Your very first day
Take a deep breath, girl
Take a deep breath as you walk through the doors
-Taylor Swift-_______________________________
Sudah hampir 30 menit gadis yang kerap disapa Abel ini memandangi sebuah pesan terakhir dari room chat di layar handphone nya, berharap ada notifikasi dari orang yang sedang ia tunggu . Ya Jerico, ia sedang menunggu Jerico yang menjanjikan akan menjemputnya untuk berangkat ke sekolah bersama. Abel hanya berdecak kesal sebab sosok Jerico tak kunjung datang bahkan ia tak memberi kabar sekedar mengabari apakah ia sudah berangkat atau mungkin ia terjebak macet Abel bahkan tak tahu.
Sambil menunggu kedatangan Jerico, Abel asik memainkan ponselnya sambil sesekali melihat kearah jam yang sudah menunjukan pukul 07.15. Hingga tiba-tiba abel mendengar suara klakson yang sontak membuatnya langsung bangkit dari duduknya dan melihat keluar melalui jendela dikamarnya
TINN...TINN...
Seketika Abel bergegas dan bangkit dari duduknya saat mendengar suara klakson tersebut guna memastikan apakah itu Jerico atau bukan namun sayangnya sosoknya tak terlihat, hanya awak motornya saja yang terlihat. Meski sosoknya tak terlihat jelas sebab terhalang oleh pohon di halamannya, namun ia yakin kalau itu adalah suara klakson motor Jerico. Abel pun turun kebawah dan mengunci pintu sebelum ia pergi lalu menghampiri Jerico yang sedang memperbaiki rambutnya sambil berkaca di spion motornya.
"Lama bener lo, mana ga ngabarin dulu pas mau jalan" Abel berdecak sambil mengacak rambut yang sudah susah payah Jerico rapikan
"Sialan lo udah gue rapiin juga malah diberantakin lagi" Ujar Jerico sebal sambil menyodorkan helm untuk Abel pakai lalu ia kembali berkaca
"tadi gue buru-buru makannya gue ga sempet kabarin lo, gue kira masih jam 6.30 ternyata udah jam 6.50 jadi gue langsung otw pas gue udah sarapan dan ga sempet ngabarin lo" Jerico menjelaskan panjang lebar sambil sibuk merapikan rambutnya yang berantakan kemudian menggunakan helm nya kembali
"Makannya jangan kebanyakan nge-bug, sumpah ya bulukan gue nungguin lo" Timpal Abel yang sibuk menggunakan helm nya
"Udah ayo cabut ini hari pertama lo, tar lo telat" lanjutnya, Abel hanya berdecak sebal kemudian naik ke jok belakang motor Jerico. Setelah memastikan Abel siap, Jerico pun menancapkan gas motornya dan berangkat ke sekolah
Ini hari pertama Abel sekolah di SMA Tunas Bangsa. Dulu ia sempat pindah ke Swiss, alasannya tentu karena pekerjaan orang tuanya, namun 4 tahun setelahnya mereka kembali ke Bandung karena pekerjaan orang tuanya dan tinggal disana lagi. Jujur saja Abel sangat senang Banyak kenangan yang tertinggal disana, terutama kenangan masa kecil Abel, Jerico dan Levi.
Selama diperjalanan menuju sekolah sepasang netra milik gadis bernama Isabele Adeline itu hanya fokus menelusuri jalanan sekitar, sesekali ia tersenyum ketika kenangan di masa lalu bersama dengan Jerico dan Levi terlintas di benaknya. Jerico yang melihat Abel dari kaca spion pun ikut tersenyum, seakan ia pun merasakan hal yang sama dengan Abel.
Ya, mereka merindukan hal yang sama, mereka rindu kebersamaan mereka terlebih lagi dengan Levi yang sudah hampir 2 tahun meninggalkan Abel dan Jerico lebih dahulu.
Setelah 15 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di sekolah. Jerico pun pergi memarkirkan motornya di parkiran sekolahnya. "Turun anjir, udah sampe" Ujar Jerico sambil menggoyangkan awak motornya.
"Sabar anjir" Sahutnya, dan Abel pun turun dari motor kemudian melepas kaitan pada helm nya dan merapikan rambutnya begitupun dengan Jerico.
"Dah ayo masuk" Ujar Jerico sambil berjalan masuk kemudian disusul oleh Abel. Mereka asyik berjalan sambil mengobrol tentang SMA Tunas Bangsa tersebut, sambil mengobrol dengan Abel, sesekali Jerico tersenyum dan menyapa siswa disekitar, sedangkan Abel sendiri yang sedang fokus dengan ocehan Jerico samar-samar mendengar beberapa orang berbisik tentangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Fiksi PenggemarPertemuan Theo dengan seorang gadis bernama Isabele mampu membuat seorang Theo yang trauma akan cinta, mau membuka hatinya kembali. Siapa sangka, gadis yang baru ia kenal di pertengahan semester 2 kelas 11 SMA itu mampu mencairkan hati seorang Theo...