PROLOG

38 5 1
                                    

Jika saja bisa memilih takdir, mungkin saat ini aku tak akan berada disini dengan penyesalan. Lumuran darah yang ada ditanganku saat ini tak sebanding dengan lumuran keringat yang jatuh di pelipisnya tempo hari. Bahkan dengan cara ini, keinginan ku tidak bisa kembali. Aku salah mengambil jalan. Perlahan kejadian hari ini terus berkutat dengan penyesalan di kepalaku.

Kakaku terbaring lemah dirumah sakit. Tangan nya patah karna membela ku. Aku bingung harus mulai dari mana, karna darah ini mulai mengering dari tanganku. Ah, sebaiknya ku bereskan dulu jasad sialan ini. Baru aku menjenguk kakakku.

Hujan turun begitu deras dan aku sudah menaruh jasad itu ditimbunan sampah dibelakang komplek. Aku berjalan sembari membasuh tanganku dengan air hujan.

"Hei, tangan kamu berdarah!" pekik seorang gadis dengan payung merah muda nya mendekati ku.

"Sini ku obati" aku ditarik ke salah satu ruko yang tak jauh dari sana. Ia mulai melihat lihat dimana letak luka ditanganku.

"Mana luka nya?"

Aku pun memutar mutar tanganku, menampilkan padanya bahwa aku tak terluka sama sekali. "Gue gak luka"

Ia menatap ku heran, lalu mengeluarkan botol alkohol dari dalam tas nya. Kupikir untuk apa seorang gadis membawa alkohol didalam tasnya.

"Kamu habis ngapain tangan banyak darah begini?" ucapnya sambil membasuh tanganku dengan alkohol.

"Ngubur kucing ketabrak"

Ia hanya mengangguk, namun ia menyentuh dahi ku pelan.

"Kamu demam. Dimana rumahmu, biar kuantar"

Aku menggeleng, rumahku masih berserakan karna ulah si biadab itu.

"Gue gak mau pulang"

Gadis itu mengemas barang-barangnya lalu menarikku untuk ikut dengannya. Aku bahkan tak tau ingin dibawa kemana. Kami berbagi payung seadanya.

Dia masuk kedalam rumah minimalis yang didalamnya semua barang tersusun rapi.
"Rumah lo?"

Gadis itu mengangguk "Duduk dulu, biar kusiapkan air hangat untuk kamu mandi"

Sembari menunggunya, aku menatap sekeliling rumahnya. Rapi. Hanya itu.
Banyak barang-barang berbau medis. Dan satu frame berisi fotonya dengan seorang lelaki. Ah, dia sudah punya kekasih rupanya. Pikirku

"Sudah siap, disebelah kiri. Udah ada baju juga"

Aku bingung, dimana ia memiliki baju pria. Kaos oversize dan jogger coklat kekinian. Wah, bahkan dilihat dari jauh saja mungkin harganya selangit.

Setelah aku keluar dari kamar mandi, kulihat ia sedang duduk dimeja makan dengan dua buah mangkuk yang berhadapan didepannya.

"Sini, makan sup buat hangatin badan kamu"

Aku pun mengangguk dan duduk diseberang meja.

"Nama kamu siapa?" tanya nya

Aku sedikit ragu untuk memberitahu namaku pada orang asing, tapi kurasa tak masalah dengan gadis baik ini.
"Niko"

Gadis itu menjulurkan tangannya dan kusambut begitu juga sebaliknya. "Nikita"

*
*
*

Hai guys! Ketemu aku lagi nih.
Hari ini aku publish prolog buat cerita "Save Me". Buat kalian yang bertanya apakah ini sequel atau lanjutan dari "Different" jawaban nya adalah Bukan.
Karna ini cerita baru dengan alur yang berbeda dari dua cerita ku sebelumnya. Dan mungkin akan lebih berat alurnya.

Huh, RIP my brain.
Sabar ya otak, kupaksa untuk berfikir lebih keras lagi. Hehe

Semoga suka ya sama "SAVE ME" ini. Aku tunggu antusias kalian seperti dicerita sebelumnya. Hehe

Jangan lupa klik Vote atau bintang di pojok kiri bawah dan berkomentar tentang pendapat kalian disetiap part nya. Dan satu lagi, share ke teman-teman kalian ya. Luv ya! See you on the next part❤

[2] SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang