Bab 6

689 21 0
                                    

Puncaknya, adalah setelah malam panjang itu.

Disini,... Petaka yang paling di takutkan oleh Nur, terjawab.

Nur terbangun ketika subuh, ia tersentak saat mendengar Widya menangis. Tangisanya sangat keras sampai Nur terkesiap lalu terbangun dari tidurnya.

Saat ia melihat, apa yang membuatnya terbangun. Nur melihat Ayu, dengan mata terbuka. Ia mengangah, seperti mau mengatakan sesuatu.

Belum berhenti sampai disana, Nur tidak menemukan Widya di tempatnya. Hal itu, membuat Nur menjerit sehingga Wahyu dan Anton merangsek masuk dengan wajah khawatir.

"Onok opo Nur?"

("Ada apa Nur?")

"Widya ilang mas"

("Widya hilang mas")

Wahyu dan Anton terhenyak sesaat, sebelum...

"Bima yo gak onok nang kamar loh"

("Bima juga gak ada di dalam kamar") kata Anton buru-buru,

Sontak,... Semua mata memandang Ayu, Wahyu terhentak bingung.

"Ayu kenek opo Nur?"

("Ayu kenapa Nur?")

"Celukno pak Prabu!!"

("Panggilkan pak Prabu!!")

Anton yang mendengarnya langsung pergi.

"Yu,.. tangi Yu!!"

("Yu,.. bangun Yu)

Namun, Ayu masih sama. Ia hanya melihat langit-langit. Nur mencoba membantu untuk menahan mulutnya Ayu agar tertutup. Namun,... Ia terus mengangah, Wahyu yang melihat tidak bisa berbuat apa-apa

"Cok onok opo seh iki"

("Asem, ada apa sih ini")

"Celokno warga ojok ndelok tok!"

("Panggilkan warga, jangan liat saja")

Wahyu pun ikut pergi, Nur terus menahan mulut Ayu. Sampai Pak prabu datang bersama Anton dan melihatnya.

"Kok isok koyok ngene to nduk"

("Kok bisa sampai begini sih nak")

Pak prabu, pergi ke pawon (dapur). Ia kembali membawa teko air. Nur menahan sisi kepala Ayu, dan meminumkanya.

Tiba-tiba, Ayu menutup mulutnya. Namun, ia masih belum bereaksi. Tidak beberapa lama, warga sudah berdatangan bersama Wahyu. Saat itu, rumah itu di penuhi warga. Tanpa banyak bicara, pak Prabu menyuruh beberapa orang untuk memanggil mbah Buyut.

Dan warga itu pun pergi.

Nur menjelaskan kronologi kejadian itu. Namun, ia meminta pak Prabu tidak menceritakan semua ini kepada warga,. Anton dan Wahyu yang mendengarnya seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Asu, kok isok loh"

("Anj*ng! kok bisa bisanya") Wahyu tampak merah padam mendengarnya.

Pak Prabu pun mengumpulkan warga, meminta mereka semua pergi menyisir setiap penjuru Desa. Ia beralaskan, bahwa Bima dan Widya hilang kemarin malam, dan saat ini belum kembali.

Meski warga awalnya bingung, bagaimana bisa,... Namun mereka semua langsung bergerak, termasuk Wahyu.

Anton pun begitu, ia ikut menyisir ke hilir sampai hulu sungai. Sebisa mungkin dengan beberapa warga yang membawa parang dan berbagai barang yang tidak pernah ia pahami.

Nur terus menangis,... Melihat kondisi Ayu, membuat ia tidak bisa menahan kesedihan yang sudah memenuhi hatinya

Pak Prabu meminta penjelasan lebih detail. Setelah itu, Nur menunjukkan barang yang seharusnya ia berikan kepada pak Prabu saat mendapatkanya.

Tepat ketika membuka kotak itu,... Pak Prabu yang melihatnya, kaget bukan main. Sampai ia tiba-tiba berteriak marah

KKN DI DESA PENARI (Versi NUR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang