisoo, mampu membuat Seokjin mengulurkan tangan untuk mengusap helaian rambut kecokelatan milik Jisoo.

"Aku juga mencintaimu. Jangan meragukanku, Jisoo. Yah, itu agak menyakitkan untukku sebenarnya."

Jisoo hanya mengangguk, kemudian berjalan lagi untuk menyelesaikan masakannya yang sempat tertunda.

"Aku tidak meragukanmu, Seokjin. Aku hanya meragukan diriku sendiri. Apakah aku bisa menjadi pasangan yang baik untukmu, atau justru sebaliknya."

Jisoo sedikit terperanjat saat lengan kokoh Seokjin tiba-tiba mendarat di pinggangnya. Hampir saja ia melempar spatula yang tengah digenggamnya.

Jisoo gelagapan ketika hembusan napas Seokjin terasa hangat menyapa tengkuknya. Ya Tuhan, Seokjin yang sekarang sungguhan tidak baik bagi kerja jantungnya.

"Kau selalu baik bagiku, Jisoo. Selalu. Sejak dulu, sampai sekarang."

Bertahun-tahun yang lalu, Seokjin tahu bahwa dia telah jatuh cinta dengan Jisoo hanya karena senyum manis dan sikap ramah yang ditebar oleh Jisoo. Pembawaan Jisoo yang begitu hangat pada orang-orang di sekitarnya, membuat Kim Seokjin jatuh pada pesonanya.

"Chaeyoung akan datang nanti malam. Kau akan pulang, atau ikut makan malam sekalian?"

Seokjin mengulas senyum, tahu benar bahwa Jisoo sekarang sedang salah tingkah.

"Aku akan jadi satu-satunya pria di acara kalian. Jadi, lebih baik aku pulang," balas Seokjin.

Jisoo menggeleng. "Tidak, tidak, Chaeyoung akan membawa kekasihnya nanti malam. Ada Lisa dan Jungkook juga. Jadi, kau bisa ikut sesukamu."

Dengan satu tarikan napas, Seokjin akhirnya mengangguk. "Ya sudah, aku ikut."

"Menyingkirlah, aku akan memindahkan ini ke piring."

Dengan berat hati, Seokjin melepaskan rengkuhannya di pinggang Jisoo. Memperhatikan wanita itu yang kini sibuk menata makanan di meja makan.

Kim Seokjin berdiri di tempatnya. Terlalu memuja Jisoo yang berkali lipat lebih cantik jika tengah menyajikan makanan. Melihat yang seperti ini, ingin rasanya Seokjin cepat-cepat menikahi Jisoo. Ia mengagumi Jisoo dari berbagai sisi.

"Aku mencintaimu lebih dari yang kau kira, Jisoo."

Jisoo merona hebat mendengar penuturan Seokjin. Kendati kerap mendengar hal serupa, tapi tetap saja hatinya selalu berdesir kala Seokjin mengulang kalimat yang sama. Dalam hati ia mengutuk, menggerutu, dan menyumpah.

"Aku pulang!"

Suara riang Areum menyelamatkan Jisoo dari degupan yang menggila di dalam sana. Wanita itu melepas celemek yang ia kenakan, lantas beranjak guna menemui putri kesayangan.

Gadis bersurai hitam itu menoleh, tersenyum manis saat sang ibu menghampirinya. Semakin melebarkan senyum saat dilihatnya Seokjin juga ada disana.

"Hai, Paman," suaranya mengalun riang, membuat Seokjin mau tak mau mengulas senyumnya juga.

"Kenapa baru pulang? Sore sekali." Seokjin melirik jam tangannya.

Areum meringis. "Ada rapat OSIS di sekolah, jadi aku pulang terlambat. Lagipula, bukankah Paman dan Eomma jadi punya lebih banyak waktu untuk pacaran?"

"Anak ini." Jisoo mendengus, menyembunyikan rona merah yang perlahan tercetak di pipinya.

Senyum Areum terbit, ada sebuncah rasa bahagia saat menemukan dua orang berbeda gender tengah menanti kepulanganmu. Mungkin begini rasanya punya keluarga yang lengkap.

"Bersihkan dirimu dengan baik, Areum-ah, Paman belikan banyak camilan untukmu."

Setelah berucap begitu, Seokjin lantas mengusap puncak kepala Areum dengan lembut.

"Benar?! Ah, terima kasih, Paman! Paman memang yang terbaik!"

Areum lantas berlari menaiki satu-persatu tangga menuju kamarnya. Meninggalkan Jisoo dan Seokjin yang hanya menatap punggungnya yang kian menjauh.

"Areum-ah, jangan berlari nanti jatuh!"



****


Jika kemarin-kemarin Jisoo mantap mengatakan bahwa ia akan mulai menapaki babak baru kehidupan dengan Seokjin, maka saat ini dia merasa ada yang bergemuruh dalam rongga dadanya.

Hatinya terasa sakit, bersamaan dengan air mata yang mendesak untuk dikeluarkan dan rasa asing yang bersatu selayaknya gumpalan besar di salah satu sudut hatinya.

Di ujung sana, berdiri seseorang yang benar-benar belum siap untuk ia temui. Jisoo meremat kuat-kuat bagian belakang kemeja yang dikenakan Seokjin. Ingin rasanya ia membatalkan acara makan malam ini.

Lantaran di sudut yang satunya, ada Park Jimin yang tengah berjalan dengan lengan Chaeyoung melingkar di lengannya. Menatapnya sarat akan rasa rindu.

"Jisoo, ada apa?"

Suara berat Seokjin memenuhi gendang telinganya, membuat Jisoo mau tak mau mendongakkan kepala menatap Seokjin dengan mata berkaca.

"Hei, kenapa, ada apa?"

Seokjin tidak bisa untuk tidak panik melihat Jisoo yang hampir menangis. Belum sempat Jisoo membuka mulut, suara nyaring Chaeyoung sudah memasuki indera pendengaran mereka.

"Jisoo Eonnie, ini kekasihku. Park Jimin."

Dan dunia Jisoo hampir berhenti pada detik yang sama ketika Areum muncul dari tangga sembari menyerukan namanya.

"Eomma..."


_____

Haiiiiii :)

Iya tahu aku memang jarang apdet belakangan ini. Tapi bukan karena aku malas atau sebagainya. Tapi memang kondisi yang nggak memungkinkan.

Aku sedang dalam keadaan yang tidak baik. Entah karena kelelahan atau beban pikiran. Hanya saja, kondisi tubuhku naik turun akhir-akhir ini. Dalam tiga bulan terakhir, aku udah beberapa kali bolak-balik ke dokter.

Jadi, mohon pengertiannya kalau aku jarang update, dan sekalinya up, ceritanya gak ngefeel sama sekali. Tapi dari hati yang terdalam, aku bener-bener rindu berinteraksi sama kalian. Rindu baca komen-komen kalian yang kadang bikin aku ketawa sendiri.

So, mohon maaf untuk ketidaknyamanan ini.

Restart With Him || JinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang