Stella (2)

11 0 0
                                    

"Selamat pagi semua" Pak Johan menutup kuliah pagi hari ini.

"Don, Ayok buruan sarapan! Laper banget Aku ini." Kelvin menendang kursiku agar Aku segera bangkit.

"Mau makan dimana?" tanyaku ketus.
Perasaanku hari ini tidak enak.

Dimulai dari mbak-mbak parkiran yang bermain lift. Tiba-tiba terfikir dengan Stella yang menjadikan Aku teringat dengan Kak Rara. Sebenarnya Aku ingin menolak tawaran Kelvin tapi Aku juga belum sarapan.

"Soto aja yuk. Soto Pak Jenggot belakang kampus." Kelvin memberi masukan.

"Yang bener lah, Vin. Kamu kan udah tau Aku gak bakal mau kalau makan soto disana." jawabku sedikit kesal. Kelvin tau betul kenapa Aku gak akan makan disana, bahkan melihat warung sotonya juga Aku gak mau.

"Bercanda, Don! Yaudah soto Bu Romlah aja kalau gitu, disana amankan gak ada anak kecil yang ngilerin tempat kuah sotonya."

"Yaudah, Hayok." segera ku dorong Kelvin agar segera bergerak setelah Aku melihat Stella juga meninggalkan ruangan.

"Ehh, Ratu Stella..." goda Kelvin saat melihat Stella menunggu didepan lift.

"Apaan sihh kamu, Vin!" jawab Stella malu-malu setelah melihat Kelvin tak sendirian.

"Ayo dari pada lama nungguin lift mending bareng Kita aja lewat tangga." ajak Kelvin kepada Stella. Aku sangat tau maksud dari Kelvin. Aku tendang kakinya.

"Jangan Resek lah, Vin." bisikku pada Kelvin.

"Oke deh, penuh juga kayaknya ntar!" tiba-tiba Stella menyetujui tawaran Kelvin.

"Berengsek Kamu, Kelvin!" dalam hati Aku mengutuk Kelvin.
"Yaudah...ayok! " berseru antara kaget karena Stella setuju dan sedikit kegirangan karena bisa ngerjain temennya.

Kelvin asik berbincang dengan Stella selama berjalan turun tangga. Sedangkan Aku hanya sesekali tersenyum menyetujui pernyataan Kelvin.

"Boleh kan, Don?" tanya Kelvin tiba-tiba.

"Ee.. Boleh-boleh." kebingungan Aku menjawab karena aku tak tau apa yang tadi mereka bicarakan. Aku terlalu hanyut dalam senyuman manis Stella dengan selung pipi yang indah. Kulit kuning langsat yang terawat. Rambut panjang hitam kemerah-merahan yang sangat indah. Tubuh yang anggun benar-benar seperti tuan putri kerajaan.

"Oke... kalau gitu naik mobilku aja ya?" usul Stella.

Aku masih sedikit kebingungan "naik mobil Stella?" dalam pikirku bertanya.

"Wah okelah... Agak jauh juga tempatnya kalau mau jalan." jawab Kelvin.

"Biar si Doni yang nyetir. Soalnya Aku gak pandai pakai mobil." tambah Kelvin.

Aku kebingungan dengan pembicaraan ini.

"Ee-Kita gak jadi makan, Vin?" tanyaku ragu-ragu.

"Ya jadi lah. Kan Stella ikut Kita makan juga. Kasihan kan kalau Stella jalan kaki jauh. Jadi pakai mobilnya." jelas Kelvin yang sekali lagi paham bahwa aku dari tadi tidak fokus pada percakapan.

Glek

Aku menelan ludahku. Gila memang temenku satu ini. Bisa aja Dia seenaknya ngajak Stella. "Uhhhh" geramku dalam hati. Tapi bukan Doni kalau tidak bisa pura-pura baik-baik aja.

"Oh oke kalau gitu. Mobilnya kamu ditaruh mana, La?" tanyaku yang dari tadi tidak terlalu banyak bicara.

"Aku taruh di parkiran basemen." jawab Stella dengan senyuman manisnya.

Degg

"Shit! Kenapa harus baseman lagi." dalam hati Aku mengutuk kenyataan ini.

"Yaudah yuk kita ambil!" jawab ku berusaha agar terlihat biasa saja.

"Yakin, Don?" bisik Kelvin yang sangat sadar Aku memaksakan diri.

Aku mengangguk pelan menjawab keraguan Kelvin.

"Sesekali, malu juga Aku sama Stella." lirih Aku menjelaskan kepada Kelvin.

Pfft. Doni menahan tawanya sembari mengalihkan pandangan.

Degg

Jantungku berdegup kencang, bukan karena ada Stella. Sosok mbak-mbak itu tepat ada di depan tangga. Aku menelan ludah. Nampaknya Kelvin memang teman terpeka. Dia melihat keanehanku bergegas didepan dan menanyakan dimana mobilnya. Aku sedikit lega karena mobilnya terparkir tidak jauh.

"Yuk, La. Aku udah laper banget ni. Hehe" Aku membuat alasan untuk mempercepat langkah.

Aku berada di belakang kendali mobil. Aku mencoba menyalakan mesin mobil. Aku mulai bersiap untuk menjalankan mobil.

Degg

Sosok-sosok perempuan mulai muncul. Menatapku tajam. Aku hanya duduk terpatung dan sedikit merunduk. Aku tak berani menatap kedepan. Aku memejamkan mata. Dalam hati Aku berkata "Koko bantu Aku! Kumohon!"

Brakk

Suara sesuatu menggebrak mobil Stella dari depan. Kelvin dan Stella terkaget.

"Apa itu, Don?" Kelvin bertanya karena kaget.

Aku mulai membuka mataku. Koko sudah ada di depan mobil. Aku sedikit lega. Sosok-sosok tadi sudah menghilang entah kemana. Namun, kedatangan Koko membuat dua temanku merinding dan bertanya-tanya apa yang terjadi.
Aku tanpa pikir panjang mulai menancab gas dan keluar dari basemen.

"Terimakasih, Koko" ucapku lirih.

"Hihihi. Sama-sama, Doni." Koko menjawab seperti kebiasaannya Dia.

Anehnya Stella hanya diam saja. Mukanya hanya sedikit syok. Aku tidak yakin apa yang Dia pikirkan tapi Aku merasa Dia tau apa yang kulakukan. Kami melanjutkan perjalanan ke warung soto Bu Romlah.

Teman KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang