.
.
.
.
Keadaan di dalam fx benar - benar kacau. Para karyawan tenant dan pengunjung masih banyak yang berlarian menyelamatkan diri dan bersembunyi dimanapun. Namun teroris yang jumlahnya belum diketahui jumlahnya sudah menyegel dan menutup fx. Pintu - pintu utama fx sudah ditutup dan diberi jebakan bom oleh teroris. Mereka memasang jebakan dimana - mana. Rasanya sulit jika pasukan khusus hendak menerobos masuk.Semua teroris menjaga setiap lantai, pintu masuk utama, pintu khusus karyawan, sampai pintu darurat. Mereka melengkapi diri dengan senapan serbu, ekstra magasin di dada, granat, pisau, pistol, bom, dan detonator. Tampak pula teroris yang memegang senjata sniper yang diarahkan ke luar fx.
Seluruh karyawan tenant pun akhirnya menyerah dan berkumpul di lantai dasar. Antara pria dan wanita dipisahkan. Di bawah todongan senjata para wanita diminta naik dan masuk ke dalam salah satu tenant yang cukup luas dan disandera disitu. Para sandera pria tiarap di lantai dasar.
Semua security gedung sudah dilumpuhkan dan diikat menggunakan borgol. Para staf gedung dikumpulkan di sebuah titik dengan membawa denah mal fx. Tujuannya agar para teroris mengetahui mana saja pintu - pintu yang bisa digunakan untuk keluar masuk. Termasuk lubang angin.
Di luar gedung, polisi mulai memenuhi dan mengepung fx dari segala penjuru. Mereka sibuk berkoordinasi dengan tim dan berbagai pihak mengenai situasi terkini yang sedang terjadi. Pasukan dari berbagai kesatuan pun disebar ke berbagai lokasi mengintai keadaan di dalam mal. Tidak hanya itu, seluruh media sudah berkumpul tidak jauh dari garis kuning polisi. Mereka saling berebutan ingin mendekat ke lokasi kejadian dan meliput paling terdepan dan terkini.
Polisi belum mendapatkan info apapun dari teroris mengenai apa yang mereka inginkan. Mereka terus meneriakkan agar para teroris mau negosiasi. Namun belum direspon oleh teroris. Di dalam, para teroris masih sibuk mengamankan semua pintu utama, pintu darurat, pintu dari tempat parkir, ventilasi.
Denah fx sudah polisi dapatkan dari Pemda. Mereka mendiskusikan kemungkinan pintu masuk yang bisa dilalui tanpa sepengetahuan teroris. Helikopter terbang mondar mandir di atas fx memantau pergerakan dari udara.
🌼🌼🌼
Teater
Para teroris mengumpulkan fans, staf JOT, dan pengunjung fx di depan panggung teater. Mereka semua kini duduk di sudut di awasi oleh beberapa teroris bersenjata lengkap. Mereka memang bukan sandera utama. Masih ada sandera karyawan tenant yang ditempatkan di sebuah toko.
Seseorang yang diperkirakan sebagai komandan teroris nampak duduk di dalam kantor JOT. Ia sembari mengisap rokok dan menyesap kopi. Memakai topi tentara, berkalung senapan laras panjang, rompi anti peluru, dan radio HT di bahunya. Disampingnya berdiri seseorang yang berwajah bengis, berbadan tinggi besar membawa senjata laras panjang di tangan dan punggungnya.
"Bagaimana?"
"Bom sudah terpasang di beberapa titik. Pintu - pintu sedang dalam proses diamankan. Sandera sudah terkumpul, sniper kita sudah tidak terlihat. Mereka mengintai dari tempat yang sudah ditentukan."
"Soal tebusan nanti saja kita sebut, biarkan polisi - polisi itu bekerja keras mencari tau tentang kita. Kita ulur waktu."
"Stok makanan dan minuman hanya cukup untuk dua hari saja."
"Tidak masalah, yang penting para sandera jangan sampai kelaparan. Kita tidak perlu membunuh sandera satu persatu jika negosiasi gagal. Kita ledakkan fx dan segera menjadi kuburan massal. Hahahahaha...."
"Helikopter kita siap di Halim. Polisi belum mencurigai."
"Santai. Polisi masih punya helikopter. Nanti kita pakai itu saja kalau terdesak. Mereka pasti mengabulkan tuntutan kita. Bagaimana dengan jebakan di luar sana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Siapakah Pelakunya? Season 2 [END]
Teen FictionHukum mungkin memberi kepastian, tapi definisi keadilan setiap manusia bisa berbeda-beda. Apa yang terjadi jika hukum tidak mengakomodasi rasa keadilan? Justice is blind, but it can see in the dark.