"Hingg..." Lha? Suara macam apa yang baru saja keluar dari mulutku ini, kenapa aku cuma bisa mengucapkan kata-kata itu padahal aku kan sudah susah payah belajar bahasa semenjak kecil. Lalu kenapa air mataku malah mengalir di saat aku tak mau menangis?
"Anak bayinya menangis, cepat berikan susunya, nyonya Riel tak lama lagi akan datang untuk menghampiri anak ini jadi kita harus pastikan dia rapi dan bersih!"
Bayi? Hiks, jangan bicara kata bayi lagi kepadaku tolong, tak mungkin kalau aku menjadi bayi lagi, setidaknya seharusnya begitu. Ya, sampai akhirnya aku membuka mata...
...lalu melihat tangan mungil ini.
Sial.
=====
"Jadi bagaimana kondisi anak ini? Apakah dia sudah bisa untuk saya bawa pulang bersama dengan anak saya?"
Hmm... ribut sekali, sangat ribut. Tidak bisakah kalian lihat kalau ada anak bayi yang sedang sangat stress di sini? Setidaknya kalau tak bisa diam maka rendahkan sedikit volume suara kalian itu.
"Bisa Duchess Riel, anak ini sudah siap untuk Duchess bawa pulang bersama dengan tuan muda Rion," sahut salah satu pekerja di sini.
Aku menggerakkan tanganku dengan susah payah. Sumpah, ga enak banget punya tubuh anak bayi kayak begini, rasanya seperti kalian sedang memakai jaket tebal sampai-sampai seluruh pergerakan kalian itu sangat terbatas.
AKU MENDERITA!
"Ukh..."
Eh?
"Oekkkk..."
Demi apa aku kagak mau nangis loh heh! Tapi kenapa mulutku malah berkata lain hah? Aku ga paham duh. Tampaknya hari-hariku akan menjadi berat sekarang, ya kecuali untuk fakta kalau aku tak perlu mempelajari bahasa dari awal lagi karena orang-orang di sini sudah menggunakan bahasa yang sama dengan yang kugunakan di kehidupan sebelumnya.
Selain itu setelah kulihat sejenak, orang-orang ini menggunakannya gaya pakaian layaknya orang-orang dari abad pertengahan eropa alias era medieval. Para pelayan disini menggunakan pakaian ala maid, kemudian para bangsawan menggunakan pakaian glamour.
"Bayinya menangis, cepat berikan dia susu!"
Ah, iya. Aku lupa kalau aku masih menangis saat ini, tenggorokanku jadi terasa sangat kering dan aku butuh air putih bukan susu. Aku harus bilang, "auh hue hih bububa."
Astaga! Bahasa alien macam apa yang keluar dari mulutku barusan? Bahkan kalau aku mendengar kembali ucapanku barusan, aku pun tak akan bisa mengartikannya!
Sudahlah, sia-sia saja berusaha di posisi saat ini.
"Dia berbicara nyonya! Astaga imut sekali suaranya!" Ya ya aku tahu aku imut, kalian tak perlu mengatakannya lagi.
Si nyonya bangsawan yang disebut-sebut sebagai Duchess Riel itu mengulurkan tangannya untuk mengambilku dari keranjang. Tunggu! Dia adalah seorang ibu bukan? Biasanya orang-orang bilang kalau ibu yang melahirkan pasti mengerti bahasa bayi, semoga dia mengerti!
"Muamua babua uh hia."
Gimana-gimana? Mengerti?
"Aww dia berbicara lagi nyonya!"
Ibu Riel ini menatapku dengan tatapan mata yang berbinar-binar. "Tampaknya aku memang seorang ibu! Aku mengerti apa yang dikatakan anak bayi ini barusan!" Uhh, akhirnya akan ada orang yang mengerti ucapanku...
"Dia bilang dia senang menjadi anakku!"
Eh?
Senang menjadi anakmu katamu?
Mungkin lain kali aku tak boleh terlalu percaya apa kata internet ya, rupanya apa yang tertulis kalau seorang ibu mengerti bahasa anak bayi selama ini hanyalah HOAX!
Ya sudah deh, membahagiakan hati ibu angkat sedikit tak apa kan, ayo kita pura-pura senang aja. "Ehehehe, bu baba bum."
