"Dek pijitin nih, pegel lhoo..."
Aku memainkan jari-jari kakiku sambil terkekeh pelan kearah seorang anak pria yang memiliki usia terpaut dua tahun di bawahku. Anak yang sedang sibuk membaca bukunya itu memicingkan matanya kearahku sambil berdecak kesal.
"Kau mau aku melakukan apa? Aku tak bisa mendengar jelas ucapan kakakku yang satu ini," balasnya yang sudah pasti hanya alasan semata.
"Oh adikku yang baik hati, rajin, pintar, tidak sombong, dan anak kesayangan mama, tak bisakah kau menolong kakakmu yang sedang kesusahan ini agar upahmu besar di surga?" Hohoho, sudah bagus belum pujianku, ya walaupun aku yakin kalau ucapan ini tak akan mempan pada anak berkepala batu sepertinya.
"Maaf aku tidak merasa."
Seringai timbul di sudut bibirku. "Ah, kau tak merasa menjadi adikku, berarti kau bukan anak mam--."
"Diam, akan kulakukan!"
Hohoho, mantap sekali. Kalian bertanya-tanya kakak macam apa yang tega menyuruh-nyuruh adiknya seperti ini? Ah, jangan jaim deh. Jujur saja kalian para kakak juga pasti pernah bahkan sering melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan bukan?
Kalau ada yang tidak pernah itu artinya kalian adalah kakak yang baik sekali, ya walaupun aku nyaris tak pernah menemui orang seperti itu.
'Adikku adalah budakku' harap jangan mencontoh hal buruk yang kulakukan ini karena aku tak ingin para pembaca yang memiliki peran sebagai adik dalam keluarga pada protes saat membaca narasi ini. Tapi jika berani mungkin kalian dapat bertanya pada kakak kalian, atau jangan-jangan kalian sudah pernah menjadi korban keusilan kakak kalian?
Oh berarti kakak kalian satu server denganku hohoho.
Perkenalkan, usiaku tujuh belas tahun, adikku dua tahun di bawahku yang berarti dia memiliki usia lima belas tahun. Kami satu sekolah, dan di sekolah pun anak itu tak pernah lepas dari ikatanku, dimana saat aku telat dia yang menjadi korban alasan, saat aku remidi pulang sekolah aku menyuruhnya untuk datang ke kelas diam-diam lalu mengerjakan remedial ku.
Ya, kalian bingung kenapa anak kelas satu SMA bisa mengerjakan soal anak kelas tiga SMA? Percayalah adikku itu jenius, di rumah dia akan sibuk dengan buku-bukunya baik fiksi maupun non-fiksi, nilainya selalu bagus, piala penghargaannya banyak, dan rakingnya tak pernah turun meskipun harus bersaing dengan sesama jenius lainnya.
Ibu sebenarnya tak pernah pilih kasih pada kami berdua, ya dialog yang diatas tadi aku ucapkan hanya untuk mencoba membujuk adikku itu saja. Tapi ibuku selalu bertanya padaku, kenapa adikku pintar dan kenapa otakku malah biasa-biasa saja, padahal sumbernya sama, cih.
Ya sudahlah, mungkin aku tidak hadir saat pembagian otak jenius dulu karena itu otakku jadinya pas-pasan. Lalu, apakah aku iri dengan kejeniusan adikku? Tidak dong, untuk apa aku iri, justru aku bersyukur karena yang jenius itu adalah adikku, jadi itu semakin menguntungkan buatku bukan?
Tugas sekolah di bantuin, remedial asal tak ada guru yang menjaga juga di kerjain, belajar di ajarin, kalau sedang bercerita dia selalu memberitahuku banyak hal baru yang tak pernah kuketahui sebelumnya, menguntungkan sekali.
Eits, tapi itu bukan berarti kalau aku ini kakak tak berguna, buktinya setiap saat aku selalu membantu adikku menghalangi para gadis yang mengejarnya. Ekhem, sedikit sulit bagiku untuk mengakuinya tapi adikku ini di beri gelar 'pangeran sekolah'. Teman sekelasku saja setiap kali datang menghampiriku, pasti yang mereka bicarakan adalah anak ini.
Orang populer memang mengerikan, tapi sayangnya dia dingin terhadap semuanya. Ah, tapi ada saat dimana adikku ini tidak dingin, yaitu saat dia sedang sakit. Jujur kalau dia sedang sakit, tingkahnya malah berubah seratus persen dari sikap aslinya, dia menjadi sangat manja, suka merengek, suka mengeluh, dan ibu selalu menumbalkan aku untuk merawatnya hiks!
Oke, sekian deskripsi mengenai adikku, bagaimanapun tokoh cerita ini bukan hanya dia tapi ada aku juga oy!
Mari kita mulai awal kisah ini.
"Kak, apa kau mau telat sekolah?" Aku menatap malas kearah adik terlalu rajin itu yang sekarang sudah sangat siap untuk pergi berangkat sekolah. Bajunya berantakan sekali untuk ukuran anak jenius, ya tapi aku yakin hal itulah yang membuat banyak gadis sekolah bertekuk lutut sama adikku ini.
Tapi masalahnya di sini...
"Tapi ini kan masih pagi buta, kau mau menyiksa kakakmu ini atau bagaimana hah!" Lah bayangin, matahari saja belum muncul loh, dan dia sudah menyuruhku siap-siap. Cih, jangankan siap, mandi saja belum. "Keluar dari kamar sana, aku mandi dulu, dasar anak terlalu rajin!"
"Hm, aku tak suka pemalas."
Tampaknya perempat siku timbul di keningku saat ini, padahal tadinya aku tak mempunyai niatan mengajak gelut anak ini loh, tapi dia yang memulai duluan maka jangan salahkan aku. "Pemalas hm, berangkat sekolah sendiri sana gih," sahutku.
Dia tak bergerak barang sedikit pun dari kamarku, dia juga tak mengatakan sepatah katapun sebelum akhirnya adikku ini menghembuskan nafas panjang, dan berkata, "Baik, aku akan pergi berangkat sekolah sendiri!"
Setelah itu, dia langsung berjalan keluar dari kamarku dengan tas sekolahnya sendirian meninggalkan diriku yang sedang kebingungan setengah mati dibuatnya. Tumben sekali anak yang tak suka di pandangi ini tiba-tiba mau berangkat sekolah sendiri, padahal biasanya dia tidak dapat bertahan lama kalau berjalan tanpa diriku di sampingnya.
Hm, bodoh amatlah, mandi dulu, lalu aku akan mengamatinya diam-diam.
=====
Hai, kembali lagi di seri keempat dari Réincarnation.
Cerita ini awalnya di request oleh salah satu pembaca. Dia men-dm wattpad aku dan memberikan saran ide cerita untuk membuat saudara kembar yang bereinkarnasi pindah ke dunia novel.
Ehe, karena aku ga tau kakaknya mau di tag atau enggak jadi aku serahkan ke kakaknya aja deh, kalau mau reveal bisa komentar aja di paragraf ini :)
Saat aku dengar saran cerita itu ada satu manhwa yang langsung muncul di otakku. Ya kalian para pencinta manhwa pasti tau lah judul manhwa yang ada saudara kembarnya itu~
Cuma karena aku berpikir ga baik kalau meniru semuanya, jadi aku modif ceritanya dengan kehidupan sebelumnya yang mereka merupakan adik-kakak bukan saudara kembar gitu, ehe :v
Ya intinya semoga kalian para pembaca suka dan untuk kakak yang menyarankan ide ini juga semoga kakak suka dan tidak kecewa ya...
Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini. Jangan lupa vote dan commentnya ya, meski aku ga bisa balas semuanya tapi setiap komentar dari kalian tetap aku baca kok.
Sampai jumpa~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Twins [END][KUBACA]
Romance[Réincarnation Series #4] #1 - Fantasi Kami memiliki warna mata yang serupa, warna rambut yang nyaris serupa, dan waktu kelahiran yang nyaris sama, tapi kenapa... Kenapa harus aku yang lebih kecil sepuluh menit! "Mulai sekarang kakak adalah babuku...