Happy Reading❤
Bruk!
Suara lemparan tas yang ada disamping tubuh laki-laki berumur 17 tahun itu mengagetkannya.
"Gue cariin di sekolah malah tau-taunya disini! telfon Gue kenapa gak diangkat?!"
"Hp saya mati, maaf." Katanya sambil meregangkan otot-otot yang serasa habis bertengkar hebat.
BINTANG MAHENDRO.
Nama laki-laki yang baru datang dan langsung menghujami temannya itu dengan cerocosan. Walaupun laki-laki, tapi mulut Bintang tak kalah dengan perempuan.Bintang tak menanggapi ucapan laki-laki itu, "Lo sepulang dari luar negri bahasanya malah jadi baku begitu, heran Gue."
"Saya lebih suka bahasa baku." Ucap Agam singkat.
THEO AGAM BUANA.
Anak laki-laki berumur 17 tahun yang minggu lalu baru pulang dari luar negri. Disana Ia tinggal dengan neneknya, juga bersekolah disana. Namun, Agam memutuskan untuk kembali ke kampung halaman untuk memecahkan semua misteri yang ada diotaknya. Semua ingatan yang selalu terngiang saat Agam memejamkan matanya. Ingatan saat Agam berumur 5 tahun. Agam ingin meluruskannya, semuanya."Untung Gue tau kalo Lo nongkrong di warung Bi Tati! siapa tadi?"
"Sepertinya Malik."
"Iya sih, udah Gue duga. Ngeliat badan Lo udah kaya samsak aja Gue langsung tertuju sama Malik."
Agam menghela nafas, "Saya juga tidak mengerti. Malik suka keluar sesuka hati, padahal Saya sedang belajar di sekolah."
"Gimana bisa keluar sekolah tadi?"
"Entah."
Bintang beranjak dari duduknya, meminta betadine pada Bi Tati untuk mengobati luka Agam, "obatin, takut infeksi."
"Terimakasih,"
"Hm, lain kali kalo Malik keluar mau Gue bilangin, chat Gue dulu. Ribet kalo harus uring-uringan nyariin Lo."
"Iya, maaf."
Bintang memandang Agam tak suka, "udah, santuy aja bro. Gak papa, lagian Gue juga digaji buat jagain Lo. Aneh ya? Lo yang jago bela diri malah Gue yang suruh jagain Lo."
Agam hanya tersenyum mendengar ocehan Bintang. Temannya sedari kecil itu mau menerima kekurangannya saja, sudah membuat Agam banyak bersyukur. Setidaknya, Ia punya Bintang untuk menjadi teman di indonesia.
"Sekolah baru, gimana menurut Lo?" tanya Bintang sambil memakan nasi goreng pesanannya.
"Lingkungannya asri, Saya suka." Jawab Agam singkat.
Susah memang jika harus berhadapan dengan Agam yang memiliki keperibadian dingin nan beku tersebut. Apalagi dicocokkan dengan Bintang yang banyak bicara. Terlalu mendominasi Bintang saat mengobrol. Agam terlalu cuek dan tak mau pikir panjang. Sehingga, Bintang saja terus yang mengoceh dari ujung ke ujung. Entah apa yang diungkapkan.
"Ada cewek cantik gak?" tanya Bintang sambil menaik turunkan sebelah alisnya.
"Cewek cantik banyak. Tapi yang punya moral hanya segelintir."
"Gak papa, yang penting cantik dulu. Urusan moral, nanti Gue yang ajarin." Kata Bintang sambil menepuk-nepuk dadanya sombong.
"Saya tidak percaya. Sepertinya, jika kamu yang mengajarkan mereka, mereka akan semakin terperosok."
Jlep.
Agam memang jarang berkata banyak. Tapi jika sekali berkata, mampu membuat sosok Bintang bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard
Teen FictionWarning : (Mengandung kata-kata kasar) Nama Saya Theo Agam Buana. Theo yang berarti anugrah Tuhan, Agam berarti kuat, dan Buana yang berarti jagad raya. Jadi dapat diartikan, dari nama saya adalah anugrah Tuhan yang kuat sejagad raya. Tapi nyatanya...