"Astaga nyonya dia tertawa! Itu tandanya kalau ucapan yang nyonya katakan barusan benar!" Iya benar sekali tebakannya barusan, saking benarnya sampai melenceng dari maksud asliku.
Ibu angkatku tersenyum lebar kemudian memelukku erat-erat. Ah, mungkin dia lupa ya kalau dirinya sedang memeluk anak bayi, jika dia memelukku seperti ini kan kesehatan tulangku bisa terancam.
"E-Eum..." Aku melirik kearah seorang pelayan yang merasa ngeri saat melihatku di peluk seerat ini oleh si ibu angkat. Hah, dia ingin memberi tahu tapi dia pasti ketakutan saat mengingat gelar bangsawan yang dimiliki oleh si ibu ini.
Hei, tapi kalau kau tak mengatakannya maka tulangku benar-benar akan remuk semua lho.
"Ny-Nyonya, kalau anda memeluk a-anak bayinya sekencang itu, na-nanti tulangnya bisa remuk dan dia akan ke-kesulitan bernafas," ucap pelayan tersebut yang akhirnya berani mengucapkan hal tersebut.
Si ibu bangsawan tampak terkejut dan langsung melepaskan pelukan eratnya dariku. "Ah maafkan aku anak bayi, aku merasa terlalu senang sampai-sampai membuatmu tersiksa seperti ini, maafkan aku!"
Ah, ketahuan sekali ini pertama kalinya ia memiliki anak, hiks.
=====
"Tada! Apa kau suka dedek bayi?"
Hoam... demi apa aku baru bangun tidur loh, tapi kenapa wanita yang disebut-sebut sebagai ibu angkatku ini sangat berisik hingga menganggu waktu tidur anak bayi sepertiku.
"Duke, lihatlah, bukankah anak angkat kita ini sangat cantik," ucap si ibu angkat kepada seorang pria paruh baya bersurai pirang yang tersenyum menatapku.
"Dia memiliki warna rambut yang sama dengan kita dan Rion, tampaknya anak ini memang di takdirkan untuk bergabung dengan keluarga ini ya," sahut pria tersebut kepada istrinya.
Ya, dari ucapannya itu maka dapat kusimpulkan kalau warna rambutku yang sekarang ini adalah pirang.
"Bagaimana kalau kita namakan dia Orion? Bagus sekali bukan? Rion dan Orion, dua anak kembar kita..."
Ukh, norak!
"Aku suka itu! Rion Lewis de Riel dan Orion Liana de Riel. Nama mereka berdua terdengar sangat serasi sebagai kembaran! Kau memang sangat hebat dalam menamai anak, suamiku..."
Woy! Tolong ini ada anak-anak lagi melek ngeliatin kalian berdua yang lagi romantis-romantisan kayak begini, di kira anak bayi di sini cuma boneka pajangan apa hah?
"Baik kalau begitu, dedek bayi mulai sekarang namamu adalah Orion Liana de Riel!"
Ya ya, peduli amat lah mau Onion, Orion, Oringan, Ongsengan, terserah aja yang penting selama hidupku sebagai anak bangsawan ini aman, damai nan tentram maka aku akan betah hidup seperti ini.
Tapi tunggu...
Orion?
ORION LIANA DE RIEL KATAMU!
=====
Bagaimana?
Setelah membaca tiga chapter pertama dari cerita ini apakah sudah ada kesan pertama cerita ini untuk kalian? Kalau ada bagi-bagi yakk >_<
Dan kalau kalian ada saran juga jangan takut untuk mengatakannya. Oh iya, kalian mungkin heran kenapa bahasa cerita ini nyampur antara formal dan non-formal, ya karena ini ceritanya ringan jadi kalau pakai bahasa baku takutnya agak berat.
Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini. Jangan lupa vote dan commentnya ya, meski aku ga bisa balas semuanya tapi setiap komentar dari kalian tetap aku baca kok.
Sampai jumpa~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Twins [END][KUBACA]
Romance[Réincarnation Series #4] #1 - Fantasi Kami memiliki warna mata yang serupa, warna rambut yang nyaris serupa, dan waktu kelahiran yang nyaris sama, tapi kenapa... Kenapa harus aku yang lebih kecil sepuluh menit! "Mulai sekarang kakak adalah babuku...