#2

898 82 4
                                    

Fluke POV

Sudah lumayan lama aku duduk diam. Menunggu Earth dan juga Phi Kao yang tak kunjung kembali ke meja kami.

Phi Ohm seperti tidak perduli dan masih merayu juga meraba wanita disampingnya. Aku semakin khawatir. Mencoba menelpon Earth. Tapi ternyata handphonenya ada di dalam tasnya yang berada di sampingku sekarang.

Aku benar-benar khawatir. Aku tidak bisa percaya pada tempat ini. “Maaf Phi Ohm” ucapku pelan. Dia menoleh. “Noo... Emm.. maksudnya aku tidak bisa menghubungi Earth. Mereka sudah terlalu lama tidak kembali. Bisa minta tolong untuk menelponkan Phi Kao” ucapku.

Phi Ohm mengambil handphonenya dan sepertinya melakukan panggilan pada Phi Kao. Tak terlihat ada perckapan disana.

Dia meletakkan handphonenya di atas meja. Kembali merayu wanita itu lagi. ‘Ada apa? Apa Phi Kao tidak menjawab telpon nya?’ batinku.

“Emm.. Maaf Phi...”

“Dia tidak menjawab” sanggah Phi Ohm, aku bahkan belum selesai berucap. Tak ada yang bisa ku jawab. Aku hanya diam dengan pikiran-pikiran buruk tentang Earth.

‘Tuhan. Tolong lindungi Earth’ lafalku dalam hati.

Aku masih duduk diam mencari cara agar bisa mencari Earth atau bahkan keluar dari tempat ini. Tanpa ku sadari ada seorang laki-laki tinggi besar mendekat. Aku kaget saat dia duduk disampingku. “Hai manis.. Mau Phi temani” ucapnya. Lalu menyampirkan tangannya dibahuku. Aku menolak. Tentu.

Aku tidak kenal dia. Dia dengan berani berbuat tidak sopan padaku. Tapi pegangannya pada bahuku terlalu kuat. “Tolong lepas..” ucapku.

Aku menengok pada Phi Ohm, dia masih asik dengan wanita-wanitanya. Aku tidak tau sejak kapan sudah ada tiga wanita mengerubunginya.

“Jangan takut. Phi tidak jahat” ucapnya lagi. “Tolong lepas..” ucapku lagi. Aku seperti dejavu. Aku mulai ketakutan. Saat aku akan menangis. Aku merasa rangkulan kuat dibahuku terlepas.

Orang yang berada disampingku tadi sudah terlempar kebelakang karna tonjokan dan tendangan Phi Ohm.

Phi Ohm memandangku marah (?). Aku tertunduk. Diatariknya tanganku kuat. Sakit. Tapi terasa aman. ‘Noo rindu genggaman kuat tangan Phi Ohm’ ucapku dalam hati.

Setelah sampai parkiran dimasukkannya aku kedalam mobilnya. Tanpa beucap. Dan ditutupnya pintu disampingku dengan kuat. Membuatku tersentak. Kaget.

Dia masih diluar mobil menghubungi seseorang. Aku tak tau siapa. Hingga beberapa kali. Dia terlihat marah. Aku tak berani berbuat apa-apa. Aku tau Phi Ohm marah akan sangat menakutkan.

– Flashback on –


Suara riuh dari sorakan para siswa membahana dilapangan indoor basket di Suratthani SHS. Bukan tanpa sebab. Hari ini ada pertandingan final basket antar sekolah. Dan kali ini memang pertandingan diadakan di Suratthani SHS yang menjadi tim kandang. Melawan tim tandang dari Koh Samui SHS.

Priiittttt!!!

Peluit tanda mulainya pertandingan telah dibunyikan. Sorak sorai semakin riuh. Entah itu dari penonton ataupun pemandu sorak dari tiap tim yang bertanding.

Tak terkecuali dua anak laki-laki manis yang terlihat mencolok diantara para siswa pendukung tim kandang. Yang satu dengan seragam SHS Swasta bergengsi dan yang satu berseragam JHS, ikut meramaikan tribun penonton. Untuk menonton para pemain itu beraksi.

“Phi, apa tak apa kita duduk disini?” ucap salah satu lelaki manis yang lebih muda itu. Sambil memperhatikan sekitar. Karna menurutnya orang-orang disekitar mereka melihat dengan tidak suka.

“Ihhh.. Biarkan saja Fluke. Kalau mereka tau kamu adik dari Phi Off mereka tidak akan memandangmu seperti itu” ucap laki-laki manis yang lebih tua. “Diamlah! Coba lihat Phi Off keren sekali!!” tambahnya dengan mata berbinar.

‘Phi Gun kalau sudah melihat Phi Off pasti akan lupa sekitar, bucinnya takkan tertandingi. Tapi bagaimana aku yang masih punya malu? Sebenarnya aku malas menonton Phi Off bertanding. Tapi karna diseret oleh Phi Gun minta ditemani, apa yang bisa ku lakukan?’ batin Fluke.

Sorak sorak tak berhenti hingga peluit tanda break time dibunyikan. Mendengar itu Phi Gun langsung menariku lagi. Menuju pintu ruang ganti para pemain.

“Phi! Mau apa kita kesini?! Mereka sedang istirahat. Aku juga tidak mau nanti dimarahi Phi Off karna membolos dan menemani Phi Gun menonton pertandingannya” ucapku sambil mencoba menahan tanganku yang ditarik paksa oleh Phi Gun. Walaupun badan kami sama-sama kecil tapi kekuatannya sepertinya lebih besar dariku.

“Ayolah Fluke. Sebentar saja. Phi Off tidak akan melihat Fluke. Phi akan melindungi Fluke. Oke??”

Tak ada yang bisa dilakukan olehnya hanya mengikuti keinginan lelaki manis yang lebih tua.

Sampai didepan pintu ruang ganti. Gun celingak celinguk mencari keberadaan laki-laki yang sudah merebut hatinya dari pertama bertemu.“Phi Off dimana yaa?” monolognya.

Sedangkan yang lebih muda memandang awas,kalau-kalau sang kakak keluar tiba-tiba dari ruang ganti dan melihatnya bersama Gun. Bisa kiamat uang jajannya untuk minggu depan.

Saat pintu ruang ganti akan dibuka, Fluke langsung mencari ancang-ancang akan kabur. Tapi sialnya....

Brukkk

Byurr

Dia terjatuh dengan pantat membentur lantai dengan keras. Dan baju yang basah kuyup terkena tumpahan soda.

“Fluke??”

Ditolehkannya wajahnya pada orang yang menyebut namanya. Disana. Phi Off memandang dengan pandangan terkejut. Lalu lekas mendekati sang adik.

“Fluke.. Kau tak apa?”

“Fluke hanya jatuh Phi”

“Ohm.. apa yang kau lakukan?!!” Off mendongak menatap Ohm yang terlihat masih bingung dan kaget. Ditambah dibentakan oleh Off.

“Maaf Phi Off, aku tak sengaja. Tadi dia berlari dan langsung menabrakku” jawab Ohm.

“Fluke.. apa yang kau lakukan disekolah Phi? Kamu tidak sekolah hari ini?” mengalihkan kembali perhatiannya pada Fluke.

'Ow.. ow.. sirene bahaya mulai memperingati. Apa yang harus ku kalukan’ batin Fluke.

Bruuk...

“Fluke?!!” untung Off cepat menangkap tubuh Fluke yang limbung.

“Fluke..” Off mencoba menepuk pipi Fluke, membuat adiknya bangun. Tapi nihil. Saat akan membawa adiknya ke unit kesesahatn disekolahnya. Off dihentikan oleh seseorang yang memanggilnya.

“Off kau mau kemana?”

“Maaf Coach Max, aku harus membawa adikku ke UKS dulu. Dia pingsan” ucap Off. “Cepatlah! Lima menit lagi babak kedua akan dimulai” ucap Coach Max.

Tanpa menjawab lagi Off langsung membawa tubuh Fluke dalam gendongannya menuju UKS dan diikuti Gun dan juga Ohm.

Sampai di ruang UKS direbahkannya tubuh Fluke pada brankar dan memanggil petugas kesehatan yang berjaga.

“Gun, kenapa kalian bisa ada disini?” tanya Off tegas. “Ehmm.. Gun dan Fluke ingin menonton Phi bertanding” ucap Gun sambil tertunduk.

“Kalian bolos?” tanyanya lagi. “Tidak Phi. Gun dan Fluke memang pulang cepat hari ini” jawab Gun, mencoba meyakinkan. Kalau tidak, bukan hanya Fluke yang akan diamuk. Gun yang masih dalam tahap pendekatan pada Off juga akan langsung dicoret jadi kandidat pacar dari Off.

Hell no!! Gun tidak mau!!

“Off cepat kembali kelapangan. Babak kedua akan dimulai” Coach Max tiba-tiba muncul di ruang UKS. “Tapi adikku masih pingsan Coach” ucap Off memelas.

“Kau kapten basket sekolah kita Off. Biarkan adikku disini, ada mereka juga kan disini. Merka pasti akan menjaga adikmu” ucap Coach Max.

“Gun jaga Fluke selama aku bertanding” ucap Off pada Gun. “Karna aku tau, kau pasti yang mengajak Fluke kesini lebih dulu”

“Dan kau Ohm” ucap Off pada Ohm “karna kau adikku pingsan. Jadi kau juga harus tetap disini sampai aku kembali” tambah Off.

“Baik Phi” jawab Gun.

“Tapi aku harus ada disamping lapangan Phi Off, walaupun aku cadangan tapi aku harus siap.” Jawab Ohm

“Kau yang membuat adikku pingsan kalau kau lupa” jawab Off tegas.

‘Shiitt’ umpat Ohm dalam hati.

Dengan berat hati Off kembali kelapangan. Meningglkan adik kesayangannya yang tergeletak pingsan. Walaupun terlihat tegas pada Fluke, Off tentu sangat menyayangi Fluke. Fluke adalah adiknya satu-satunya.

Saat Off telah keluar. Fluke membuka mata dan mengambil nafas banyak-banyak. “Fluke?!! Kau tak apa?” tanya Gun.

“Haai!! Kau berbohong yaa?!”  Ohm.

“Sssttt..” ucap Fluke, sambil meletakkan jarinya didepan mulutnya. “Gara-gara kau aku jadi batal bertanding!!” kembali ucap Ohm.

“Tolonglah Phi, santai sedikit” ucap Gun. “Phi memang harus bertanggung jawab. Fluke jatuh dan bajunya basah gara-gara Phi.” tambah Gun.

“Dia yang tidak lihat-lihat berlari padaku. Harusnya aku yang minta pertanggung jawaban darinya” ucap Ohm keras pada Gun tapi menujuk pada Fluke.

Fluke sedikit menciut. Dia sadar memang yang diucapkan oleh laki-laki itu benar. “Maaf Phi....” Fluke menggantung ucapannya. “Ohm” bisik Gun.

“Maaf Phi Ohm. Fluke tidak sengaja. Tolong kali ini. Bantu Fluke” mohon Fluke pada Ohm. “Aku tidak kenal kalian! Yang aku pikirkan sekarang adalah pertandingan! Gara-gara kau aku tidak bisa ikut bertanding” kesal Ohm.

“Phi bukannya memang tidak bertanding yaaa?” ucap Fluke sarkas. “Kau!!” marah Ohm.

“Sabar Phi. Fluke tidak bermaksud begitu” ucap Gun menahan Ohm yang sepertinya akan meledak gara-gara Fluke.

“Aku bisa membuat Phi Ohm menjadi pemain inti. Itu soal gampang. Phi Off pasti akan mengabulkan semua permintaanku” ucap Fluke bangga.

“Heh! Anak manja!! Aku bisa menjadi pemain inti dengan cara yang jujur kau tau!! Jangan remehkan kemampuan ku!! Dasar kau!!”

“Fluke.. Hentikan” ucap Gun pada Fluke. “Maaf Phi” cegah Gun pada Ohm, mencoba melerai keributan tak jelas itu.

Flashback off

Fluke POV

Duuk

Aku sedikit terkajut karna suara pintu mobil yang menutup. Phi Ohm duduk didepan kemudi. “Pasang seatbeltmu. Kita pulang” ucapnya. Aku menurut. Tanpa banyak kata. Hanya diam. “Alamat condomu” ucapnya lagi.

Ku beritahu alamat condoku dan Earth. “Emmm.. Earth...”

“Dia bersama Kao” sergahnya lagi. ‘Apa Phi Ohm bahkan tak ingin mendengar suara Noo?’ batinku menjerit.

Aku mengangguk. Tak ingin bersuara lagi.

.

.

.


TBC


NP : 26 juli 2020

Our Story - OhmFluke (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang