“Tugasnya dikerjakan di rumah, karena waktunya sudah habis. Yang tidak mengerjakan tugas ibu silahkan nanti di luar. Kalau tidak mengerti jangan menyontek, lebih baik kalian mengerjakan bersama, agar jika ibu tunjuk ke depan dapat mengerjakan. Ya, Rizky! Minggu depan kamu sudah bisa mengerjakan soal dari ibu, jangan kaya tadi. Yaudah silahkan berdoa untuk pulang.”
Di jam terakhir begini diberi mata pelajaran matematika bagaimana bisa konsentrasi. Disaat semua pikiran mereka adalah pulang dan beristirahat.
KM memimpin doa sebelum kita semua pulang ke rumah. Setelah para siswa berdoa dan memberi salam pada Bu Indah, guru matematika mereka. Akhirnya bisa pulang juga. Rasanya ingin sekali segera menyentuh kasur dan tertidur lelap.
“Sya, aku ga ngerti banget apa yang Bu Indah ngomongin tadi. Aku malah nguap terus daritadi,” keluh Faiza saat sedang menggendongkan tas di punggung mereka masing-masing.
“Mau belajar bareng?” tawar Ais pada Faiza. Seketika Faiza menoleh ke arah Ais dan mengangguk dengan semangat.
“Yaudah, kamu izin dulu gih!” suruh Ais yang diangguki Faiza.
Setelah beberapa menit menunggu balasan dari orang tua Faiza, akhirnya Faiza diizinkan untuk belaja bersama di rumah Ais.
Ayah Ais yang sudah menunggu di depan segera mereka hampiri. Tak butuh waktu lama, mereka tiba di rumah Ais bersamaan dengan Kak Algi yang juga baru pulang dari kampus.
“Kakak!” sapa Ais pada kakak laki-lakinya itu.
“Temen Adek?” tanya Kak Algi sambil mengarahkan dagunya ke Faiza.
“Iya, Kak, mau belajar bareng,” jawab Ais sambil mengajak Faiza masuk ke dalam.
Mereka bersalaman pada Bunda yang sudah menunggu di ruang tamu. Melihat ada Faiza datang, beliau langsung menyuruh ke kamar Ais saja di atas. Mungkin agar tidak terganggu juga belajarnya.
“Za, sholat dulu yuk!” ajak Faiza yang mendapat anggukan dari Faiza.
Mereka sholat berjamaah di kamar Ais dengan khidmat. Setelah dekat dengan Ais sedkit demi sedikit Faiza mulai mengenal apa itu Islam. Faiza juga mulai merasakan ketenangan saat sholat. Merasa lebih dekat dengan Sang Kuasa.
Baru saja selesai sholat, terdengar suara ketukan pintu yang diikuti suara Bunda, “Ais, ini Bunda bawa makanan,” ucap bunda dari luar.
Ais dengan cepat membuka pintu dan mempersilahkan bunda masuk,” Makasih Bunda.”“Sambil makan ya belajarnya. Bunda ke bawah dulu.” pamit bunda.
“Iya, Tante makasih, maaf ngerepotin,” ucap Faiza. “Engga, kok Za, dimakan ya.”
“Iya, Tante.” setelah itu bunda ke bawah meninggalkan Ais dan Faiza.
Mereka mulai mengerjakan soal yang tadi diberikan oleh Bu Indah. Jumlah soalnya memang hanya 5, akan tetapi setiap nomor beranak menjadi dua bahkan tiga.Ais dan Faiza membagi tugas agar cepat selesai. Masing-masing dari mereka mendapat 7 soal, karena jumlah soalnya ada 14. Padahal nomornya hanya sampai 5. Namun, namanya juga perempuan, saat bertemu bukannya mengerjakan tugas tapi mengobrol.
Baru saja mengerjakan 3 soal, tiba-tiba Faiza menanyakan perihal Kak Biyan yang kemarin menyapanya di gerbang. Padahal semua warga sekolah tahu, jika Kak Biyan orangnya jarang bicara dan tidak pernah terlihat berbicara berdua dengan perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISAPPEAR (ON GOING)
Teen FictionMengembara kisah di masa SMA yang tentu saja membuat Aisya tersenyum sendiri. Rangkaian perubahan dari tingkat SMP ke SMA yang begitu berbeda mengharuskan Aisya untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Bertemu dengan teman-teman yang berbeda, deng...