Many Mistake, so be careful😊
.
Kenapa lagi sih? Aku salah lagi? Ayolah, berikan aku waktu istirihat sebentar saja, batinku sambil meletakkan kopi yang aku pegang ke atas meja
-----------------------------------------------------------
.
Aku pun beranjak dari sofa dan berjalan mengikuti Dokter Delfin. Kami menyusuri lorong rumah sakit dengan suara hening yang membuat mulutku terasa gatal ingin memecah keheningan ini. Tak lama kemudian, kami pun sampai di taman belakang rumah sakit. Taman ini adalah taman favoritku, dimana padang rumput yang luas dihiasi dengan bunga warna - warni yang indah nan cantik, gemercik air mancur di tengah taman mampu menenangkan pikiranku yang stress.
.
Kami berdiri menghadap air mancur yang ada di depan kami. Tatapan lurus milik Dokter Delfin seakan memberitahu bahwa ia marah padaku. Terlihat ia menutup mata dan menghela napas panjang.
"Kau tau apa yang kau lakukan? Apa yang kau katakan pada Pak Juan? Kau tau apa kesalahanmu?" tanyanya kepadaku. Pertanyaan yang ia ajukan padaku membuatku jengkel. Bagaimana tidak, ia mengajukan pertanyaan yang ia sendiri sudah tahu jawabanya.
"Iya, saya tau saya salah. Apa yang saya lakukan kepada beliau memang salah. Tapi sebagai dokter, apa anda tidak berpikir bahwa apa yang saya katakan adalah upaya saya untuk menjalankan tanggung jawab saya?" ujarku sambil menoleh menatap lekat netranya yang juga sedang menatapku. Semuanya hening, hanya suara gemercik air mancur yang terdengar di gendang telinga.
.
"Bisa tidak berbicara denganku secara informal? Aku tidak suka jika ada yang hampir seumuran denganku berbicara formal padaku," ucapnya sambil menyilangkan kedua tanganya di depan dadanya. Seperti yang kalian tahu, di tempat kerja manapun kita harus sopan dengan orang yang jabatanya lebih tinggi dari kita kan? Nah, itu juga yang aku lakukan sekarang.
.
"Maaf, tapi anda jabatanya lebih tinggi dari saya. Saya harus menghormati anda. Meskipun anda lebih muda dari saya pun, tetap saja jika jabatan anda lebih tinggi saya tetap formal kepada anda," ucapku sambil menundukkan kepalaku.
Kerutan di dahinya terlihat sangat jelas. Seakan dia tidak suka dengan ucapanku. "Baiklah, tapi mulai hari ini jangan pernah berbicara padaku. Jangan pernah kau meminta bantuanku. Suruh yang lain saja," ucapnya sambil melangkahkan kakinya pergi dari taman ini.
.
Mati aku. Kalau begini, resikonya besar ih, batinku. Aku pun menghentikan langkahnya sebelum aku terkena masalah.
"Tunggu, baiklah. Aku akan berbicara informal denganmu mulai hari ini," ucapku sambil menarik jas miliknya. Ia pun berhenti dan menoleh kepadaku yang sekarang masih memegang erat jas miliknya. Sadar aku sedang di perhatikan, aku pun langsung melepaskan tanganku dari jas nya dan meminta maaf.
"Maafkan aku Delfin," ucapku lirih di bagian akhir. Aku pun mendongakkan kepalaku dan terlihat senyuman manis mengembang di wajahnya. G*bl*k! Kenapa harus senyum sih?! Kan gantengnya keluar, mampus aku! Gimana nih? Tenang, tenang, batinku saat melihat betapa tampan wajah dokter di depanku ini.
"Bisa nggak kamu nggak usah senyum?" tanyaku dengan pipi yang mungkin sudah memerah.
"Eh, emang aku salah kalau senyum? Memangnya, ada apa? Hm?" tanyanya sambil membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku tidak bisa mengendalikan napasku. Malah di deketin astaga. Dia denger suara jantungku nggak ya?batinku. Jantungku benar - benar tidak teratur, dag dig dug gitu.
.
"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya Delfin padaku.
"Hm?" jawabku berusaha santai dan tidak gugup.
"Bernapaslah. Aku tidak merasakan napasmu dari tadi," ucapnya sambil menjauhkan wajahnya dari wajahku. Ternyata tanpa sadar aku tidak bernapas dari tadi. Kenapa sih harus kayak gini? Nyebelin tau gak. Rasa maluku tak bisa aku bendung saat melihat ia menertawakan aku. Pipiku mengembang layaknya bakpao, dan itu pertanda bahwa aku malu dan ditambah rasa kesal.
.
Kriiing ... kriing.
Terdengar suara ponsel yang berdering, dan ternyata itu adalah milik Delfin. Dengan sigap ia meraih ponsel yang ada di saku jas nya dan mengangkatnya.
"Halo, Dokter Delfin disini. Ada apa ya?" Raut wajah kaget terukir jelas di wajahnya sesaat setelah orang yang meneleponya berbicara. Bola matanya melotot dan tangan kirinya menutupi mulutnya.
"APA?!! JANGAN BERCANDA KAU! AKU AKAN SEGERA KESANA!" Ia berbicara dengan nada yang keras dan segera berlari menuju ke dalam rumah sakit. Aku pun segera menyusul dan tak dapat dihindari pikiranku yang sudah tak karuan ini. Ada apa? Kok sepertinya, nggak. Apa mu-mungkin ada yang kecelakaan. Iya pasti itu, ucapku dalam hati dan mencoba berpikir positif.
.
.
.
.
.
.
.
.
Haloo maaf baru up. Maaf bikin kalian semua marah dan menunggu 😭😭 apalah daya kehidupan Rl yang tak karuan. Silahkan enjoy. Maaf ya part nya dikit banget, akan aku usahakan up lagi yaaa. Maaaf sekali lagi. Untuk Crstyalizka, mohon ditunggu karena proses revisi. ❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Beautiful Memories
RandomFollow akun author dulu ya :) ( Fiksi Ilmiah ) Bagaimana jika sahabatmu sendiri mengkhianatimu?? Dan bagaimana kalau orang yang sayang satu persatu pergi meninggalkanmu?? gak bisa deskripsiin. cus baja aya yuuk 😍 Rank : #34 - Medis #5...