Chapter 30 -SPESIAL CHAP 1-

3.9K 354 108
                                    


POKOKNYA HARUS RAME!!!!! Tadinya ini schene yang gak akan pernah di update disini☻ 

Tapi-... pokoknya harus rame.

















Jimin menatap jengah Seokjin yang sejak istirahat tadi menggerung kesal akibat bisikan-bisikan yang sebenarnya pun turut membuatnya jengkel. Bagaimana tidak, ini adalah hari pertama mereka masuk sekolah di penghujung tahun setelah peperangan itu. Mereka bertiga yang awalnya terkenal cuek terhadap pangeran sekolah, sekarang justru terlihat berangkat bersama.

Belum lagi Namjoon tak malu menggandeng lengan Seokjin dengan mesrah sementara Yoongi yang masih mengantuk menyenderkan kepalanya di bahu Jimin dengan pasrah. Spekulasi dan gosip-gosip ngawur tentu langsung menyebar seantero sekolah.

"Hey, tenangkan dirimu eonni. Kau membuat para siswi itu bergidig ngeri." Katanya sesekali meminum jus jeruk dengan mata bergulir menyapu pandangan kantin yang tampak lenggang.

"Sekarang aku mengerti kenapa kau dilambangkan dengan Wrath. Kau mudah sekali terpancing amarah."

"Jim apa kau tau? Mereka membicarakan kita bertiga begitu buruk, aku bukan kau yang masih terlihat santai meski mereka menuduhmu menjual diri pada Yoongi dan berakhir bersama." Tukas Seokjin tajam.

Mereka hanya berdua atau lebih tepatnya bertiga karena entah sejak kapan Hoseok ada disana menikmati ramen panasnya. "Yak! Sejak kapan kau duduk disini?!"

"Sejak awal." Jawabnya singkat. "Kau terlalu sibuk marah sampai tidak menyadari kehadiranku huh."

Jimin menggeser gelasnya yang sudah tandas, memijat tengkuknya pelan sebelum menatap Seokjin kembali. "Sebenarnya, aku tidak benar-benar santai mendengar gosip mereka. Hanya saja aku baru mempelajari sesuatu."

Alis Seokjin terangkat satu, "Apa?"

"Aku tidak ingin membuang waktu berhargaku hanya untuk mendengar ocehan tak mendasar seseorang, prinsipku adalah aku hidup tidak melanggar agama dan tidak menyusahkan orang lain."

Uhuk-

Uhuk!!

Seokjin dengan sigap membantu Hoseok minum, tersedak saat sedang makan ramen pedas itu menyakitkan. Sudah pedas, panas, menyakitkan pula. Macam omongan tetangga.

Mata Hoseok langsung melebar menatap Jimin horror, pun Seokjin yang sependapat. "SIAPA KAU WAHAI ARWAH JAHAT?!"

Kali ini Jimin yang terkejut. "Jimin yang ku kenal adalah gadis yang petakilan, melihatmu bersabda benar-benar membuatku terkejut."

Lantas Jimin melempar sedotan miliknya pada Hoseok dan mendengus jengkel. "Aku mempelajari ini dari seseorang."

"Siapa?" Tanya Seokjin kalem, ia sudah berhasil menenangkan diri berkat kalimat puitis Jimin tadi.

"Sejujurnya aku juga terkejut kau berkata begitu. Tapi apa yang kau katakan itu benar adanya, tidak seharusnya aku peduli. Lihat sisi baiknya, kita tak lagi dipandang sebelah mata karena miskin dan nekat bersekolah di sekolah mewah."

"Taehyungie dan Jungkookie, mereka tidak mengatakan apapun sih padaku." Ia menggaruk pelipisnya sebentar yang terasa gatal. "Tapi mendengar cerita mereka dari Yoongi oppa sukses membuatku sadar dan mungkin akan menata hidupku kembali."

Seokjin menganggukkan kepalanya ragu, bukan dia tidak mengerti tapi rasanya sulit diterima akal sehat mengingat apa yang harus gadis itu tata kembali dalam hidupnya. "Kau menata hidup? Maksudmu?"

Poutan protes langsung Jimin layangkan pada saudaranya, ia juga bingung tentang apa yang ia katakan barusan. Semenjak mengenali jati dirinya, Jimin sedikit banyak berubah. Ia sadar akan hal itu, bahkan Yoongipun mengakuinya meski dalam keadaan setengah mengantuk. "Kau bisa menilainya sendiri, aku berubah sekarang."

That Think and AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang