Dia Datang

500 52 12
                                    

Tasya melambaikan tangannya saat melihat kekasihnya sudah tiba di bandara, seperti janji kekasihnya waktu itu yang akan mengunjunginya setelah pengangkatannya berhasil.

Tanpa banyak bicara, Tasya langsung melompat ke pelukan Thomas dengan senyum lebarnya, membuat Thomas gemas seraya mengacak pelan rambut kekasihnya.

"Lama banget" Rajuk Tasya membuat Thomas bergerak mengecup singkat bibir Tasya yang mengerucut ke depan.

Perkiraan yang ia perhitungkan meleset, pasalnya kekasihnya itu datang dua Minggu lebih cepat dari perkiraannya.

Tentang Roni, Tasya masih enggan memikirkannya, meskipun hatinya masih sering berdetak tak karuan, tetap saja dirinya masih sadar, jika sekarang dirinya sudah punya seseorang. Seorang laki-laki yang kini tengah berdiri di depannya.

"Aku udah siapin kamar hotel di HotResTa, jadi kamu nggak perlu repot cari tempat tinggal" kata Tasya membuat laki-laki di depannya semakin gemas.

"Ada hiasan bunga mawar di ranjang nggak?" Tanya Thomas menggoda, membuat Tasya tersipu mendengarnya.

"Kan bisa nanti setelah kita nikah" cicit Tasya pelan seraya mencubit gemas perut Thomas yang terasa keras.

"Bercanda" balas Thomas seraya membawa Tasya kembali ke dalam pelukannya.

*****

Thomas menatap kearah Tasya yang kini sibuk membereskan bajunya, memindahkan baju yang awalnya ada di koper ke dalam almari yang tersedia.

Dulu, saat di Amerika, Tasya juga sering melakukan hal yang sama saat gadis itu bermain-main ke apartemennya, terkadang gadis itu juga membantunya untuk mencuci baju, meskipun setelahnya langsung mengeluh capek dan minta di pijit.

"Kamu di sini berapa hari?" Tanya Tasya yang masih fokus dengan pekerjaannya.

"Sebentar, mungkin cuma tiga hari, ini aja aku sempetin banget buat ketemu kamu, kangen"

Jawaban manis dari Thomas tentu saja membuat Tasya tersenyum dan menoleh ke arah laki-laki yang kini duduk di ranjang dengan mata yang menatapnya lekat.

"Kamu jadi main ke rumah?" Tanya Tasya lagi seraya berjalan menghampiri kekasihnya setelah menyelesaikan kegiatannya.

"Terserah kamu, kalau kamu udah siap sih akunya ayo ayo aja, kan emang selama ini kamu yang nunda-nunda terus" jawab Thomas membuat Tasya mengerucutkan bibirnya.

Sebenarnya apa yang di katakan Thomas itu memang benar, selama ini Tasya terus saja merengek jika dirinya belum siap untuk lanjut ke hubungan yang lebih serius, pasalnya jika Thomas sudah berani berkunjung, maka orang tuanya sudah pasti langsung meminta kepastian. Apalagi Tasya putri satu-satunya orang tuanya, belum lagi dengan Abang posesifnya.

"Sabar ya, aku beneran masih pengen bebas, aku belum siap kalau kamu beneran ngelamar aku" balas Tasya membuat Thomas tersenyum tipis.

Sebenarnya Tasya masih ragu dengan perasaannya, ia takut masih belum melupakan Roni, ia benar-benar takut jika nanti hubungannya dengan Thomas hanya menjadi pelariannya.

Tasya bergerak duduk di atas paha Thomas, mengangkangi kaki Thomas dengan berani, mengalungkan kedua tangannya di leher kekasihnya itu tanpa sungkan.

"Kamu nggak takut aku ngapa-ngapain kamu?" Tanya Thomas seraya mendekatkan bibirnya ke leher Tasya, menggigit pelan leher Tasya yang terlihat sangat menarik.

"Enggak, emhhh" balas Tasya seraya melenguh pelan saat kekasihnya itu kembali menghisap lehernya, membuatnya bertaruh jika kini lehernya sudah memerah karena ulah kekasihnya yang sengaja membuat tanda di area lehernya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silly engagementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang