Riot Hearts

319 16 28
                                    

Red POV

Aku mendengar suara smartphoneku meraung-raung, memanggilku untuk mengecek siapa yang ingin menjumpaiku secara virtul sepagi ini.. berhasil membuatku mengepakkan kelopak mataku menyambut kesadaran dari buaian mimpi, aku menyingkirkan tangan Blue yang masih nyaman melingkar diperutku untuk membebaskan gerak tubuhku agar lebih leluasa meraih smartphone diatas nakas.. aku membuka pesan yang diterima oleh smartphone-ku,

098xxxx

apa kau free? aku punya sesuatu yang menyenangkan.. tinggalkan alamatmu..

Tricia

rupanya Tricia mengirim pesan, sepagi ini? apa gadis itu mulai terobsesi padaku? tak perlu kupertanyakan seharusnya karena jawabannya 100% IYA, keberuntungan jelas berpihak padaku hari ini.. biasanya aku bangun dengan malas dan ingin tinggal diatas kasur selamanya, tapi setelah aku baca pesan dari Tricia, aku seperti meminum multivitamin dosis tinggi, aku begitu bersemangat, oops!... sepertinya aku akan mendapat sedikit masalah jika membawa Tricia kemari.

Tricia.. jika boleh biar aku saja yang ketempatmu..

balasku..

tidak Red itu ide buruk!

lalu bagaimana sekarang? aku tak mungkin melewatkan kesempatan bersama Tricia.. apa aku harus merayu Blue agar flatnya bisa kugunakan untuk tempat bersenang-senang bersama Tricia?..

"gadis baru?" tanya Blue.. aku terlalu fokus dengan smartphone hingga tak sadar Blue sudah terbangun dari tidurnya dan memperhatikan yang kukerjakan.

"mmm.. ini Tricia.." jawabku singkat, memasang wajah tak berdosa dtengah persimpangan pikiran apa yang bisa kulakukan selanjutnya agar bisa membawa Tricia kemari.

Blue melangkahi tubuhku untuk menuruni ranjang, aku perhatikan gerak geriknya.. ia mulai memakai celana dalamnya, aku masih ragu untuk meminta ijin soal Tricia.. bagaimana aku memulainya? Blue tak mungkin mengijinkannya, tapi biar kucoba dulu mungkin saja hari ini otaknya mengalami gangguan.

"mmm.. Blue..." panggilku ragu,

"ya?" balasnya,

"mmm.. apa boleh aku membawa Tricia kemari?" tanyaku dengan agak terbata dan volume suara semakin menurun seiring habisnya kalimatku.. aku gugup menanti bagaimana reaksi Blue, dari profil samping wajahnya terkesan mulai membeku.. tulang rahangnya timbul membentuk motif seolah ia keberatan.

pelan ia memutar wajahnya menatapku, matanya memicing kearahku.. bisa jadi dia memberiku pertanda buruk..

"ya tentu.." balasnya setelah beberapa saat ia membisu, ini sangat mengejutkan walaupun itu memang yang kuharapkan.. Blue menghentak nafas yang mengoar keterpaksaan setelah memberi aproval dari permintaanku.

"benarkah?" aku langsung melompat dari ranjang dan memeluk tubuh Blue karena rasa girang bercampur terkejut.

"kau harus ingat.. jangan menyentuh barang-barangku!" lalu Blue menyingkirkan tubuhku yang mendekapnya dengan kasar hingga hampir jatuh ke ranjang, ia buru-buru pergi meinggalkan kamar.. ini membuatku kebingungan, bukankah dia mengijinkannya? lalu mengapa ia bersikap seolah dia sedang marah padaku?.

DUSTY HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang