Anniversary ke-2 tahun

1.7K 88 13
                                    

Pagi ini tidak seperti pagi biasanya, lebih tepatnya sudah dua hari ini pagi jimin sangatlah kosong. Jimin menatap langit-langit kamarnya hampa. Matanya bengkak karena menangis terlalu lama tapi ia tidak peduli karena hari ini ia bolos. Hari kedua Jimin bolos, tapi ia sama sekali tidak peduli. Dia lelah menjadi murid rajin, ingin sekali ia mencoba menjadi murid pembangkang seperti dua hari ini, bolos berangkat ke kampus.

Jimin merubah posisinya menyamping kanan, mengecek handphonenya yang tadi berbunyi menampilkan pengingat jika hari ini adalah perayaan anniversary hubungannya dengan Taehyung yang ke dua tahun. Jimin langsung menghapus notifikasi tersebut, kemudian pandangannya terarah ke notifikasi lainnya yang menarik perhatiannya karena nama pengirimnya, ia lupa mengganti display namanya.

Taetae🙈
Jimin, happy anniversary yang ke dua tahun. Aku tau aku bodoh, tidak tahu diri, brengsek, dan lainnya, tapi aku ingin mengatakan aku sangat berterimakasih padamu. Terimakasih untuk semuanya, terimakasih untuk semua waktu yang kamu berikan, terimakasih untuk senyum kamu, terimakasih sudah memberikan perhatian lebih kepadaku, terimakasih untuk dua tahun ini. Aku tidak tahu harus memulai darimana, tapi aku ingin minta maaf padamu karena perbuatanku. Maaf membuatmu kecewa, aku pantas mendapatkannya dan kamu pantas mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik hari dariku. Jimin, maaf membuatmu kecewa, aku benar-benar minta maaf Jimin. Aku janji pada diriku sendiri aku akan berubah menjadi lebih baik lagi dan bisa menghargai orang lain. Terimakasih Jimin dan maaf untuk semuanya.

Hanya tatapan datar saat Jimin membaca pesan dari Taehyung. Tapi tidak berselang lama mata lelaki manis itu memanas, butiran-butiran itu memberontak untuk segera jatuh dari sana.

"Jimin, gue masuk ya."

Suara itu, Jimin langsung mendudukkan dirinya, menunggu orang tersebut untuk segera membuka pintunya tanpa ia menjawabnya karena Jimin ingin memeluknya sekarang. Karena yang ingin Jimin lakukan sekarang adalah menangis. Menangis sekencang mungkin, ia tidak peduli lagi dengan tampilannya atau matanya jika bertambah bengkak, sungguh Jimin tidak peduli. Jimin hanya ingin menangis, lagi.

"Jimin," Lirih Namjoon yang khawatir karena keadaan sepupu manisnya.

"Namjoon hyung."

Air mata Jimin langsung turun saat itu juga. Namjoon yang mengerti keadaan Jimin sekarang segera melangkahkan kakinya ke sepupunya yang masih duduk ditengah tempat tidurnya, membuka kedua tangannya lebar-lebar supaya Jimin dengan mudah memeluknya. Memeluk Jimin sambil mengusap punggung kecilnya tidak lupa memberikan kecupan ringan dipelipis Jimin dan kata-kata penenang agar Jimin segera menghentikan tangisannya. Sungguh, Namjoon sangat menyesal membiarkan Jimin berpacaran dengan Taehyung jika akhirnya akan seperti ini. Dia ingin memukul Taehyung saat ini juga.
.
.
.
.
.

Namjoon menangkup wajah Jimin dikedua tangannya, mengusap sisa air mata Jimin dengan ibu jarinya. "Sudah lebih baik?" Tanyanya lembut. Jimin mengangguk, ia kembali memeluk Namjoon karena sungguh, pelukan Namjoon adalah pelukan ternyaman setelah Taehyung.

Ah, sepertinya Jimin butuh waktu yang cukup lama untuk melupakan untuk melupakan lelaki itu.

"Hyung gak ada kelas?" Tanya Jimin mengingat jika seharusnya lelaki di depannya ini harusnya ada dikampus, tapi malah berakhir di rumahnya.

Namjoon mengelus rambut Jimin. Mengecup kening lelaki itu yang mulai bisa menghentikan tangisannya. "Gak ada, kelas gue kosong hari ini." Jawabnya. Ia menjauhkan Jimin dari pelukannya, tersenyum manis menatap Jimin yang matanya masih terlihat bengkak. "Mama tadi telpon suruh gue kesini biar lo ada temen, kayaknya Mama khawatir banget sama lo."

Jimin menunduk, benar, semalam ia membuat Mama khwatir, sangat khawatir.

Setelah keributan yang disebabkan keduanya di halaman rumah, Jimin yang tiba-tiba masuk kerumah dengan suara pintu yang cukup keras membuat Mamanya terkejut yang saat itu sedang berada di dapur. Ditambah setelah menutup pintu tubuh Jimin merosot kelantai dengan lelaki itu yang menangis sesenggukan. Mamanya yang melihat langsung melangkahkan kakinya mendekat ke arah anak manisnya. Mendudukkan dirinya dengan lulut sebagai penahannya di depan Jimin dan menarik anaknya ke dalam pelukan hangat.

Lost YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang