Assalamu'alaikum sahabat surga,
Puspa kembali dengan cerita 'Atouna el toufoule'
Bacanya sambil dengerin lagu Atouna el toufoule kalo bisa, biar makin greget, oke?HAPPY READING GUYS
°°°°
Jika dunia kejam, lantas untuk apa kami dilahirkan? Jika dunia hanya perang untuk apa pelangi tercipta? Kami ingin melihat dunia yang indah bukan darah.
~Maryam Abraham~
°°°°
Maryam menurusi runtuhan bangunan dengan keadaan yang sangat kacau. Bagian tubuhnya sobek dan terus mengeluarkan darah, namun dirinya lebih mementingkan teman-temannya.
Maryam melihat tangan yang terulur. Secepat mungkin dirinya berlari mengapai tangan itu. "AHMAD!!!" jeritnya. Ahmad yang tersadar segera menarik uluran tangan Maryam.
"Maryam! Tolong!"
Maryam segera memindahkan bongkahan batu yang menimpa Ahmad. Ghena yang melihat kejadian itu segera berlari membantu Maryam. "Bertahanlah Kalian semua!"
Setelah Ahmad berhasil keluar, ketiganya segera berlari menjauh dari sana. Keadaan sudah tidak terkendali. Terlihat pesawat yang siapa menjatuhkan senjata mereka.
Ghena dan Ahmad membantu Maryam berjalan. Mereka bersembunyi di tempat yang menurut mereka aman. Akhmad segera melepas kaosnya. Dibersihkannya luka Maryam.
"Maryam bertahanlah!"
••••
Matahari kini mulai muncul. Tim rewalan segera mengevakuasi korban. "Kalian bertiga tidak kenapa-kenapa?" tanya seorang petugas medis.
"Saya tidak apa-apa. Mereka berdua, terutama Maryam sangat parah. Sejak semalam darah Maryam terus mengucur," jelas Ahmad. Dirinya menunjuk Ghena yang sedang tertidur dan Maryam yang pingsan.
Pegutas tadi segera memberikan pertolongan pertama kepada Maryam. Kemudian memanggil ambulans untuk membawa Maryam ke posko kesehatan. Ghena dan Ahmad juga turut dibawa.
••••
Maryam terbangun saat matahari mulai tenggelam. Kepalanya terasa sakit. Maryam teringat kejadian pagi tadi.
"Ghena!!! Ahmad!!!" histerisnya.
Petugas medis segera menghampiri Maryam. "Tenanglah sayang! Mereka aman, mereka sedang beristirahat sekarang," ucap salah satu petugas medis bernama Hana.
Namun Maryam menolak untuk tidur. Maryam duduk menatap setiap sudut tenda. Mengenaskan itulah yang terjadi.
Maryam yang saat ini berusia delapan tahun menatap sendu ke arah teman-temannya. Kalian keluargaku, aku tak punya siapa-siapa selain kalian, jadi bangunlah gumam Maryam dalam hati.
"Bisakah kami melihat pelangi? Bisakah kami menghafal Al-Qur'an?" tanya Maryam spontan. Sontak saja semua relawan menatap bingung ke arahnya. Maryam merasa percuma dirinya bertanya, karena satu ayat akan ada tebusan nyawa.
°°°°
Setelah satu minggu di posko kesehatan Maryam, Ghena dan Ahmad diperbolehkan untuk pulang. Entah mereka bingung harus kemana, rumah mereka telah hancur empat tahun lalu."Maryam, kemana kita pergi?" tanya Ahmad menatap kedua sahabatnya, tangannya masih memainkan batu yang berada di tanah. Maryam dan Ghena menggeleng pelan, mereka juga bingung mau kemana.
"Hi! Bolehkah aku bergabung? Rumahku hancur dan kedua orangtuaku telah tiada dibawa si penjajah," suara seorang mengagetkan mereka bertiga. Maryam, Ghena dan Ahmad saling menatap.
"Siapa namamu dan dari mana asalmu?" tanya Ahmad. Pria kecil tadi mulai duduk seperti mereka. "Namaku Aflah, aku berasal dari Gaza. Kedua orangtuaku sudah pergi dibawa Israel. Di Gaza sangat berbahaya, maka dari itu aku kemari. Feelingku mengatakan di sini akan ada teman yang bisa menemaniku," jelas Aflah, matanya sudah menitihkan air mata kesedihan. Maryam dan Ghena juga ikut menitihkan air matanya. Mereka semua sama, sama-sama anak yang dilahirkan di bumi Palestina dan mendapatkan jajahan dari Israel yang kejam.
°°°°
Hallo temen-temen gimana part ini?
Apakah mengandung bawang?
Semoga kalian suka yah
Jangan lupa vote and komen
Follow Instagram author @Pus_star96
Thanks semuanya
KAMU SEDANG MEMBACA
ATOUNA EL TOUFOULI
General FictionSLOW UPDATE Jika dunia sangat indah, tolong lihatkan lah! Tolong beri alasan mengapa negaraku dijajah? Mengapa hari-hariku penuh drama? Jika di dunia ada sekolah, mengapa di negaraku tidak?! Mengapa di negaraku suara ledakan begitu nyata, darah ber...