Dia Jahat!

20 1 2
                                    

***
Yo gengs!
Maaf untuk bagian ini agak terlambat...
Tadi menyelesaikan dulu Cerpen Baru "KROMOLEO"
Tapi semoga senang dengan kelanjutanya...
Jangan lupa kritik sarannya ya...
jangan lupa juga baca Kromoleonya yaa...

***

Pagi ini Aku merasa masih mengantuk sekali.  Aku sudah beberapa kali dibangunkan ibuku namun Aku tertidur kembali. Mengingat kejadian semalam yang menghebohkan, waktu tidurku berkurang. Aku khawatir dengan kondisi Kak Rara. Dengan menahan kantuk Aku berjalan menuju ke kamar kak Rara, tepat di sebelah kamar ku.

Wusss

Aku tercengang, langkahku terhenti, Aku berdiri mematung. Aku mencoba memperbaiki penglihatan mataku, memastikan apa yang aku lihat. Seklebat bayangan hitam keluar dari kamar Kak Rara.
Melihat hal itu, Aku khawatir terjadi sesuatu pada Kak Rara. Aku segera masuk ke dalam kamar Kak Rara. Untung lah Kak Rara tidak kenapa-kenapa. Hanya saja Kak Rara masih meringkuk ketakutan.

Aku sangat kasihan dengan kondisi Kak Rara. Kakakku yang selalu ceria di pagi hari, selalu menggodaku sebelum berangkat sekolah, pagi ini meringkuk ketakutan. Aku mendekati Kak Rara, memeluknya dan berusaha menenangkannya. Saat Aku mendekapnya, badannya terasa sangat panas.

"Kak Rara, baik-baik aja? Kok badan kakak panas banget. Aku panggil mamah dulu ya, kak." tanyaku pada kak Rara yang sedari tadi meringkuk ketakutan.

Kak Rara hanya terdiam. Aku melepas pelukku dan beranjak keluar kamar untuk memberitahu ibuku.

Sekk

Tangan Kak Rara tiba-tiba meraihku.
"Jangan tinggalin Aku sendiri." rintih kakak menahan Aku untuk menemaninya yang terlihat ketakutan.
"Iya Kak, Aku gak kemana-mana kok. Aku disini nemenin Kak Rara." Aku mendekap Kak Rara erat.

"Mah! Mah! Mamah!" Aku berteriak agar ibuku dengar dan segera naik keatas.

"A-ada apa, Dino?" Ayah yang mendengar teriakanku lebih dulu datang dari pada ibuku, bertanya dengan cemas.

"Kak Rara, Yah... badannya panas tinggi." jelasku pada Ayah.

"Huh-huh-huh... Ada apa, Yah?" Ibuku yang baru saja datang terburu-buru meminta penjelasan dari Ayah.

Ayah mulai menjelaskan kepada Ibu. Ibuku mulai mendekati Kak Rara, memeluknya dengan penuh rasa iba. Menempelkan tangannya ke dahi Kak Rara untuk mengecek panas badan kak Rara. Mengusap rambut kak Rara untuk menenangkan kak Rara.

"Mah, A-aku jangan ditinggal sendiri." lirih sembari sesegukan Kak Rara berbisik kepada Ibuku.

"Iya Kak... Mamah temenin." jawab Ibuku dengan tenang dan penuh kasih.

"Ayah, antarkan dulu Dek Doni habis itu nganter Kak Rara periksa ya, yah? Mamah nemenin Kak Rara disini." pinta Ibuku pada Ayah dengat lebut dan penuh hormat.

"Oke... yuk Dek. Siap-siap dulu lalu Ayah antar Adek ke sekolah." sambil memegang pundakku dan mengarahkan tubuhku agar keluar kamar dan segera bersiap berangkat sekolah.

Seperti hari sebelumnya, Aku melihat Koko yang sudah menungguku disudut jalan keluar gang rumahku. Berdiri mematung sambil melambaikan tangan, kali ini tanda perpisahan. Aku ikut melambaikan tangan dan sedikit usil mencoba menggerakkan mulutku seakan berkata "Tunggu Aku sepulang sekolah!".

Wuss

"Aku Menunggumu." lirih suara itu dari belakang bersamaan dengan hembusan angin yang membuat bulu kudukku berdiri.

Sesampainya di sekolah, Aku mengikuti pelajaran seperti biasanya. Waktu istirahat pelajaran Aku habiskan dengan bermain bersama teman-teman. Kembali mengikuti pelajaran dengan seksama. Bel pulang berbunyi, memecahkan semua isi kelas dengan berhamburannya siswa-siswi.

Aku sudah menunggu temanku di depan gerbang sekolah untuk pulang bersama seperti biasa. Kali ini Aku menolak ajakan teman ku untuk bermain bersama. Aku beralasan ingin menemani Kak Rara yang sedang sakit. Sebenarnya selain itu, Aku lebih suka bermain dengan Koko.

Terlihat seorang anak kecil berdiri menatap pintu rumahku. Berdiri mematung menatap dengan lekat pintu itu. Semakin aku mendekat semakin terlihat jelas, ternyata benar dugaanku itu Koko.

"Koko...." panggilku sedikit keras.
Koko menoleh dengan pelan dan menatap tajam.

"Hihihi..."

"Kamu udah lama nunggunya?"

"Tidak, Koko dari tadi disini." Menjawab sembari menggoyang-goyangkan kepalanya dan badannya.

"Ya sudah tunggu yaa, Aku mau liat kak Rara dulu!"

Srekk

Tiba-tiba Koko menggenggam tangan ku dengan erat. Wajahnya terlihat seperti marah.

"Ada apa, Koko?" tanyaku

Dia hanya menggelengkan kepala pelan.

"Aku kasihan sama kak Rara, Dia sekarang sakit. Aku harus melihat keadaannya." jelasku pada Koko

Dia tetap hanya diam saja dan menggelengkan kepala pelan.

"Koko lepasin aku!" bentakku pada Koko.

Dia terlihat takut dan melepaskan tanganku.

Aku melangkah masuk ke dalam rumah.

"Dia jahat.....!" suara nyaring yang datang dari belakang yang mengagetkanku yang membuat Aku menutup telinga.
Aku menoleh kebelakang, Koko sudah tidak ada.

"Waaaa!!"

Suara teriakan Kak Rara  memenuhi rumah Kami. Sontak Aku berlari menuju kamar Kak Rara untuk memeriksa. Aku terkaget dengan apa yang kulihat.

" Mah! Mah! Mamah!" teriakku panik, Aku terus berteriak semakin keras. Berharap Ibuku segera datang.

"Mah! Mah! Mamah!" Teriakanku mulai pudar karena suaraku sudah mulai habis dibarengi dengan tangis.

Ibuku terlihat panik berlari dari tangga dengan tergesa-gesa.
"Dino! Ada apa?" Ibuku panik bertanya dari jauh.

"Itu Mah, Kak Rara." Aku menangis dan menujuk kearah Kak Rara yang terjatuh dan bersimpah darah.

***
Semoga rasa tegangnya bisa dirasakan yaa...
Nantikan kelanjutannya yaa...
Jangan lupa Kritik dan Sarannya
Masih 4 bagian tersisa crazy up nya...

Teman KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang