Pertemuan Pertama

35 9 0
                                    

Helaan nafas dari murid 12 IPS 3 mulai terdengar. Tiga hari mereka sudah merasakan menjadi siswa kelas 12, tapi kepala mereka rasanya mau pecah karena banyak tugas yang harus dikumpulkan minggu depan. Padahal biasanya minggu pertama hanya perkenalan, tapi tidak bagi Sekolah.

"Dasar sekolah setan."

Begitulah yang sering mereka lontarkan setiap guru memberi tugas. Tenang aja, itu didalam hati. Kalau guru sampai tahu, bisa digosipkan sampai lulus. Bahkan sampai alumni masih diingat.

Setelah guru Sejarah Indonesia keluar kelas, lantas semua anak mulai fokus pada kegiatan mereka masing-masing.

Ada yang ngobrol atau ghibah, ada yang main game di pojok kelas, ada yang tidur karena semalam begadang, ada yang baca buku novel, dan lain-lain.

Sampai pintu kelas terbuka dan muncul guru Seni Budaya, Bu Sita. Semua murid langsung ambil posisi, menyimpan handphone dan buku novel ke dalam kolong meja.

Tara sebagai ketua kelas pun memberi aba-aba. "Bersiap! Berdiri!" Lantangnya.

"Assalamualaikum, selamat pagi!" Serentak murid 12 IPS 3.

"Waalaikumsalam. Selamat pagi semuanya. Silahkan duduk."

Semua muridpun duduk di kursinya masing-masing. Mereka tampak tegang karena ini pertemuan pertama mereka dengan Bu Sita karena Beliau belum pernah mengajar mereka sebelumnya.

"Kok tegang banget sih? Santai aja kali. Ibu gak akan nyekek kalian." Lantas satu kelas menahan tawa karena mengingat guru Seni Budaya mereka sebelumnya, Bu Yuli yang suka mengancam mereka dengan "Kalau kalian gak bisa, siap-siap ibu cekek ya!" Haaaa jadi kangen...

"Oke anak-anak. Perkenalkan nama ibu Sita Sekarsari. Ibu lulusan Universitas Negeri Jakarta. Ibu sudah mengajar Seni Budaya selama 5 tahun, dan akan berlanjut sampai saya pensiun. Doain aja ya gak ada kendala selama saya mengajar." Anak-anak hanya tersenyum menanggapi.

"Ini pertama kali ya ibu mengajar kalian. Haduh, sayang banget. Padahal kata kakak kelas kalian dulu, ibu itu seru banget HA HA HA HA HA!" Anak-anak tertawa mendengar suara tawa Bu Sita yang menurut mereka seperti kaca yang sedang di lap.

"Oke deh. IPS 3 yang pinter-pinter...."

"Amiiin."

"Kok amin? Kamu merasa selama ini bodoh?"

"Enggak lah bu. Kan di aminin supaya kita semakin pintar."

"ANJAAAAY!"

Riuh teman-teman Ajen terdengar sambil bertepuk tangan diikuti tatapan risih dari barisan perempuan sebelah kanan.

"Sudah-sudah. Ibu mau menjelaskan jadi terhambat karena suara merdu kalian."

"Iih ibu saya jadi terhura, AHAY!"

Mereka menatap maklum dan datar dengan sifat Jaya yang agak-agak.

"Baiklah. Jadi di pertemuan kita kali ini, kita akan membahas materi Ujian Praktek kalian." Semua anak langsung mendesah kesal.

"Ya Allah bu, baru aja pertemuan pertama. Masa udah bahas Ujian Praktek aja." Kata Alya yang duduk dipojok kelas.

"Makanya kalian dengerin dulu ibu ngomong atuh. Udah kecewa aja kalian, kan ibu gak pernah gantungin kalian kayak doi." Satu kelas langsung heboh karena gurauan Bu Sita.

"Sudah-sudah, ibu lanjutkan. Jadi, materi kalian untuk Ujian Praktek nanti adalah Musik Kontemporer. Ada yang tahu apa itu Musik Kontemporer?"

Sekelas langsung hening dan menghindari tatapan Bu Sita.

"Sudah ibu duga, pasti gak ada yang tahu. Jadi, Musik Kontemporer itu adalah memainkan musik tidak memakai alat musik asli, namun alunan musik yang dihasilkan cukup baik seperti memakai alat musik aslinya."

"Contohnya gimana tuh bu?" Tanya Ajen.

"Sabar dong, kamu. Ibu belum selesai jelasinnya. Jangan terburu-buru dong, yang penting pasti. EEAAAA!"

Mereka heran kenapa guru seperti Bu Sita baru ada sekarang saat mereka sudah mau lulus.

"Sudah, diem semuanya! Jadi seperti yang tadi ibu bilang, musik kontemporer itu menghasilkan suara yang mirip seperti alat musik yang asli. Contohnya ember dipukul seperti gendang, beras yang dimasukkan ke botol akan menghasilkan irama kecrek kecrek. Nah, seperti itu lah dinamakan musik kontemporer."

"Oooooh...."

"Alat musik kontemporer sendiri juga dibedakan menjadi 3 jenis. Yang pertama ada melodis, alat musik yang menghasilkan melodi. Contohnya seperti piano dan gitar. Yang kedua ada ritmis, alat musik yang menghasilkan ketukan seperti drum. Yang terakhir yaitu harmonis, alat musik yang memainkan harmonis pada lagu."

"Memainkan harmonis itu kayak gimana, bu?"

"Sebenarnya alat musik harmonis bisa sama seperti melodis yaitu piano dan gitar, tapi cara memainkannya berbeda. Kita ambil contoh gitar, ya. Kalau kalian memainkan gitar di genjreng gini, itu menghasilkan kunci nada, kan? Nah, itu melodis. Kalau gitarnya dipetik, itu menghasilkan nada untuk mengharmonisasikan lagu. Itu harmonis. Sampai disini mengerti?"

"Saya mau tanya lagi bu!" Tunjuk tangan Ajen.

"Mau tanya apa?"

"Kalau gitarnya dibetot itu namanya apa, bu?" Terdengar suara tawa satu kelas 12 IPS 3. 

"Heh! kamu kira bass dibetot! Muka kamu sini ibu betot!" Semakin kencang tawa murid IPS 3.

"Ampun,bu. Hehehehehe." Balas Ajen sambil mengusap tengkuknya malu.

"Ya sudah. Ibu beri kalian tugas rangkum tentang musik kontemporer minimal 1 lembar kertas folio. Dikumpulkan minggu depan saat pelajaran saya, ya. Nanti yang menyerahkan ketua kelas, ya. Siapa ketua kelasnya?"

"Saya, bu." Tunjuk Tara.

"Kamu kesini sama handphonemu. Kamu simpan nomor saya ya supaya saya gampang memberi info ke kelas kalian."

"Widih! Tara dikasih nomor bu Sita secara cuma-cuma. Bagilah ke gue." Bisik Jaya duduk di belakang Tara.

"Yeuh, usaha sono!" Ucap Tara lalu bergegas menghampiri bu Sita, meninggalkan Jaya dengan muka merengut.

"Oke deh. Pelajaran kita sampai disini ya! Semoga yang saya sampaikan bisa masuk ke otak kalian, gak keluar lewat telinga sebelahnya ya. Sekian dari saya, Wassalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam, bu."

Mulailah perjalanan mereka dalam meraih nilai praktek...

🎵

Sita Sekarsari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sita Sekarsari

*Maaf ya ibu Sitanya seksi banget, itu foto Beliau waktu masih muda :-)

Xoxo, Rere.

Ujian PraktekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang