🥀: 01

14.5K 797 90
                                    

Lalisa Caroline adalah gadis cantik kelahiran New York. Memiliki paras cantik yang menawan dibarengi dengan kemampuan nya menguasai empat bahasa sekaligus dan jangan lupakan bakat menari juga tangannya yang lihai bermain gitar.

Gadis berumur tujuh belas tahun itu memang memiliki segudang bakat yang sangat mengesankan. Aura dan pesona nya juga sangat memikat bagi siapapun yang berpapasan dengan Lalisa.

Hanya saja Lalisa memang gadis yang cenderung suka menyendiri dan tidak banyak bicara. Gadis itu hanya akan merespon beberapa teman dekatnya, dan memilih mengabaikan orang yang berusaha mendekatinya karena harta.

Hidup gadis itu nyaris dikatakan sempurna. Walau memang Lisa sudah tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu sejak umurnya yang menginjak enam tahun, namun ia masih mendapatkan kasih sayang dari sang ayah.

Marcho Wilson, pria paruh baya yang merangkap sebagai tulang punggung keluarga sekaligus ibu bagi gadis berwajah barbie itu. Sosoknya tegas namun penuh perhatian dan kasih sayang.

"Daddy, good morning!" Sapa hangat seorang gadis yang langsung mencium pipi sang ayah.

Marcho hanya tersenyum lalu balik mencium gemas pipi gembul anaknya, "Morning too," Balas nya seraya melihat Lisa menarik kursi yang ada di sebelahnya.

Tangan gadis itu meraih dua lembar roti tawar dan selai blueberry kesukaannya, mengoleskan nya kemudian menambahkan beberapa potongan buah strawberry sebagai pelengkap.

Lalu memakan sarapan hasil buatannya itu dengan tenang. Hingga menimbulkan kekehan pelan Marcho yang melihat putrinya itu begitu bersemangat dalam segala hal.

"Sayang, kau mau Daddy antar?"

Lisa menoleh menatap ayahnya dengan mulut yang masih mengunyah makanannya, gadis itu menggeleng pelan lalu meraih segelas susu putih yang akan selalu tersedia untuknya.

"Tidak perlu Dad, Lisa bisa berangkat sendiri." Ujarnya dengan senyum manis.

Bukannya tidak mau, tapi gadis itu sangat benci ketika dirinya menjadi bahan perhatian berbagai orang di sekolahnya. Terakhir kalinya ia menjadi pusat perhatian karena Daniel, adik kelasnya yang tiba tiba menembak nya di tengah lapangan pada saat jam istirahat. Dan sudah pasti itu menimbulkan kehebohan dan perhatian dari berbagai siswa.

Tentu saja Lisa benci keadaan di waktu itu, banyak suara yang menyoraki nya untuk menerima cinta si pemuda bermata sipit itu namun Lisa sama sekali tidak berniat untuk menjalin hubungan, dan berakhir lah Daniel hanya mendapatkan penolakan dari gadis berponi itu.

"Baiklah, jangan mengebut okay?" Perintah Marcho dengan tangan yang mengelus surai lembut putrinya.

Lisa hanya mengangguk kecil dan kembali menghabiskan sarapannya yang tinggal satu suap. Masih pukul 06.30 am jadi Lisa masih bisa sedikit tenang karena jam masuk pelajaran dimulai pukul 07.30 am, well ia masih bisa menikmati paginya dengan santai tanpa harus terburu buru mengejar waktu.

•••

Mobil berwarna hitam dengan beberapa corak putih itu sudah terparkir rapi di antara beberapa mobil lainnya yang juga sudah terparkir rapi di sana. Lisa memoleskan tipis lip balm pada bibir nya yang sedikit kering.

Merapikan rambutnya seraya memandang dirinya di cermin yang selalu ada di dalam mobilnya.

Merapikan rambutnya seraya memandang dirinya di cermin yang selalu ada di dalam mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[M] FRIENDS WITH BENEFITS'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang