9 - That Night

1K 135 26
                                    

"Lama tidak bertemu, Jisoo." Jimin mengusap tengkuknya. Tidak pernah terbayangkan sekalipun dalam hidupnya, bahwa bicara dengan Jisoo akan secanggung ini.

Beberapa detik usai kekacauan yang terjadi di ruang tengah, Jimin pada akhirnya menarik Jisoo ke luar ruangan, memilih halaman depan sebagai tempat untuk berbicara empat mata dengan Jisoo. Total mengabaikan tatapan menuntut penjelasan dari Chaeyoung, juga tatapan tak mengerti dari sosok yang memanggil Jisoo dengan sebutan Eomma.

"Aku pikir kau memang tidak akan kembali, Jimin," balas Jisoo. Perempuan itu memainkan jemarinya, mengusir gugup yang seenaknya melanda.

"Aku pernah berjanji untuk kembali."

Lalu hening. Tidak ada diantara mereka yang berniat memulai kembali percakapan. Tidak dengan Jimin yang mulai kehilangan kata, pun dengan Jisoo yang tidak tahu harus bagaimana menyikapi Jimin.

"Aku tidak tahu kau sudah menikah, Jisoo. Yang tadi itu, putrimu? Apa setelah lulus sekolah kau langsung menikah?"

Deg.

Ini pertanyaan yang sungguh tidak ingin Jisoo dengar. Membuatnya bungkam seribu bahasa dengan manik yang bergerak gelisah.

"A-aku belum menikah," cicitnya, hampir tidak terdengar.

"Jadi dia anakku?"

Jisoo mendongakkan kepalanya secepat kilat, menatap Jimin dengan pandangan tak terbaca. Sedang yang ditatap hanya mengulas senyum dengan mata yang berpendar sendu.

"Bukankah usianya sama dengan waktu dimana aku meninggalkanmu?"

Lagi-lagi Jisoo bungkam. Lidahnya kelu meski hanya untuk mengiyakan pertanyaan Jimin. Dan perempuan itu sontak terkejut ketika Jimin tiba-tiba bersimpuh di hadapannya, menggenggam kedua tangannya, lantas menangis disana.

"Maaf, Jisoo, sungguh maafkan aku. Sebenarnya aku sudah tahu sejak awal, Bibi yang memberitahuku lewat telepon. Sungguh, Jisoo, kalau bisa aku ingin pulang detik itu juga, aku ingin mempertanggung jawabkan perbuatanku. Tapi lagi-lagi aku memang terlalu pengecut karena berpikir kau akan menggugurkannya. Aku mencoba menghubungimu, tapi kau memutus seluruh akses komunikasi denganku. Dan sekali lagi, aku benar-benar merasa buruk karena menyerah begitu cepat untuk menemukanmu."

Dan runtuh sudah pertahanan yang mati-matian ia bangun. Luruh sekalian air matanya. Tubuhnya merosot, ikut terduduk di depan Jimin, sama-sama menangis lantaran dosa masa lalu yang telah diperbuat.

"B-bukan sepenuhnya salahmu, Jimin. Aku juga bersalah disini. Kita berdua sama berdosanya."

Memang. Mereka memang sama berdosanya sejak awal. Jimin bisa kembali pulang setelah mendengar berita itu, tapi memilih mengubur diri dalam rasa bersalah yang kian menebal. Pun Jisoo yang bisa memberitahu Jimin sejak awal, namun memilih berdiam diri dengan segurat penyesalan yang ia telan sendirian.

Jimin memejamkan matanya ketika suara bergetar milik Jisoo mengalun memenuhi indera pendengarannya. Suara itu benar-benar menyadarkan Jimin bahwa sekali lagi, dia telah melakukan kesalahan. Jimin merasa bodoh sekali lantaran membiarkan Jisoo menanggung semuanya sendirian. Membesarkan anak mereka sendirian, menutup telinga dari ujaran-ujaran tak pantas sendirian.

"Maka aku tidak akan melepaskanmu lagi, Jisoo."

Semilir angin menerpa lembut keduanya, tepat ketika Jisoo mantap menggelengkan kepalanya atas apa yang terlontar dari bibir Jimin.

"Aku tidak ingin mengatakannya, tapi aku sungguhan agar kau tidak menggagalkan seluruh usahaku selama ini, Jimin. Maaf, bila ini menyakitkan, tapi jujur aku sempat ingin menghapusmu dari kehidupanku dan Areum," aku Jisoo akhirnya.

Restart With Him || JinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang